Argumentasi
Anita Carolina Wulandari, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Jawa Timur
Saat kuliah, saya termasuk aktif berorganisasi dengan IPK membanggakan. Namun, skripsi tak jua rampung. Malu saya kepada teman, orangtua, dosen, dan, diri sendiri.
Berjuang menuju bab V tinggal sedikit lagi. Saya makin rajin ke perpustakaan dan bergabung dengan para pejuang skripsi lainnya. Saya ingat teman seangkatan terus berkurang di kampus, dan umur saya terus bertambah.
Buat Program Pribadi
Sififaldus Foya, Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur
Semester VIII identik dengan mengerjakan skripsi sebagai syarat meraih gelar sarjana. Tugas penelitian lapangan (praktis) dan penelitian kepustakaan (teoretis). Supaya tak repot, saya mulai mengumpulkan bahan untuk skripsi sejak awal semester IV.
Saya membuat program pribadi dan berusaha konsisten. Setiap akhir pekan, selama satu-dua jam, saya menulis dan mengetik bahan mentah minimal satu halaman sehingga pada akhir semester IV saya berhasil menyusun program skripsi dan mendiskusikannya dengan pembimbing.
Hasilnya, sungguh memuaskan karena persiapan materi untuk penelitian lebih matang secara akademik. Kebiasaan ini saya pelihara terus, dan setiap semester saya mampu menyelesaikan satu bab. Kesetiaan dan ketaatan pada komitmen itu ditulis dan ditempelkan pada dinding kamar. Setiap kali bangun pagi atau pulang dari kampus, tulisan itu mengingatkan saya. Akhirnya saya bisa menyelesaikan skripsi pada awal semester VIII.
Banyak Referensi
Prastiwi Indrasjati, Jurusan Akuntansi, Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tugas akhir harus diambil setiap mahasiswa sebagai syarat kelulusan. Sepintas, menyusun skripsi itu mudah. Namun, faktanya, sangat sulit mencari ide, juga bingung harus mulai dari mana. Plus banyak mahasiswa tidak terbiasa menulis artikel ilmiah.
Semua itu membuat saya malas menyelesaikan tugas akhir. Apalagi, saya belum juga dapat ide dan topik bahasan untuk tugas akhir. Penyusunan skripsi akan terhambat karena karya harus bersifat orisinal. Artinya, kita harus kreatif mengolah kata dan kalimat, bukan asal menyalin tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumber.
Untuk itu, saya berusaha banyak membaca referensi tugas akhir, skripsi, tesis, dan jurnal guna menambah pengetahuan perihal topik yang dibahas, cara pembahasan, dan struktur penulisan. Agar tidak terlalu bingung, saat magang dapat menjadi salah satu bahan untuk penyusunan tugas akhir. Selain skripsi selesai, kita dapat memberikan manfaat bagi perusahaan melalui pembahasan dan saran dalam tugas akhir.
Dilema Besar
Muhammad Nur Salim, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, Jawa Tengah
Pada semester VIII tahun 2017 ini, saya menghadapi dilema, yakni menyelesaikan skripsi versus kegiatan organisasi Pers Paradigma yang mengadakan acara Haflah Ilmiah Jilid 3. Pelaksanaan kuliah kerja nyata (KKN) dimulai 20 Januari 2017 di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Sementara nasib judul skripsi saya belum jelas.
Bukan menggampangkan tugas pendidikan, melainkan saya memerlukan waktu untuk penelitian skripsi. Teman-teman satu kelas sudah mendapat dosen pembimbing untuk skripsi. Banyak dari mereka yang mengerjakan proposal dan revisi.
Saya belum mempersiapkan apa-apa karena harus bertanggung jawab dengan acara Haflah Ilmiah Jilid 3. Belum lagi harus liputan mencari berita lokal untuk mengisi situs berita daring. Skripsi pun tertunda. Namun, saya akui, saya kurang disiplin dan membaca buku untuk tugas akhir. Benar-benar perlu waktu dan ketenangan pikiran dalam mengerjakan skripsi.
Bukan Sekadar Syarat Lulus
Rie Vay Pakpahan, jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan
Mengerjakan skripsi tidak segampang perkiraan. Harus mulai dari judul yang kelak akan berguna bagi masyarakat, bukan sekadar syarat lulus, lalu skripsi dipajang di perpustakaan kampus. Untuk itu, harus banyak membaca dan serius mengerjakannya. Pasti menguras tenaga dan waktu.
Saya malas mengerjakan skripsi karena takut ditolak kala mengajukan judul kepada dosen. Saya juga tidak ingin mendapat banyak pertanyaan dari dosen atau kepala jurusan. Saya masih ingin berlama-lama kuliah, karena semasa kuliah saya punya banyak waktu untuk membaca, berdiskusi, dan menulis bersama kawan-kawan mahasiswa.
Suatu kesenangan tersendiri bagi saya ketika belajar bersama mahasiswa lain dan kami bebas berekspresi. Menurut saya, jika lulus dari kuliah pasti akan sulit melakukan semua hal itu. (TIA)