Merawat Ingatan
Mencurahkan Perasaan
Grace Kolin, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara
Di masa kecil, saya suka sekali mencurahkan perasaan dan kejadian yang saya alami di sebuah buku diary kecil yang bersampul tokoh kartun kesukaan dan ada gemboknya. Sayangnya, buku diary saya terbaca oleh adik saya karena kebetulan gemboknya begitu mudah dijebol. Seiring majunya teknologi, saya mengalihkan buku diary saya ke laptop. Untuk beberapa momen spesial ataupun perasaan hati yang sulit terungkapkan oleh kata-kata, saya ketik di program MS Word.
Sebelum disimpan, saya beri nama file sesuai tanggal untuk membedakannya dengan file lain, plus password supaya tidak mudah diakses orang lain. Diary versi digital itu acap kali saya sebut e-Diary. Inovasi baru buku diary yang aman dan lebih praktis. Saya tidak perlu khawatir lagi. Privasi saya aman, dan saya pun bisa membaca kembali e-Diary itu kapan pun saya mau.
Tulis yang Positif Saja
Yasin Yusuf Abdillah, Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Buku harian atau diary tidak selamanya baik untuk kita. Adakalanya buku diary membuat diri dan batin kita tersiksa karena terkenang masa lalu yang kurang baik. Kenangan yang ada membuat kita bahagia juga sengsara akibat membuka lembaran perjalanan hidup dalam buku diary. Rasa jengkel, sebel, muak, akhirnya muncul lagi setelah kian lama terlupakan.
Saya selalu mencatatkan hal-hal yang baik dan positif dalam buku diary supaya energi positif selalu mengalir di diriku. Dengan membuka buku diary, semangat pun tumbuh dalam jiwaku, saya termotivasi untuk selalu menulis yang baik-baik dan positif. Kenangan yang baik-baik, yang penuh canda tawa selalu membuat diri kita tersenyum, senang, dan kesedihan pun hilang.
Jadikan buku diary sebagai obat pelipur lara, obat kesedihan. Hindari kenangan yang selalu membuat diri kita kerdil, terpuruk, dan tidak berkembang. Jadikan masa lalu sebagai motivasi dan perubahan dalam diri kita pada masa sekarang dan yang akan datang.
Yuk, jadikan diary kita sebagai sahabat yang mengingatkan kita hal-hal yang baik dan membuat diri kita termotivasi untuk melangkah ke depan ke hal-hal yang lebih baik.
”Diary” seperti Sosok Ibu
Abdul Majid, Mahasiswa Jurusan Dakwah dan Komunikasi Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Sewaktu saya mondok dulu, tepatnya saat duduk di bangku kelas II SMP, saya mesti beradaptasi dengan lingkungan baru. Dunianya kaum sarungan yang kegiatannya lebih difokuskan untuk bersentuhan dengan kitab kuning. Saya belum bisa memaknai kitab. Pengurus pondok memaklumi dan menyarankan saya memaknai pakai huruf Latin. Tidak langsung ditulis di kitab.
Akhirnya, setiap mengaji saya menuliskannya di diary, plus menuangkan setiap aktivitas sebagai santri di buku itu. Apalagi, kalau kiriman (uang) orangtua belum masuk, mencurahkan keluh-kesah dalam buku diary semakin terasa nikmat. Setiap kiai memberikan siraman rohani, tak jarang nasihat bijak itu saya tuangkan dalam diary agar selalu ingat petuahnya.
Yang paling penting, diary itu selalu siap mendengar keluh-kesah, apalagi saat rindu akan keluarga. Diary bagaikan sosok ibu bagi saya.
Belajar dari Sosok Gie
Goklas Wisely, Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara
Diary ataupun catatan harian ialah wahana mengisi sisi malam yang penuh dengan cerita mewakili sebuah rasa gelisah. Sedih dan bahagia menjadi jiwa di balik rentetan kata hingga terbentuk kalimat. Saya menulis diary sejak mengenal sosok seorang pemuda intelektual Indonesia bernama Soe Hok Gie.
Catatan harian yang dijadikan buku berjudul Catatan Seorang Demonstran membuat saya terinspirasi untuk melakukan hal yang sama. Buku, cinta, dan pesta. Ketiga hal tersebut termuat di dalam diary Soe Hok Gie.
Di tengah kesibukan dunia kampus, ia dapat menyisakan waktu untuk memberi makna pada sebuah lembar kertas putih. Kini goresan tangan tersebut pun tidak luput dari bacaan kaum mahasiswa. Inilah yang membuat saya termotivasi. Di kala saya ingin merawat ingatan akan sesuatu yang lampau, diary adalah jalan terbaik untuk kembali dibuka.