Harga Beras Dikhawatirkan Terus Naik Jelang Ramadhan
Lonjakan harga beras yang mencapai 21 persen di Jakarta kian memberatkan warga. Mereka harus menyiasati kenaikan itu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga beras yang mencapai 21 persen di Jakarta kian memberatkan warga. Itu karena pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan pengeluaran yang harus digelontorkan. Harga beras dikhawatirkan terus naik jelang Ramadhan. Yeski Kelsederi (30), warga Pancoran, Jakarta Selatan, merasa kenaikan harga beras kian menyulitkan. Dalam waktu sebulan, kenaikan beras mencapai Rp 3.000 per kilogram.
”Sekarang saja harga beras premium sudah Rp 85.900 per lima kg,” katanya setelah melihat harga di toko daring, Sabtu (17/2/2024).
Bulan lalu, ia mengeluarkan uang Rp 70.900 untuk membeli 5 kg beras. Setelah 20 hari, harga beras yang sama hargannya mencapai Rp 85.900 per lima kg. Itu berarti ada kenaikan Rp 15.000 per 5 kg.
Padahal, dalam sebulan dia membutuhkan sekitar 20 kg beras untuk konsumsi lima anggota keluarganya. Dalam sebulan, dia harus mengeluarkan uang sekitar Rp 350.000 untuk memenuhi kebutuhan beras.
Di samping itu, wanita yang bekerja sebagai aparatur sipil negara di salah satu kementerian ini berujar, kenaikan beras ini tidak sebanding dengan kenaikan gaji dan tunjangannya.
”Kenaikan gaji tahun ini sekitar 8 persen, sedangkan harga beras naik hingga 21 persen. Tentu akan sangat memberatkan,” katanya.
Walau tertolong dengan keberadaan suaminya yang juga bekerja, tetapi akibat kenaikan harga kebutuhan bahan pokok ini dia harus mulai berhemat.
Ridwan, pedagang beras di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menuturkan, harga beras kini naik signifikan sejak dua minggu terakhir. Beras termurah yang ia jual di tokonya Rp 12.500 per liter. Kenaikannya mencapai Rp 1.000-Rp 2.000 per liter. Kondisi ini membuatnya mengalami penurunan penjualan karena banyak warga yang terpaksa membatasi pembelian.
Kenaikan beras kali ini tidak lepas dari berkurangnya pasokan dari beberapa sentra produksi. Kondisi ini membuat beras kian langka, harganya pun melambung.
”Jika dibandingkan dengan beras lima tahun lalu, harga beras sangat timpang. Dulu, dengan uang Rp 7.500 kita masih bisa beli beras. Kini, untuk mencari beras seharga Rp 10.000 sudah sulit, kalaupun ada, kualitasnya jelek,” katanya.
Ridwan khawatir kenaikan harga ini terus berlanjut hingga bulan puasa. ”Biasanya di awal Ramadhan harga beras akan naik karena banyaknya permintaan. Entah nanti berapa besar lagi kenaikannya?” kata Ridwan.
Dewi Kresna (52), pedagang nasi di kawasan Tegal Parang, melakukan penyesuaian dengan kenaikan harga ini. Ia tidak menaikkan harga, tetapi mengurangi porsi nasi yang dijual.
”Kalau tidak begitu, kami tidak bisa dapat untung,” kata Dewi, yang sudah dua tahun berjualan makanan ini.
Dia berharap kenaikan harga ini tidak terus berlanjut karena akan merugikan warga. Apalagi, beras menjadi salah satu bahan pokok yang dibutuhkan warga.
”Jangan sampai naik lagi, kalau tetap naik terpaksa saya rehat jualan dulu,” kata Dewi.
Tidak jelas
Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Reynaldi Sarijowan menilai harga beras kini semakin tak jelas. Dari data di lapangan didapati laporan bahwa harga beras medium terkerek pada harga Rp 13.500 per kg, sedangkan beras premium sudah menyentuh Rp 18.500 per kg.
Reynaldi beranggapan pemerintah tidak serius dalam pengelolaan dan pendistribusian beras sejak musim tanam tahun 2022 hingga kini. Akibatnya, terjadi kesimpang-siuran data tentang produktivitas beras.
Jika dibandingkan dengan beras lima tahun lalu, harga beras sangat timpang. Dulu, dengan uang Rp 7.500 kita masih bisa beli beras. Kini, untuk mencari beras seharga Rp 10.000 sudah sulit. Kalaupun ada, kualitasnya jelek.
Oleh karena itu, penting untuk mendorong adanya sinkronisasi data antara beras yang disebarkan di masyarakat, tetapi digunakan untuk bansos dan beras yang disebarkan ke para pedagang pasar. ”Kebijakan itu penting agar keberlangsungan beras di pasar dapat terkendali sehingga harga beras bisa stabil,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta Suharini Eliawati mengatakan, kelangkaan beras premium seperti yang terjadi di ritel dan banyak dikeluhkan warga dalam beberapa hari terakhir diakibatkan belum masuknya masa panen raya. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.