Kembalinya Kampanye Kantong Belanja Ramah Lingkungan
Pasar Koja Baru menandai kembalinya kampanye penggunaan kantong belanja ramah lingkungan di pasar Jakarta.
Yuli (51) dan Erna (41) asyik memilah kantong belanja kain atau spunbond dari etalase kaca dan karung di pintu masuk Pasar Koja Baru, Jakarta Utara, Rabu (6/3/2024) pagi. Ada kantong berukuran kecil hingga besar dan warna-warni bak pelangi.
Keduanya saling bertukar jawab tentang warna apa yang pas. Akhirnya, Yuli mengambil kantong belanja dari kain (spunbond)hijau besar dan Erna membawa spunbond ungu besar.
”Tinggal ambil di sini kalau lupa bawa kantong belanja dari rumah,” ujar Yuli.
”Kalau di rumah sudah kebanyakan, tinggal bawa lagi ke sini,” timpal Erna.
Yuli dan Erna mewakili kebiasaan warga ketika berbelanja di pasar. Kebanyakan orang tak membawa kantong belanja. Mereka bergantung pada kantong plastik sekali pakai yang disediakan oleh penjual.
Baca juga: Asyiknya Hidup Hemat Plastik
Ada juga warga yang mulai beralih ke spunbond. Apalagi ritel di Jakarta sudah tidak menyediakan kantong plastik sekali pakai.
Namun, timbul masalah baru tatkala jumlahnya kebanyakan. Spunbond justru tak terpakai, kotor, rusak, dan fungsinya untuk guna ulang sirna dalam waktu relatif cepat.
Diet plastik
Ketergantungan warga pada kantong plastik sekali pakai dan masalah kebanyakan spunbond coba diatasi Pemprov DKI Jakarta melalui gerakan guna ulang spunbond secara serentak Rabu (6/3/2024) ini.
Gerakan ini sebetulnya bukan hal baru karena merupakan kelanjutan dari Peraturan Gubernur DKI Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan, dan Pasar Rakyat.
Baca juga: Mendaur Botol Plastik Menjadi Perahu
Beleid itu melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai di pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan pasar rakyat mulai Juli 2020. Khusus pasar, proyek percontohan berlangsung di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, mulai 1 Juli 2020.
”Gerakan ini kelanjutan dari Pasar Tebet Barat. Dimasifkan lagi agar semua pasar di bawah PD Pasar Jaya melakukan gerakan yang sama. Tidak mudah memang, tetapi perlahan supaya plastik berkurang dan spunbond berguna," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto.
Mekanisme kerja gerakan guna ulang spunbond ini melalui tempat penyimpanan spunbond di pasar, kantor kecamatan dan kelurahan, serta bank sampah. Warga lalu sukarela membawa spunbond yang berlebih dari rumahnya ke lokasi penyimpanan terdekat.
Selanjutnya petugas dari Dinas Lingkungan Hidup akan mengecek kondisi spunbond. Spunbond yang bagus dan bersih akan dibawa ke pasar, sedangkan yang sobek atau kotor dimusnahkan.
”Setiap warga silakan bawa kelebihan spunbond atau ambil spunbond yang tersedia. Pedagang yang butuh juga silakan karena untuk kantong kurangi plastik sekali pakai,” kata Asep.
Setelah kembalinya gerakan ini dari hiatus, Dinas Lingkungan Hidup akan menyosialisasikan kepada pemangku kepentingan dan warga di pasar, kecamatan, dan kelurahan.
Salah satu penekanannya ialah gerakan ini memang tidak menghasilkan insentif uang seperti menukar plastik dan kertas. Akan tetapi, guna ulang mengurangi timbulan sampah hingga tumpukan sampah yang menggunung di TPST Bantargenang, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Hemat
Pedagang mengapresiasi gerakan guna ulang spunbond. Kali ini mereka tak pusing menyediakan spunbond, termasuk bisa menghemat ongkos plastik sampai ratusan ribu rupiah.
Pedagang mengaku bingung saat berlakunya Peraturan Gubernur DKI Nomor 142 Tahun 2019. Mereka susah menyediakan kantong belanja ramah lingkungan. Alhasil, tetap menyediakan kantong plastik sekali pakai.
”Kalau ada begini (spunbond) bagus. Sama-sama bisa hemat kantong plastik,” ujar Aci (21), penjual pakaian. Hemat yang dimaksudnya merujuk pembelian satu atau dua potong pakaian yang tetap harus dibungkus plastik.
Masih tergantungnya warga pada kantong plastik sekali pakai juga tergambarkan dari laporan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dalam laporan itu, timbulan sampah harian di Jakarta mencapai 8.527 ton per hari pada 2022.
Baca juga: Inisiatif Swasta untuk Mengolah Sampah Terus Berkembang
Sampah itu terdiri dari kayu atau ranting 31,59 persen, sisa makanan 25,5 persen, plastik 19,18 persen, kertas atau karton 12,17 persen, dan lainnya. Dengan jumlah 19,18 persen, berarti ada 1.635 ton sampah plastik per hari.
Sayangnya belum semua sampah terkelola sehingga berakhir di TPST Bantargebang, badan air, dan laut. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat, volume sampah di badan air (sungai, kali, waduk, setu, embung, dan saluran penghubung) mencapai 247 ton per hari.
Sementara Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional selama 2015-2017 dan 2022 menunjukkan, sampah yang dihasilkan dari tujuh sungai di Jakarta sebanyak 7 ton per hari. Sampah plastik ini mengancam biota air karena akan pecah menjadi butiran yang lebih kecil dan mikroplastik yang berpotensi dimakan hewan air, seperti ikan.
Konsisten
Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Tiza Mafira meminta konsistensi dari pemerintah dalam setiap kebijakannya agar berlanjut dan punya dampak meskipun perlahan. Gerakan guna ulang spunbond, misalnya, bisa memanfaatkan satuan pelaksana di lapangan untuk jemput bola ke RT/RW.
”Tujuan jemput bola supaya masif dalam mengumpulkan spunbond tak terpakai di rumah sembari mengumpulkan sampah lainnya. Jadi, sekali jalan karena bisa dititipkan ke petugas lapangan,” kata Tiza seusai gerakan guna ulang spunbond di Pasar Koja Baru.
Jemput bola ini pun harus tetap memperhatikan pemilahan. Tidak mencampurkan spunbond dengan sampah lain karena tujuannya untuk guna ulang.
Baca juga: Jalan Panjang Melarang Kantong Plastik Sekali Pakai
Sambil menggiatkan gerakan guna ulang spunbond, Pemprov DKI Jakarta diharapkan memperkuat implementasi aturan yang sudah ada. Peraturan Gubernur DKI Nomor 142 Tahun 2019, misalnya, sudah mewajibkan penggunaan kantong belanja ramah lingkungan di pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan pasar rakyat.
Jemput bola ini pun harus tetap memperhatikan pemilahan. Tidak mencampurkan spunbond dengan sampah lain karena tujuannya untuk guna ulang.
”Untuk pasar memang tidak bisa serta-merta. Makanya dipantik dengan spunbond gratis ini supaya warga terbiasa lalu diterapkan kewajiban sesuai aturan,” tutur Tiza.
Spunbond menjadi inisiatif kecil dengan harapan berdampak besar. Semuanya membutuhkan komitmen dan konsistensi agar terwujudnya diet plastik.