Argumentasi
Afifah Wahda Tyas Pramudita, mahasiswa Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang
Marah Nilai
Mei Rahayu, Jurusan Perhotelan STP Trisakti, Jakarta, dan Double Degree di BUUIC Thailand
Menjalani pendidikan perkuliahan di Jakarta dan Thailand membuat saya bertemu dengan banyak dosen yang berbeda-beda. Banyak di antara mereka yang menurut saya biasa saja. Namun, tidak sedikit juga dosen yang sangat saya sukai.
Dosen yang saya sukai adalah dosen yang sangat murah nilai. Di Thailand, ada seorang dosen favorit saya. Beliau adalah dosen dari Spanyol. Sistemnya tidak ada ujian tengah semester (UTS), tetapi hanya ada ujian akhir semester (UAS). Sebagian besar nilai diambil dari presentasi di kelas. Yang penting, kami harus aktif di kelas ketika beliau menjelaskan. Dengan syarat, tidak boleh mengoperasikan telepon seluler saat proses pembelajaran.
Contoh lainnya, dosen yang dapat menjadi sahabat. Ketika kita tidak dapat menceritakan keluh kesah kepada orangtua, kita masih mempunyai orang yang dapat dipercayai di lingkungan kampus.
Berbagi Pengalaman
Listhia Hardiati Rahman, Jurusan S-2 Gizi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Bagi saya, dosen favorit tidak cukup yang hanya menyenangkan saat mengajar. Namun, lebih dari itu, mereka menjadi favorit karena tidak pelit dalam berbagi pengalaman dan cerita inspiratif kehidupannya, yang kemudian membuat saya juga jadi termotivasi dengan apa yang sudah beliau capai.
Singkatnya, dosen favorit di mata saya adalah mereka yang tidak hanya soal perannya sebagai pengajar di kelas, tetapi juga di luar kelas mereka bisa ”berkamuflase” menjadi seperti orangtua. Selalu memberikan nasihat juga menjadi sahabat yang bisa jadi teman curhat yang baik.
Sosok Pembina Berkualitas
Oswaldus Mario Rua, mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Karakter dari masing-masing dosen itu hampir semua berbeda. Ada yang mengajar dengan cara tegas, santai, dan ada juga yang disertai humor, dan sebagainya.
Ada dua dosen yang saya favoritkan, yaitu dosen Bahasa Inggris dan Prasejarah Indonesia. Kedua dosen ini menjadi model dan sosok pembina yang punya potensi dan berkualitas. Mereka sangat bersemangat dalam mengajar, wawasannya begitu luas sehingga tidak pernah ada jeda di saat mengajar. Tidak terpaku di dekat papan tulis, tetapi mereka juga berjalan ke berbagai sudut ruangan, disertai dengan kata-kata humoris. Terlebih lagi dilihat pada kalimat yang dilontarkan saat menyapa mahasiswa.
Semangat mereka tidak pernah pudar, selalu membuat suasana hidup dan tidak menegangkan.
Terlihat Profesional
Paulina Dewi Toffi, mahasiswa Jurusan Hospitality dan Pariwisata STP Trisakti, Jakarta
Kehidupan kampus memang berbeda dengan kehidupan sekolah. Kehidupan di kampus menuntut saya menjadi lebih aktif dan kreatif karena dosen hanya akan memberikan garis besar mengenai materinya. Kita dituntut untuk mencari informasi lebih mengenai materinya.
Dosen yang terkesan sangat cuek terkadang cara mengajarnya membosankan. Tapi, ternyata tidak semua dosen kayak gitu. Ada satu yang menjadi favorit saya. Penampilannya selalu terlihat profesional, cara mengajar terkesan serius, tetapi tidak membuat menjadi tegang, ditambah lagi beliau orangnya gaul dan agak ceplas-ceplos ngomongnya. Setiap kali, di akhir materi beliau selalu menayangkan video singkat dalam bentuk animasi yang berisi motivasi untuk kami. Kadang pula beliau suka bercerita mengenai pengalamannya semasa mahasiswa. Bisa dikatakan, kini beliau telah menjadi orang sukses.