Berbuka Hemat Tanpa Buka Dompet
Sudah jadi ketentuan umum ketika bulan Ramadhan tiba, masjid-masjid menggelar buka puasa bersama. Menunya biasanya kolak, gorengan, atau nasi kotak. Kegiatan ini didanai oleh sumbangan dari para donatur.
Lihat saja Masjid Istiqlal, Jakarta, yang didatangi ribuan orang saat berbuka puasa. Panitia menyediakan sekitar 3.000 nasi kotak setiap hari. ”Itu pun kadang kurang,” kata seorang anggota panitia.
Senin (5/6) sore itu, menjelang waktu berbuka puasa, ribuan orang telah duduk rapi di halaman dalam Masjid Istiqlal. Pria di sebelah kiri dan perempuan di sisi kanan. Mereka diarahkan untuk duduk bersila berhadap-hadapan dengan saf (barisan) beberapa deret. Saf ini tiap waktu bertambah seiring semakin banyaknya orang yang datang.
Nisa (19), salah satu dari mereka. Bersama 30 rekan mahasiswa akuntansi di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, mereka memutuskan berbuka puasa bersama di Masjid Istiqlal. Mereka baru saja melakukan praktik lapangan di kawasan Pasar Baru yang tidak begitu jauh dari masjid itu.
”Karena waktunya sore, takut macet, kami mutusin buka puasa di sini. Ini juga baru pertama kali buka puasa di Istiqlal,” kata gadis manis berkacamata ini. Rekannya, Ayu (17), mengiyakan. Di Istiqlal, mereka bisa segera melaksanakan shalat Maghrib, bersilaturahim dengan warga dan pastinya bisa makan bersama.
Menu buka puasa di Istiqlal adalah nasi kotak, biasanya menu nasi padang dan tiga butir kurma. Menu itu sudah sangat nikmat saat dimakan bersama ribuan orang. Tentunya, biaya buka puasa juga irit. Hanya membeli air kemasan atau membawa dari rumah agar persediaan air minum cukup banyak.
Berhemat
Buka puasa bersama secara gratis juga bisa jadi jurus untuk berhemat. Maklum, biaya buka puasa sekarang memang lumayan bagi kantong mahasiswa yang tinggal di kos-kosan.
Mari kita simulasikan biaya buka puasa sehari-hari di Jakarta. Harga gorengan seperti tempe, tahu, atau bakwan Rp 1.000 per potong. Satu gelas kolak atau es buah Rp 10.000. Makanan berat (nasi dengan lauk ayam) tidak kurang dari Rp 20.000. Jadi, jika kita memakan tiga biji gorengan, satu kolak, dan nasi ayam, berati harus merogoh kocek Rp 33.000.
Harga itu hanya untuk sehari. Jika dihitung sebulan, totalnya Rp 990.000. Itu angka yang cukup besar untuk anak kos-kosan. Padahal, hitungan itu masih mengacu pada harga makan di warung dan kaki lima. Jika berbuka puasa di mal atau restoran, angkanya bisa naik tiga hingga lima kali lipat. Pengeluaran pun jadi lebih boros.
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Adelia Sance, baru sekali mencicipi takjil gratis di Mushala Al-Ikhlas sekitar Kampus UMJ. Baru pulang dari salah satu ATM saat buka puasa tiba, ia memutuskan singgah di halaman mushala itu.
Biasanya ia mengeluarkan Rp 30.000 untuk membeli makan dan minum saat buka puasa. Di mushala itu, makanan gratis. ”Membantu banget, sih, kita yang ada di tengah jalan pas azan maghrib, bisa makan di mushala ini,” katanya.
Sebelumnya, Adel tak tahu bahwa di mushala tak jauh dari kosnya menyediakan takjil gratis untuk orang yang hendak berbuka. Ia merasa beruntung karena mendapatkan makan dan minuman gratis saat perjalanan pulang.
Jadi panitia
Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin Institut Perguruan Tinggi Alquran (PTIQ), Ahmad Badrudin, juga menikmati buka puasa bersama di masjid. Badru, nama panggilannya, setiap hari berbuka di situ karena kebetulan dia juga menjadi panitia buka puasa.
Kegiatan itu dijalani Badru selama bulan puasa. Ia bersama tujuh temannya menjadi pengurus masjid yang menyediakan takjil gratis untuk masyarakat sekitar, tak terkecuali mahasiswa. Setiap hari, Badru membantu masjid. Kegiatan itu membawa berkah bagi dirinya karena dapat berbuka puasa setiap hari tanpa mengeluarkan biaya.
Di luar bulan Ramadhan, biasanya Badru mengeluarkan lebih dari Rp 200.000 untuk makan sehari-hari. Dengan buka puasa di masjid, ia dapat menghemat pengeluaran bulanan. ”Alhamdulillah selama puasa, saya belum mengeluarkan uang untuk makan. Sahur juga disediakan di sini,” ujar Badru saat ditemui, Selasa (6/6).
Tak hanya dapat menyantap menu buka puasa dengan gratis, Badru juga merasakan kebersamaan yang terjalin selama bulan puasa ketika buka bersama di masjid.
Rahmat (25), peserta buka puasa di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, menuturkan, selain lebih hemat, berbuka puasa bersama di masjid jauh lebih berfaedah. Ia bisa bersilaturahim dan mengenal banyak orang dari lingkungan berbeda.
Di Jakarta, selain menyemarakkan masjid-masjid, buka puasa juga banyak digelar di tempat lain. Sekelompok orang kerap membagikan makanan untuk berbuka di halte transjakarta, Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, atau di perempatan jalan.
Tak berlebihan jika fenomena buka puasa gratis itu dihitung sebagai bagian dari berkah Ramadhan. (JAL/*)