Berdiskusi Keadilan Global di Jerman
Sebanyak 400 mahasiswa dari 80 negara berkumpul untuk mengikuti International Student Week in Ilmenau (ISWI) di Technische Universitat Ilmenau, Jerman, pada 12-21 Mei 2017. Selama sepuluh hari, peserta berkumpul dan berdiskusi mengenai isu-isu global terkini yang membutuhkan solusi.
Rangkaian acara dimulai dengan seminar dan diskusi panel. Deretan pembicara hadir di acara itu, mulai dari akademisi seperti Alicia Cabezudo (Professor for Peace Education di National Rosario University di Argentina), praktisi lingkungan Kumi Naidoo (Greenpeace Executive Director tahun 2009-2015), sampai dengan bloger dan jurnalis terkenal dari Libya, Salah Zater.
Diskusi kelompok dibagi menjadi empat sesi selama sepuluh hari, di mana para partisipan dipisahkan sesuai dengan grup pilihan masing-masing dan diberi kebebasan berekspresi.
Sesuai dengan tema besar tahun ini, ”Global Justice: A Fair(y) Tale?”, ISWI menyediakan 28 tema diskusi. Beberapa di antaranya migrasi dan integrasi, keadilan hak asasi manusia, kesetaraan jender, serta media dan komunikasi. Peserta diminta membuat suatu rencana dan solusi sesuai dengan tema tersebut.
Untuk melepas penat, pada malam hari digelar Open Air Concert dan Intergalactic Night yang menyulap sebagian dari kampus Technische Universitat Ilmenau menyerupai ruang angkasa. Para peserta dapat menikmati planetarium di ruang terbuka, lengkap dengan prototipe berbagai planet dan teleskop untuk melihat bintang. Ditambah lagi, dengan udara dingin malam Jerman yang semakin menambah kesan mendalam.
Setelah mengikuti kelompok kerja selama empat hari, para partisipan kemudian bersiap untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di hadapan seluruh partisipan. Jangan bayangkan presentasi membosankan, ya, karena di ISWI presentasi dapat dilakukan sekreatif mungkin. Dari mulai permainan seru yang menitikberatkan pada tema kesatuan, ataupun pertunjukan teater, tarian, sampai dengan full-band performance!
Misalnya, presentasi kelompok media dan komunikasi tentang bagaimana mengenali berita hoaksdi media sosial. Diharapkan, warganet tidak sembarang berbagi informasi yang belum dikonfirmasi oleh sumber kredibel.
Salah satu cara mengenalihoaks adalah dengan menelusuri artikel dari sumber lain dan membandingkan isi berita keduanya. Cara lainnya, melihat apakah artikel mencantumkan fakta dari sumber resmi yang terpercaya, bukan sekadar opini penulis.
”Acaranya seru banget. Paket komplet deh! Seru dan edukatif. Bisa bertemu banyak teman dari banyak negara dan saling berbagi pengalaman. Aku jadi belajar banyak tentang persepsi orang-orang dari sejumlah negara,” ungkap Tika Mulya, mahasiswi Jurusan Akuntansi, Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
ISWI merupakan program dua tahunan oleh Federal Ministry of Education and Research, Jerman bekerja sama dengan German Academic Exchange Service (DAAD) dan Technische Universitat Ilmenau. Program ini telah berjalan selama 20 tahun dengan tema yang berbeda setiap kegiatan.
First Chairperson ISWI 2017, Andreas Vieregg, mengatakan, persiapan ISWI dimulai dari November 2016 dengan dibantu lebih kurang 30 orang dalam organizing committee. ISWI juga mengajak sesama mahasiswa lokal Ilmenau untuk berpartisipasi sebagai host family bagi para partisipan.
”Dorong dan cari orang-orang yang memiliki motivasi tinggi untuk membantu persiapan acara. Aku pikir ketika kita sudah menemukan orang-orang yang memiliki passion yang sama, maka semuanya akan berjalan lancar dengan sendirinya,” ungkap Andreas.
Menurut Andreas, ada beberapa tema lain yang menjadi pertimbangan bagi panitia ISWI 2017 sebelum memutuskan untuk mengambil tema ”Global Justice” seperti lingkungan, keadilan sosial, dan hubungan internasional. Sejalan dengan semakin pesatnya arus globalisasi dan modernisasi, banyak hal yang dianggap tak penting satu dekade lalu menjadi isu hangat diberitakan di media dan menjadi buah bibir masyarakat.
Sebut saja isu terorisme, cyber crime, dan migrasi. Tentu mengundang segudang pertanyaan, salah satunya bagaimana kemampuan manusia menghadapi berbagai tantangan dan seberapa adilkah keputusan yang diambil terkait dengan isu-isu tersebut.
Sambutan meriah
Indonesia patut berbangga karena pada 2017 Indonesia mencetak sejarah dengan menduduki posisi kedua untuk jumlah partisipan terbanyak, yaitu 25 delegasi yang merupakan mahasiswa berprestasi dari berbagai universitas di Indonesia. Melalui perencanaan yang matang, delegasi Indonesia pun mendapat sambutan hangat dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Ilmenau dan tak ketinggalan pula dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin.
”Saya senang sekali bisa bergabung bersama teman-teman mahasiswa di Ilmenau dan khususnya bisa bertemu dengan semua teman-teman dari universitas-universitas di Indonesia yang mengikuti ISWI. Ini sudah pekerjaan kami sebagai KBRI Berlin untuk memfasilitasi dan mendukung semua kegiatan yang bersifat kemahasiswaan di Jerman. ISWI sangat berguna dan sangat bermanfaat untuk teman-teman mahasiswa dari Indonesia untuk berbagi ide dan berbagi pengetahuan” ujar Wakil Kepala Perwakilan Indonesia untuk Jerman Perry Prada.
Ketua PPI Ilmenau Mulya Adhithia mengatakan, warga Indonesia yang datang ke Ilmenau sebisa mungkin mereka sambut. ”Walaupun kita sudah di Eropa, budaya Indonesia itu tetap harus kita jaga silaturahim. Jadi buat mahasiswa di Indonesia, kami sangat menyarankan untuk ikut serta di ISWI 2019. Mudah-mudahan bisa kami sambut dan silaturahim dengan mahasiswa Indonesia lainnya. Kita perkenalkan sedikit bagaimana tradisi orang Jerman kalau bikin acara,” kata Mulya.
Nah, kurang apa lagi? Bertandang ke negara baru, bertemu teman-teman dari sejumlah negara, sambutan hangat oleh diaspora, membahas isu-isu terkini, sampai menjadi mini diplomat untuk negara bisa dirangkum menjadi satu pengalaman dalam international student week. Sampai jumpa dua tahun lagi!
Annisa Dina Haryadiputri Mahasiswi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang