Butuh Tes DNA untuk Identifikasi Korban Kebakaran Mampang Prapatan
Pemeriksaan DNA, "antemortem", dan "postmortem" diperlukan untuk memastikan semua identitas dan status korban jiwa.
Oleh
AGUIDO ADRI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian masih menyelidiki dan berupaya memastikan identitas tujuh korban jiwa dalam kebakaran toko pigura Saudara Frame & Gallery, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Jenazah mengalami luka bakar hampir 100 persen sehingga dibutuhkan tes asam deoksiribonukleat atau DNA.
Kepala Rumah Sakit Polri Kramatjati Brigadir Jenderal (Pol) Hariyanto mengatakan, ada delapan kantong jenazah korban kebakaran toko pigura di Mampang Prapatan yang dibawa ke RS Polri.
Berdasarkan hasil identifikasi, kantong jenazah itu berisi satu laki-laki dewasa, dua anak laki-laki, empat perempuan dewasa, dan satu berisi serpihan. Hariyanto tidak merinci secara jelas terkait serpihan dalam kantong. Namun, korban mengalami luka bakar berat dan serius.
”Kondisi jenazah ini juga termasuk kondisi dengan luka bakar yang lanjut, jadi stadiumnya grade 4. Hampir 90-100 persen. Jadi, memang barang kali perlu pemeriksaan DNA. Kami dibantu Polda Metro Jaya untuk mengidentifikasi dan mencari keluarga korban,” ujar Hariyanto, Jumat (19/4/2024).
Heriyanto belum bisa memastikan apakah semua korban merupakan satu keluarga. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan DNA, antemortem, posmortem, hingga koordinasi dengan Polda Metro Jaya untuk memastikan semua identitas dan status korban.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Ade Rahmat Idnal merinci, dari keterangan para saksi, korban jiwa kebakaran itu ialah Thang Tajima (75), Heni (39), Tiara (24), Shella (20), Austin (8), Riichi (2), dan satu korban lainnya masih dalam indentifikasi.
Adapun korban luka adalah Ohim (35), Suwandi (40), M Zaenal Arifin (26), Surono (44), dan Yohanes (24).
”Ada tujuh korban jiwa dan lima korban luka yang masih dalam perawatan,” ujar Rahmat.
Dari keterangan saksi-saksi, kebakaran terjadi sekitar pukul 19.30 WIB. Salah satu saksi yang merupakan karyawan toko saat itu sedang bekerja di lantai dasar. Seorang pekerja lainnya, Suwandi, menyemprotkan cairan bensin ke kayu ring dekat kompresor.
Penyemprotan itu bertujuan untuk mengusir atau membasmi rayap. Pada saat yang sama, ada seorang karyawan sedang memperbaiki kompresor. Tiba-tiba ada percikan api menyambar dan membesar.
Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan DNA, antimortem, posmortem, hingga koordinasi dengan Polda Metro Jaya untuk memastikan semua identitas dan status korban.
Keterangan saksi lainnya yang juga korban selamat mengatakan, Suwandi menyemprotkan bensin, sedangkan Ohim sedang memotong kayu. Tiba-tiba api langsung menyala dan terjadi ledakan.
”Menurut keterangan saksi, api diduga akibat uap bensin yang disiram korban Suwandi dan percikan dari mesin potong korban Ohim,” ucap Rahmat.
Keterangan para saksi itu, kata Rahmat, masih akan didalami. Tim forensik Mabes Polri juga masih menyelidiki penyebab kebakaran yang memakan tujuh korban jiwa tersebut.