Yang Mantan, Biarlah Jadi Mantan
Tanpa bermaksud sombong, ia menjelaskan, hari-hari ini banyak cewek mengejar dan mengajak dirinya kencan, tetapi mahasiswa jurusan teknik sipil sebuah universitas swasta di Yogyakarta itu bergeming. ”Entah mengapa saya tak tertarik sama cewek-cewek itu,” katanya, Minggu (12/2) malam, di acara Festival Melupakan Mantan.
Tak heran hubungannya dengan banyak cewek yang mengejarnya lebih kepada HTS alias hubungan tanpa status, enggak jelas. Cowok bertubuh tinggi langsing dengan rambut panjang itu sampai tak ingat kapan dia mulai kencan lalu putus dengan cewek A atau B.
”Karena memang dasarnya kurang sreg ketika sudah enggak kepengin jalan lagi, ya, sudah. Tahu-tahu lupa saja,” katanya dengan nada datar, tanpa ada rasa bersalah.
Dion mengakui, perilakunya yang gonta-ganti pacar terjadi setelah putus dari Andri, kakak kelasnya di SMP dan tetangga satu rukun warga (RW) di Yogyakarta. Buat dia, sosok Andri tidak mudah dilupakan. Semakin dihapuskan, bayangannya semakin nyata.
Dion menceritakan, ia jadian dengan Andri lantaran ”dijodohkan” kawan dan kakak kelasnya di SMP. Awalnya, mereka belajar bersama, lama-lama Dion dan Andri yang sama-sama bisa bermain gitar sempat membentuk band. Kesamaan hobi membuat pasangan ini bertahan sampai Andri lulus SMA dan bekerja.
”Orangtua kami sudah sama- sama saling kenal. Artinya, sebenarnya saya serius pacaran dengan dia,” kata Dion.
Tiba-tiba, lewat pesan singkat di telepon seluler, Andri menyatakan putus hubungan dengan Dion. Tak paham dengan maksud pesan tersebut, ia datang ke rumah pacarnya, tetapi lewat ibunya, Andri menyatakan tak ingin menemui Dion.
Dunia pun seperti runtuh bagi Dion. Ia sempat mengurung diri berminggu-minggu sampai beberapa sahabatnya mengajak dia beraktivitas kembali.
”Sampai sekarang saya tak tahu apa penyebabnya, karena dia tak menjelaskan alasan putus,” lanjutnya. Kali ini, raut mukanya tampak serius. ”Perih rasanya, bahkan sampai sekarang kalau ingat dia,” kata Dion lagi.
Meski sudah putus, Dion masih menjalin hubungan pertemanan dengan Andri. Sejak putus, ia dua kali ketemu Andri di acara kesenian dan sempat ngobrol. Karena itu, ia tetap berharap Andri kembali menjadi pacarnya. Ya, terlalu sulit untuk melupakan Andri dan move on.
Kosong
Rasa galau berkepanjangan juga dialami Rangga, mahasiswa jurusan teknik informatika di Yogyakarta. Kekasih yang ia cintai meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Waktu itu, ia sedang bersiap ikut ujian masuk Universitas Gadjah Mada, datang berita duka, G meninggal dunia. ”Kaget dan sedih sekali. Saya datang ke rumah orangtuanya dan ke makam,” ujarnya.
Seusai melayat, Rangga merasa hidupnya seperti kosong. Dalam kondisi itu, ia tetap ikut bimbingan belajar, tetapi tak tahu apa yang ia pelajari. ”Pikiranku selalu ke dia,” lanjutnya.
Rangga kemudian sadar, yang lalu biarlah berlalu. Ia berusaha melupakan sang mantan dengan memacari gadis lain. Sayangnya, dua kali pacaran belum ada yang bertahan lama. Bagi dia, belum ada gadis secantik, sepintar, dan sesabar sang mantan.
Buka hati
Setelah hadir di Festival Melupakan Mantan, Rangga bertekad untuk move on, membuka hati selebar-lebarnya untuk di isi gadis yang lain. Di hari terakhir festival, ia datang kembali. ”Siapa tahu bertemu pacar baru di sini,” katanya, diiringi senyum.
Kesadaran baru agar melupakan si mantan juga muncul dalam benak Aya dan Rea. Bahkan, Aya berani berbicara di depan banyak orang dalam acara ”curhat”.
”Dulu kami berpacaran, lalu putus, dan sekarang masih temanan,” kata Aya yang datang bersama seorang warga asing yang pernah ia pacari dan sekarang menjadi teman baiknya itu. Hadirin pun bertepuk tangan memberikan suport kepada Aya.
Sementara itu, Rea yang kuliah di perguruan seni, secara lugas berani menyatakan sudah move on setelah putus cinta dari pacarnya yang jago bahasa Inggris. ”Agak susah melupakan dia walau aku yang mutusin. Habis, tiba-tiba dia jadi berubah cuek, enggak seperti biasa. Ternyata waktu itu ayah dan ibunya bercerai. Yang aku sesalkan, mengapa ia tak bercerita padaku,” kata Rea menceriterakan kisahnya.
Ada penyesalan dalam hatinya, tetapi ia mencoba melupakan kejadian itu. ”Sebelum bisa move on, secara tak sadar aku sering mempertanyakan, andai dia mau cerita pasti tak begini jadinya,” kata cewek bertubuh mungil itu.
Rupanya, ibunya mengamati perubahan perilaku Rea. ”Tiap kali aku bicara soal dia, ibu mengingatkan, sudah. Sudahlah. Di luar sana, banyak orang menunggumu lho,” tambah Rea yang masih berstatus jomblo itu.
Begitulah. Daripada hati luka terus karena mengingat sang mantan, lebih baik move on. Tahun lalu, di festival ini, dua orang yang sama-sama patah hati karena susah melupakan mantan bertemu dan saling jatuh cinta. Akhirnya mereka pun jadian.
Kini, mereka berdua bisa berkata: yang mantan biarlah jadi mantan. (TRI)