Di bawah gerimis, sebagian pengunjung menuliskan curahan hatinya kepada si mantan di dua papan curhat. Beberapa di antaranya berbunyi seperti ini: ”Terima kasih udah hadir di hidupku#LUPAINMANTAN, ”Buka pintu buat yang baru!”, ”Hai Tan! Aku dah punya mantan lohh”, dan ”Teruntuk barisan para MANTAN, terima kasih telah mengarahkanku ke orang yang tepat- Anias”.
Di ruang galeri yang berada di lantai dua, para remaja ”mengalir” sejak sore meski acara dimulai pukul 19.30. Mereka menuliskan isi hatinya di selembar kertas warna-warni yang disediakan panitia. Suara mereka riuh rendah antara tertawa ngakak dan saling ledek setelah membaca tulisan mereka.
Barang mantan
Selain mencurahkan isi hati, anak-anak muda itu juga berusaha menghapus kenangan dan bayang-bayang para mantan dengan menyerahkan barang-barang terkait sang mantan. Barang-barang sang mantan itu sebagian dipajang di galeri. Ada pigura besar berisi foto-foto mantan dengan si pemilik pigura. Ada pula jaket, kemeja, kalung yang dibungkus plastik dengan tulisan bye.
Ada juga yang menyerahkan tas, bahkan sepatu yang masih bisa dipakai. Benda-benda itu diserahkan pemiliknya dengan suka rela untuk meredam kenangan pada mantan.
”Tahun lalu, aku menyerahkan sepatu pemberian mantanku. Sebenarnya aku senang pakai sepatu yang dia belikan dari gaji saat dia bekerja. Warnanya biru, warna kesayanganku, tapi daripada terus mengingatkan aku biarlah (sepatu itu) digunakan orang lain,” ucap Radit sambil menghela napas panjang.
Mahasiswa Yogyakarta asal Jakarta itu dua tahun terakhir datang ke festival tersebut untuk melipur lara di hatinya karena putus cinta. Ia berpendapat, menyerahkan barang kenangan dari mantan untuk orang lain membuat perasaannya lebih nyaman. ”Daripada membuat aku ingat terus, lebih baik untuk orang lain saja,” katanya lagi.
Festival Melupakan Mantan, menurut salah satu penggagasnya, Seto Prayogi, berawal dari keinginan membuat acara di awal tahun. Momen Hari Valentine sudah biasa dilakukan, tetapi saat putus cinta tak banyak orang membicarakannya. ”Mengapa tak bikin acara untuk mengajak melupakan mantan saja. Toh, putus cinta itu momen biasa. Semua orang pasti mengalami.”
Seto bersama Eko Nuryono dan Renacaswarna membuat acara tersebut berbalut seni. Mereka memberi panggung bagi komunitas seni di Yogyakarta. Pada setiap penyelenggaraan, ia dan kawan-kawan membuat acara berbeda supaya pengunjung tak bosan, tetapi tujuannya sama, membuka kesadaran bahwa putus cinta itu hal biasa.
Selama tiga kali penyelenggaraan, mereka pertahankan arena curhat, donasi barang mantan, larung barang, dan prosesi melupakan mantan.
Arena curhat penting untuk membiasakan para remaja mengungkapkan perasaan secara sehat. Donasi barang mantan mengajak mereka beramal. ”Larung ke laut sejatinya perlambang untuk buang sial. Yang kami larung tentu benda tak fungsional. Benda lain, kami sumbangkan ke yayasan sosial,” jelas Seto.
Prosesi melupakan mantan juga penting. Hadirin diminta meniup cahaya lilin sebagai lambang meniup jauh-jauh kenangan atas mantan, ”fuuhh...fuuhh...fuuhh!”
Begitu acara usai, Mahmud Mada, Ketua Panitia Festival Melupakan Mantan 3, menyajikan musik dangdut. Orang-orang yang patah hati itu pun bergoyang. (TRI)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.