Wajah Rizal (21), Kemal (24), Bayu (23), dan Ervan (30) terlihat bingung. Di hadapan mereka terdapat petak-petak segi enam bergambarkan bentang alam seperti gunung, pantai, dan lembah. Sejumlah benda lainnya seperti meeple, token, dan kartu berjajar melengkapi petak yang terhampar di atas selembar kain coklat polos. Untungnya ada pemandu yang sigap membantu mereka memahami ”benda-benda asing” yang menjadi bagian dari permainan papan yang bernama Candrageni itu.
Tak berselang lama, mereka memutuskan untuk mulai bermain meski belum sepenuhnya paham dengan aturan yang dijelaskan. Satu hal yang mereka berempat pahami dengan cepat: di akhir permainan nanti ada salah seorang di antara mereka yang keluar sebagai pemenang, atau mereka semua kalah karena terlalu sibuk bersiasat sehingga tak acuh dengan kekuatan ”lain” yang diam-diam ikut bermain pula di sana.
Waktu berlalu, Rizal, Kemal, Bayu, dan Ervan mulai akrab dengan permainan itu. Mereka berlomba mengumpulkan poin yang didapat dari membangun candi atau mengambil kapal pedagang yang masuk di setiap akhir ronde permainan. Sekilas, Kemal terlihat unggul dibanding kawan-kawannya.
Namun, ketika kemenangan seakan sudah di depan mata, ”alam” memainkan peranannya sendiri. Kartu bencana yang dibuka ternyata bergambarkan letusan gunung berapi dan menyatakan bahwa semua pemain kalah. Alih-alih kecewa, Kemal—begitu juga lawan mainnya—tertawa meski tertimpa ”bencana”.
Begitulah suasana Playday Candrageni dan Celebes di Dakon Board Game Library, Yogyakarta, Sabtu (8/7) siang. Pada saat yang sama, board game lokal itu serentak dimainkan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Komunitas board game Solo memainkan Celebes dan Candrageni pada hari yang sama mulai sore hari.
Di Jakarta, Celebes dan Candrageni dimainkan di Main District, Kuningan City Mall, Jakarta. Para penggemar board game di Jakarta antusias mencoba kedua permainan itu. Denny Hartanto, salah seorang penggemar board game, penasaran ingin mencoba lagi kedua permainan itu. Alur permainan dan denda yang dibebankan kepada pemain, menurut dia, cukup menantang meski pasti ada kekurangannya juga.
Di Solo, Celebes dan Candrageni dimainkan Board Game Library Solo. Acara diikuti puluhan anggota komunitas board game Solo yang sedang mekar-mekarnya. ”Board game mengingatkan saya pada nostalgia masa kecil dahulu. Zaman sebelum ada gawai (gadget). Menurut saya, board game lebih asyik dimainkan ramai-ramai,” kata Fanny Chotimah yang malam itu datang bersama keluarga.
Hal senada disampaikan Wiwik Sri Rejeki dan Djoyo Marsiono. ”Ketika bermain board game, anak-anak jadi lupa kalau ada gadget,” kata Wiwik yang datang bersama keluarganya.
”Board game permainan yang bagus, lebih dari sekadar hiburan,” tambah Djoyo. Menurut dia, bermain sama dengan belajar. Board game adalah simulasi suasana kehidupan, ada peraturan (rules), ada masalah dan tantangan, ada kerja sama tim maupun kompetisi. Djoyo bahkan tak hanya menjadi pelanggan Board Game Library. Secara periodik, ia juga mengoleksi berbagai jenis board game.
”Saya rata-rata membeli satu board game per bulan. Karena koleksi pribadi agak ketinggalan, kadang beli dua,” kata Djoyo.
Tak hanya memainkan dua game tersebut, pengunjung juga antusias memainkan permainan lain yang menjadi koleksi Board Game Library Solo. Ichsan yang datang bersama empat temannya, Rifqi, Surya, Miranda, dan Yurike, misalnya, memilih memainkan Fold It, game sederhana yang mengasah logika dengan cara melipat kain untuk membuat berbagai menu masakan.
”Aku sengaja mengajak mereka main, karena dengan board game kita bisa lebih mengenal dan mendekatkan diri satu sama lain serta belajar mengasah skill berpikir kita maupun skill sosial kita,” kata Ichsan yang menjadi pelanggan setia sejak Board Game Library buka.
”Dari board game, kita bisa belajar dan berlatih banyak hal tergantung dari jenis game yang dimainkan,” tambahnya.
Tulisan lengkap mereka akan dimuat secara berseri di situs http://muda.kompas.id mulai Senin)Arsip Nindias Nur KhalikaPenggemar board game mencoba Celebes dan Candrageni di Dakon Board Game Library, Yogyakarta, Sabtu (8/7).
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.