Namun, seperti konser Slank lainnya, para Slankers (penggemar fanatik Slank) selalu hadir. Ketika konser di Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Brebes dan Darussalam Batang, Jawa Tengah, 14 September, mereka diberi tempat di sisi kanan, kiri, dan belakang para santri muda. Mereka mengibarkan bendera Slank dan sebagian mengenakan kaus bertuliskan Slank. Hampir sepanjang konser, mereka ikut bernyanyi hingga 13 lagu selesai dibawakan Slank.
Setiap manggung, Slank selalu mengingatkan para Slankers agar berperilaku sopan dan menunjukkan sebagai tamu istimewa. Itu sebagai jawaban atas sikap para santri dan kiai yang menerima mereka dengan tangan terbuka. Dan, semua berjalan baik-baik saja. Salut untuk mereka semua.
Ini adalah rangkaian perjalanan kedua Slank ke pondok pesantren (ponpes). Sebelumnya, Slank pernah menggelar tur ke pesantren pada 2012. Tidak tanggung-tanggung, ketika itu Slank tampil di 57 pesantren di seluruh Indonesia.
Sepanjang 13-17 September 2017 ini, Slank tampil di Ponpes Darussalam (Ciamis), Al Hikmah 2 (Brebes), Darussalam (Batang), dan Amanatul Ummah (Mojokerto). Slank memilih jalur darat menggunakan bus khusus. Slank yang terdiri dari Kaka (vokal), Bimbim (drum), Ridho (gitar), dan Ivanka (bas) menyebut tur ke ponpes kali ini sebagai ”Silaturahmi: Merajut Kebangsaan”.
Tidak heran jika Slank membuka konsernya dengan menyanyikan lagu ”Indonesia Raya”. Selain itu, mereka juga membawakan lagu ”Garuda Pancasila” yang musiknya mengentak dan membakar semangat kebangsaan para Slankers dan santri muda.
Slank mengusung pesan cinta dan persahabatan. Namun, Slank juga mengampanyekan antinarkoba, lawan korupsi, dan persatuan. Kali ini Slank didukung Unit Kerja Presiden Bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) dan APP Sinar Mas.
Direktur APP Sinar Mas Suhendra Wiriadinata mengatakan, Slank sengaja digandeng karena grup band ini semakin matang dalam bermusik. Tema-tema lagunya mengedepankan perdamaian, cinta kasih, persahabatan, dan merajut rasa kebangsaan.
Selain menggelar konser, Slank juga menggelar bakti sosial, seperti menanam pohon, mengecat ponpes, dan bazar minyak goreng. Personel Slank tampak asyik terlibat di dalam setiap kegiatan bakti sosial. Bahkan, setiap mengunjungi ponpes, semua personel Slank tak lupa melakukan ziarah kubur ke makam pendiri ponpes yang berada di dekat ponpes.
Sementara Sinar Mas menyelipkan silaturahim ke setiap ponpes itu dengan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berupa sumbangan 2.000 eksemplar Al Quran, 1.000 juz ama, 10.000 buku tulis, beasiswa, serta beberapa unit komputer dan printer.
Musik dan tausiah
Slank tidak hanya tampil di panggung di atas truk yang sudah dimodifikasi, tetapi juga membalut konsernya dengan tausiah keagamaan yang dibawakan antara lain budayawan Zastrouw Al Ngatawi. Zastrouw mengumandangkan alunan lagu ”Astagfirullah” yang kemudian diikuti para santri. Ia juga kerap muncul untuk menyelipkan ayat-ayat Al Quran dalam setiap jeda 3-4 lagu yang dibawakan Slank.
Zastrouw yang disapa sebagai kiai pun memperkenalkan personel Slank sebagai ”kiai”. Titah personel Slank terlihat begitu mudah diikuti Slankers. Diminta tetap tertib sebagai ”tamu” ponpes, tidak berantem, hingga hal sepele, seperti menurunkan bendera-bendera Slankers yang menutupi penonton.
Musik dan tausiah pun hadir bergantian dengan tema-tema yang sama, yakni mencegah perpecahan bangsa, bahaya radikal-
isme yang mengarah pada tindakan terorisme, dan serangan narkoba. Kaka berteriak, kalau sudah terkena narkoba, otak satu generasi bisa rusak. Kalau otak generasi muda rusak, otomatis negara bakal kalah sebelum perang. ”Otak lemot, susah kita merajut kebangsaan ini. Maka, ayo santri dan Slankers kita biasakan punya hashtag Tolak Narkoba! untuk teman-teman kita,” kata Kaka.
Lalu, Slank pun melantunkan lirik lagu ”Samber Gledek”. ”Elo punya mata kokain/ kelakuan rohypnol// Garuk-garuk gatel putaw/ ribut-ribut rese BK/ Ke mana aja lo/ hari gini masih gitu//”
Slank ikut kiai
Mengapa Slank memilih masuk ponpes? Slank dan budayawan Zastrouw memandang ponpes masih memiliki nilai-nilai dasar yang bisa dijadikan alat untuk merajut perbedaan dan keberagaman agar utuh kembali. Bagaimanapun ponpes itu tempat netral serta giat mengembangkan sikap toleran, keseimbangan hidup, dan konsisten dalam sikap mengejar keadilan.
Nilai-nilai itu menjadi modal dasar untuk disosialisasikan kembali dan dikembangkan untuk merajut kebangsaan saat ini. Bagi Bimbim, ponpes adalah bengkel untuk menumbuhkan kepercayaan moral ataupun ”bengkel” untuk memperbaiki perilaku.
Ivanka pun menimpali, Slank tak lain adalah singkatan ”Santri Lakune Apik Nunut Kiai” (santri berkelakuan baik tentu ikut teladan kiai). Karena itulah, Ridho menyebut, pesantren sebagai salah satu kekayaan Indonesia. ”Buat gue, pesantren menjadi alat perekat masyarakat mengingat Indonesia adalah Muslim terbesar di dunia,” ujar Ridho.