Senasib Sepenanggungan di Rantau
Jenis kegiatan dan bantuan senior beragam. Himasma 3 Teladan Bukittinggi selalu memberi petunjuk bagi siswa kelas XII SMA yang akan kuliah ke luar daerah. Arahan berupa gambaran kota dan perguruan tinggi tujuan belajar.
Para alumnus juga menampung calon mahasiswa di rumah dan memberi beasiswa bagi mahasiswa perguruan tinggi negeri. Bantuan uang transpor dan beasiswa khusus bagi alumnus pandai, tetapi dari keluarga tidak mampu.
”Total penerima beasiswa sejak tahun 2012 mencapai 98 orang,” kata Efrizon, Ketua Umum Himasma 3 Teladan Bukittinggi, pekan lalu, di Bandung. Sumber dana beasiswa berasal dari para alumnus.
Besaran beasiswa memang tak sebesar uang kuliah plus biaya hidup. Efrizon menyebut rata-rata besar beasiswa Rp 15 juta per tahun.
Salah satu alumnus SMA 3 Teladan Bukittinggi, Didik Supriadi, yang kuliah di Sekolah Teknik Elektronika dan Informatika ITB Bandung, terbantu gerakan kakak alumnusnya. Saat menginjak Kota Bandung pada awal Agustus, Didik langsung tinggal di rumah Efrizon sampai mendapat kos.
”Ke mana-mana saya diantar ibu Efrizon. Beliau memberi tahu kawasan kampus dan tempat nongkrong,” ujar Didik yang orangtuanya membuka usaha bengkel mobil di Bukittinggi.
Alumnus sekolah lain di Sumatera Barat pun membantu yunior sedaerahnya. Sebutlah Alumni SMAN 10 Padang. ”Dua minggu lalu, kakak alumnus mengundang kami yang kuliah di Bandung makan bersama,” kata Faris Sefrima, mahasiswa Ilmu Bumi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB.
Alumnus yang masih mahasiswa juga sedia membantu adik kelasnya memahami mata kuliah.
Mahasiswa ITB asal Sumatera Barat membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa Kesenian Minang. Ketua UKM Kesenian Minang ITB M Mukhtarul Amri menyatakan, selain menjadi tempat belajar budaya Minang, organisasi juga menjadi tempat berbagi info.
Antar-jemput
Sadar kondisi Kota Malang berbeda dengan Madiun, Formadima setiap tahun membantu yunior yang akan tes dan kuliah di Malang. ”Kami tak memandang mereka dari sekolah mana dan akan kuliah di perguruan negeri atau swasta. Semua kami bantu,” ucap Anisa Arbaningrum, anggota Formadima, mahasiswa Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang.
Untuk menyosialisasikan komunitas mahasiswa itu, setiap Januari, anggota Formadima datang ke SMA-SMA di Madiun. ”Kami juga sering buka both di pameran untuk membagikan nomor kontak kami kepada siswa SMA,” lanjut Anisa.
Cara itu memudahkan siswa asal Madiun yang akan tes di Malang. Juni lalu, Formadima mengorganisasi keberangkatan sekitar 50 siswa SMA yang ikut tes masuk perguruan tinggi di Malang.
Formadima menyewa bus untuk antar-jemput siswa dari Madiun ke Malang. Mereka juga mencarikan penginapan, menyediakan makan, mengantar ke tempat tes, sampai memberi petunjuk cara menjawab soal.
”Aku hanya bayar Rp 350.000 untuk ikut rombongan Formadima. Itu membantu sekali karena orangtuaku tak perlu antar ke Malang,” ujar Aldo, salah satu siswa yang ikut tes ke UB Malang.
Setelah adik-adik tadi diterima kuliah, para senior mencarikan mereka rumah kos. Sembari mencari kos, yunior yang tak punya saudara atau kenalan boleh tinggal di kos anggota Formadima.
Gegar budaya
Kelompok lain, Asmud menjadi rumah bagi mahasiswa Garut yang kesulitan beradaptasi di tempat kuliah. Berbagai agenda mereka gelar untuk mengakrabkan diri.
Salah satu acara, mahasiswa dari sejumlah kampus di kota besar mengadakan supercamp bagi siswa kelas XII.
Pada acara tersebut peserta bertemu mahasiswa asal Garut yang kuliah di luar kota. Para senior menginformasikan bagaimana menjadi mahasiswa, contohnya di Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Sekolah Tinggi Administrasi Negara Jakarta.
Yuma Ridwan (22), salah satu koordinator mahasiswa yang kuliah di Jakarta, biasa mengurus mahasiswa yang baru datang ke Ibu Kota. ”Sebelum diterima di perguruan tinggi, biasanya mereka menginap di tempat saya atau koordinator lain. Kalau sudah lulus, kami carikan kontrakan sesuai kantong dia,” kata Yuma di Jakarta, Rabu (30/8).
Para senior juga mengajak calon mahasiswa berkeliling Jakarta untuk memberi tahu tempat-tempat penting dan tempat nongkrong yang murah sekitar kampus.
Azmi Baihaqi (18), mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta senang bergabung di Asmud. Selain bisa kenal orang sedaerah, ia juga tahu bagaimana menjadi mahasiswa di Jakarta. ”Saat ujian masuk, saya menginap di kontrakan mereka,” katanya.
Yang lucu, mahasiswa baru sering curhat ke senior. Ihsan Kamaludin (22), mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta sering menerima keluhan dari mahasiswa baru tentang kehidupan di Jakarta.
Mayoritas keluhan soal perbedaan budaya yang membuat mereka mengalami gegar budaya. ”Saya beri pengertian agar ia bisa beradaptasi di sini,” katanya.
Asmud punya kebiasaan unik yang terus terjaga, yakni mudik bersama. Mudik bersama menambah keakraban kawan sekampung halaman. (TRI/**)