Argumentasi
Rebana Hia, mahasiswi Program Studi Pendidikan Akuntansi 2014 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Belajar Bersyukur
Holy Fikriya Luqis, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang, Jawa Timur.
Saya punya pengalaman mengabdi sebagai guru agama Islam selama Ramadhan di SD Desa Lengkong Lor, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Desa itu cukup jauh dari pusat kota dengan akses jalan tidak mendukung. Di sana saya tidak hanya menjadi guru di sekolah formal, tetapi juga menjadi guru di Taman Pendidikan Al Quran.
Kondisi desa itu memprihatinkan. Desa sering dilanda kekeringan, sinyal telepon seluler susah didapat, listrik terbatas. Hal itu membuat saya ingin mengundurkan diri. Beberapa faktor itulah yang tampaknya menyebabkan desa tersebut kekurangan tenaga pendidik. Misalnya hanya ada satu guru mengaji yang mengajar puluhan santri.
Namun, anak-anak tidak patah semangat untuk belajar. Semangat mereka mampu membakar keinginan saya untuk terus mengajar. Dari situ saya mendapat pengalaman berharga, selain mengajar para siswa dan mengenal orangtuanya, yang terpenting menambah rasa syukur saya kepada Sang Khalik.
Tanpa Tanda Jasa
>
Yasin Yusuf Abdillah, Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sebagai mahasiswa, kuliah menjadi hal sangat penting. Akan tetapi, di samping kuliah, mengikuti kegiatan di luar perkuliahan juga penting. Saya pernah menjadi sukarelawan di komunitas pencinta sungai di Yogyakarta. Menjaga kelestarian sungai kami lakukan dengan cara membersihkan sungai dan menanam pohon di bantaran sungai.
Menurutku, kegiatan itu menyenangkan dan bermanfaat bagi lingkungan. Saya juga punya teman baru dari berbagai kampus. Kami belajar bekerja sama walau sebelumnya belum pernah saling kenal.
Bagi saya, menjadi sukarelawan mempunyai kebanggaan dan keistimewaan tersendiri. Banyak pengalaman unik dan menarik yang saya dapat. Pengalaman adalah guru yang paling berharga dan pengalaman itu tidak saya dapat di bangku perkuliahan.
Beraksi untuk Berbagi
Henni Pransiska Manullang, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan.
Menjadi volunter memberikan kesempatan bagi saya untuk mengaplikasikan ilmu dari kampus. Salah satunya, menganalisis keadaan sosial di tempat saya menjadi volunter di Persekutuan Alumni Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Sejak semester III, saya dan kawan volunter lain mengajar di Kampung Aur, sebuah daerah aliran sungai di Kota Medan, Sumatera Utara.
Pertama kali ke sana saya melihat pemukiman penduduk sangat padat dan tidak teratur, banyak anak putus sekolah. Selama menjadi volunter dan bergaul dengan anak-anak, saya mengetahui kisah beberapa anak belia yang ditinggal kedua orangtuanya yang di hukum karena kasus kriminal. Mereka terpaksa tinggal di rumah tetangga yang menampung dan memberi makan.
Saya melihat hal itu mengganggu proses perkembangan si anak. Kami berharap kehadiran kami memberikan dampak positif bagi semua anak sana. Menjadi volunter benar-benar sebuah aksi nyata untuk berbagi. (TRI)