Selasa (5/9), sekitar pukul 19.00, Insomniak Cafe yang berada di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, mulai ramai oleh pengunjung yang kebanyakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Malam itu, Insomniak Cafe punya acara Selasa Tawa yang diisi komunitas Stand Up Comedy UIN Jakarta.
Sekitar pukul 20.00, Selasa Tawa yang menampilkan 10 komika dimulai. Salah satunya Muhammad Al Jufri, finalis Stand Up Comedy Indonesia 7. Gayanya yang kocak saat mengisahkan perjuangan mendekati sang pacar selama 2,5 tahun membuat penonton terbahak-bahak. Selain Jufri, ada beberapa komika baru yang sedang mengejar jam terbang dan melatih mental. Jadi, jangan heran jika materi humornya belum bisa masuk kategori ”kompor gas”. Nggak apa-apalah, namanya juga lagi belajar.
Acara seperti itu bisa berlangsung hingga menjelang larut malam. Setelah itu, ada saja pengunjung yang meneruskan acara nongkrong hingga dini hari.
Di kawasan Ciputat, Insomniak Cafe hanya satu dari beberapa tempat nongkrong bagi para mahasiswa ”ahli begadang”. Ada beberapa tempat lagi seperti Marlion Cafe dan What’s Up. Tempat-tempat seperti itu menjadi habitat yang nyaman bagi mahasiswa ”nokturnal” yang biasa melek di malam hari. Makanan dan minumannya murah. Mereka juga bisa nongkrong sampai malam, mengerjakan tugas, diskusi, bahkan (ehem) pacaran.
Insomniak buka hingga pukul 00.00 untuk hari biasa dan pukul 02.00 untuk akhir pekan. Marlion Cafe kadang buka sampai pagi jika ada siaran langsung sepak bola. Kalau pengunjung belum puas begadang, mereka bisa melanjutkan nongkrong di warung-warung mi instan.
Fitrah Maulana, mahasiswa Jurusan Komunikasi UIN Jakarta, bercerita, dirinya biasa nongkrong di Insomniak bersama teman-temannya. ”Biasanya, habis manggung (stand up) kami enggak langsung pulang, tapi ngobrol dulu sambil evaluasi bagaimana penampilan di panggung. Kadang pindah tempat, bisa sampai pagi, tuh,” katanya.
Bersama dengan temannya, Mahbubi atau Bobi, Maulana bergantian menceritakan apa saja kegiatannya kalau tidak bisa tidur di malam hari. ”Awalnya sering mengerjakan tugas sampai malam, lalu jadi kebiasaan deh. Kadang-kadang malah jadi kepikiran mencari ide untuk stand up comedy,” kata Bobi yang kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta.
Akibat kurang tidur, Bobi sering merasa capek. ”Pernah, tuh, nyobain minum teh kemasan dan coke. Setelah itu langsung ngantuk, sugesti mungkin, ya,” kata Bobi sambil tertawa.
Selain mereka, banyak anak muda yang mengalami gangguan tidur dalam kurun waktu lama. ”Aku sejak SD sudah tidur jam sepuluh malam. Sekarang biasanya baru tidur jam satu pagi, kadang jam empat pagi,” ujar Andrea Novita Rinesti, mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Kadang ia begadang untuk belajar dan mengerjakan tugas kuliah. Menurut Novi, model belajar ”ngalong” seperti itu memudahkannya memahami materi.
Hal serupa juga dirasakan Viktorikus Adhamas, mahasiswa Fakultas Seni Desain Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang. ”Aku kadang baru bisa tidur jam empat pagi. Jam enam pagi udah bangun lagi. Untuk mancing ngantuk, kadang aku main ponsel atau menggambar,” katanya.
Pesan kak dokter
Selain mengerjakan tugas yang membuat seseorang tidur hingga larut malam, anak muda ternyata juga hobi bermain dalam pikirannya sendiri. Beragam pikiran berkecamuk dalam otaknya, seperti cara memperbaiki hidup hingga memikirkan masa depannya.
Praktisi kesehatan tidur dr Andreas Prasadja menjelaskan, pasien yang datang menemuinya sekarang ini banyak yang berstatus mahasiswa. Mereka datang dengan keluhan mengantuk berlebihan di siang hari. Rasa kantuk yang tidak tertahan, lanjutnya, malah lebih berbahaya. Apalagi mahasiswa sering berkendara atau pergi ke mana-mana.
”Kondisi itu bisa terjadi karena aktivitas sosial atau tugas kuliah yang harus diselesaikan. Mereka bukan murni tidak bisa tidur, melainkan karena tidak mengenali jam biologis. Biasanya orang dewasa muda memiliki jam biologis yang unik, seperti pukul 22.00, mereka justru segar dan pikirannya penuh dengan ide-ide kreativitas,” kata Andreas.
Menurut Andreas, banyak anak muda yang mengalami behaviorally induced insufficient sleep syndrome, gangguan tidur disebabkan pengurangan waktu tidur hingga mengakibatkan kantuk berlebihan di siang hari. ”Aktivitas yang banyak membuat mereka menunda tidur, padahal pagi hari pukul 07.00 sudah mulai beraktivitas. Secara sadar, mereka mengurangi waktu tidur untuk belajar atau bekerja. Akibatnya berdampak terhadap penurunan kemampuan otak dan kondisi emosi,” kata Andreas.
Dia menceritakan, seorang pasien mahasiswa datang dengan keluhan insomnia. Namun, setelah didalami lebih lanjut, kata Andreas, mereka bukan murni tidak bisa tidur, melainkan tidur di jam yang tidak biasa, yaitu pukul 02.00 atau 04.00.
Andreas menyarankan mahasiswa memprioritaskan waktu untuk tidur. Sebab, kurang tidur bisa menurunkan kemampuan konsentrasi dan daya ingat. Mulailah mengatur jadwal pada sore hari dengan sebaik-baiknya, termasuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah.
Ketika waktu tidur tiba, tidurlah yang cukup. Akan tetapi, jangan lupa bangun lagi, ya. (SIE/*)