Perilaku orang dewasa seharusnya menjadi panutan bagi generasi muda. Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari semakin banyak ditemukan kenakalan orang dewasa yang melanggar etika dan hukum.
Kesimpulan demikian terekam dalam hasil jajak pendapat yang dilakukan Kompas di kalangan mahasiswa pada pertengahan November 2017. Jajak pendapat melalui telepon dilaksanakan Litbang ”Kompas” pada 11-12 November 2017. Sebanyak 448 responden mahasiswa berusia minimal 17 tahun di sejumlah kota di Indonesia dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis. Sebanyak 69 persen mahasiswa menilai orang dewasa justru semakin sering melakukan pelanggaran etika dan hukum akhir-akhir ini. Hampir 80 persen dari mereka mengaku pernah melihat secara langsung pelanggaran tersebut.
Kompas mengumpulkan pendapat mahasiswa mengenak kenakalan orang tua. Berikut ini, beberapa pendapat mahasiswa yang sebagian besar berpendapat kenakalan orang tua yang paling sering terjadi adalah korupsi.
Nafsu Korupsi
Maria Florentie Ana Evi, Jurusan Pendidikan Agama Katolik FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Yang saya tahu bahwa orang yang memiliki jabatan seharusnya menjadi panutan, tetapi justru malah sebaliknya. Mereka lebih mementingkan ego sendiri yang tak kunjung berhenti, rela melakukan apa saja demi kepentingan mereka. Apalagi, yang sudah mendapat hukuman di balik jeruji besi tetapi masih saja berbuat dosa karena ingin memuaskan diri. Kalau sudah begitu rakyat kecil yang dirugikan.
Jelas ini adalah sebuah kenakalan orang tua, dengan ego mereka yang tidak bisa berhenti, semua dilakukan untuk memuaskan diri mereka sendiri, salah satunya dengan korupsi. Bayangkan saja, demi uang mereka berani melakukan apa saja untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka tidak memikirkan apa saja yang akan terjadi setelahnya, yang mereka pikirkan adalah kebahagiaan semata yang dihasilkan.
Padahal, begitu banyak dampak yang terjadi atas perbuatan yang mereka lakukan, rakyatlah yang paling merasa dirugikan. Rakyat yang miskin semakin miskin, padahal mereka yang melakukan korupsi merayakan keberhasilannya dengan foya-foya, bahkan mereka lupa dengan rakyat-rakyat kecil yang dirugikan. Sungguh malang negeri ini, dimana orang-orang seperti mereka bisa berkuasa di atas segalanya.
Tidak Menjadi Teladan
Siti Badriyah, Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang
Sebenarnya tidak ada anak nakal, tetapi orang tua lah yang nakal. Apa yang dilakukan anak nakal hanya untuk mendapatkan suatu perhatian dan diperoleh dari hasil belajar dari didikan orang tua.
Orang tua nakal adalah mereka yang tidak bisa menjadi teladan bagi anak-anak. Anak-anak maupun remaja belajar dari model yang ada di masyarakat. Model ini ialah orang-orang tua yang ada di sekitar mereka. Maka apabila orang tua nakal, maka anak juga akan nakal.
Salah satu orang tua yang nakal ya mereka yang korupsi. Mencuri uang masyarakat. Kalau saja mereka masih kecil, mungkin akan dijewer, dimarahi besar-besaran. Perilaku korup mereka jelas merugikan. Bukan hanya merugikan secara finansial, tapi juga secara moral.
Banyak orang tua korupsi di negeri ini. Generasi selanjutnya mungkin juga akan sama. Para orang tua itulah yang mengawali. Model yang mereka berikan di masyarakat sudah tidak baik, wajar jika anak-anak mengadopsinya. Contoh sederhananya, ketika ada orang tua yang berkendara melanggar lalu lintas, maka anak muda yang ada di belakang kendaraannya akan berani mengikuti orang tua tersebut. Bukankah anak adalah peniru yang ulung ?
Krisis Keteladanan
Benediktus Jonas, Jurusan Filsafat Keilahian Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang
Mengisi liburan tahun 2016, aku dan teman-teman menyelenggarakan seminar di salah satu SMA Katolik di Ruteng, Flores, dengan tema “Dampak Kenakalan Remaja bagi Masyarakat.” Diskusi menjadi menarik ketika tema tersebut meruncing sampai pada pengaruh perilaku orang tua bagi anak. Seorang peserta bertanya,
“Bagaimana saya berhenti merokok dan mabuk sedangkan ayah saya pecandu alkohol dan perokok berat dan bagaimana saya tidak keluyuran sedangkan ayah saya sering pulang pagi,” kata seorang peserta.
Menurut saya, yang disebut kenakalan orang tua ialah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan norma dalam masyarakat. Misalnya, perselingkuhan, judi, perceraian, korupsi, didikan yang otoriter, dan sikap merasa paling hebat. Mereka menuntut banyak hal dari anaknya, tetapi lupa memberi teladan yang baik. Pada hal teladan yang baik lebih dibutuhkan dan berharga bagi anak.
Tidak mengeherankan, kenakalan orang tua sangat berbahaya. Korupsi yang terus merajalela di negeri ini, justru dilakukan oleh orang tua. Bahkan kenakalan remaja yang marak terjadi, tak jarang meniru gaya hidup dan didikan orang tua. Karena itu sudah saatnya orang tua membuka diri untuk mendengarkan, mengakui kesalahan, dan memberikan teladan yang baik bagi anak-anak.
Korupsi Waktu
Kristhalia Dessindi, Jurusan Pendidikan Agama Katolik FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Kebanyakan orang Indonesia doyan ngrumpi atau bergosip, terutama dilakukan oleh kaum perempuan. Mereka lebih suka berkumpul dan membicarakan sesuatu yang belum pasti kebenarannya. Menebar isu dan merebak nyinyiran di antara sesamanya. Kebiasaan buruk ngerumpi ini ternyata tidak hanya dilakukan oleh ibu-ibu.
Masih banyak pekerja wakil rakyat yang korupsi waktu untuk ngerumpi, misalnya sambil merokok atau sambil makan siang di kantin. Ya, mereka korupsi waktu untuk ngrumpi dan meninggalkan pekerjaan mereka.
Masyarakat Indonesia memang terkenal keramahannya, saking ramahnya jadi cenderung doyan rumpi. Jika sekedar mengobrol biasa saja sih wajar saja, tapi jika sudah memakan waktu yang cukup lama sehingga membuat pekerjaan terbengkalai tentu itu bukanlah hal yang dibenarkan. Oleh karena itu, kebiasaan rumpi harus sebisa mungkin dihindari.
Salah satunya dengan meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan waktu serta lebih mengutamakan pekerjaan. Jika kita sibuk dan fokus dengan pekerjaan, tentu kita tidak akan mempunyai waktu lagi untuk ngerumpi. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif itu lebih mulia daripada jadi tukang gosip.
Kumpul Keluarga
M. Ikhsan Aulia, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Padang
Saya memiliki teman yang bapaknya berusia sekitar 50 tahun. Beliau memiiki perilaku yang bisa dikatakan seperti anak baru gede (ABG). Kebiasaannya, meminum minuman keras di malam hari bersama rekan-rekannya. Pernah saya tanya buat apa minum itu, katanya akan membuat tenaga beliau pulih untuk bekerja pada esok harinya.
Menurut saya, perilaku bapak teman saya ini sudah bisa dikatakan nakal, walaupun yang beliau lakukan tersebut tidak mengganggu orang lain. Seharusnya di usia yang telah berumur tersebut seorang bapak lebih menyibukkan waktu bersama keluarga dan memberikan contoh yang baik bagi anaknya.
Bukan hal yang mudah untuk menegur orang tua, apalagi yang menegur tersebut adalah orang yang lebih muda. Di sinilah peran keluarga sangat dibutuhkan. Seharusnya, keluarga tidak hanya memandang seorang bapak sebagai tulang punggung keluarga yang tugasnya hanya bekerja. Bukan hanya sebatas itu, sering berkumpul di rumah, berkomunikasi , makan bersama merupakan cara yang mudah membangun kedekatan keluarga. Harapannya, berkumpul dengan keluarga bisa menjauhkan perilaku nakal pada anak atau pun bapak.