Argumentasi-Curhat
Konselor Terlatih
Oktri Diana Putri, Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Saat SMA, saya mengenal guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang menangani murid dengan masalah sekolah, rumah, keluarga, sampai asrama. Saya pun pernah menemui dia untuk meluapkan isi hati dan semua hal yang saya tidak dapat ungkapkan ke orang lain. Guru BK itu mendengarkan dan membuat saya nyaman bercerita serta memberikan solusi.
Sejak saat itu, hingga kini, saya lebih memilih seorang konselor, seperti dosen BK atau psikolog, sebagai teman curhat. Kebetulan di kampus saya ada Unit Pelayanan BK gratis bagi mahasiswa yang masih aktif. Meskipun konselor terbilang orang lain, seorang konselor dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. Mereka pun terikat sumpah untuk menjaga kerahasiaan klien sehingga saya yang termasuk tipikal orang yang selektif mencari teman curhat lebih nyaman dan percayacurhatkepada konselor.
Penjual Kopi
Indra Kurniawan, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.
Ketimbang orangtua sendiri, saya lebih luwes berbicara dari hati ke hati dengan orang lain. Ada semacam sekat tak kasatmata antara saya dan orangtua saat berkomunikasi. Namun, jika bersama orang lain, yang sudah saya kenal baik tentunya, kerap terjalin komunikasi dua arah tanpa hambatan. Saat ini, saya akrab dengan Abah, si penjual kopi seduh di dekat kampus. Sejak mengenal Abah, saya menjadikan beliau sebagai teman curhat. Abah tipe orang yang senang mengobrol panjang lebar. Sambil melayani pembeli, Abah selalu menyempatkan diri membincangkan banyak hal. Bersama Abah, bertukar pengetahuan dan pengalaman menjadi tujuan berkomunikasi.
Sahabat Imajiner
Awal Hidayat, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar, Makassar.
Sejak masuk kampus, lebih tidak mudah lagi menampung beban pikiran sendirian. Curhat menjadi ritual khusus agar dapat berbagi beban dan tekanan yang kian tinggi selama kuliah. Jadi, memilih teman curhat adalah salah satu hal penting di kampus. Saya berkenalan dengan sahabat yang hingga kini selalu jadi teman curhat ini sebelum penyambutan mahasiswa baru. Dia teman sejurusan meski pada akhirnya berbeda kelas. Sejak itu, kami akrab. Banyak kesamaan membuat kami jadi lebih dekat dan saling memahami. Hubungan kami nyata, tetapi seperti imajiner. Sebagai sesama pencinta novel Perahu Kertas karya Dee Lestari, kami menahbiskan diri sebagai Neptunus dan Kugy. Kami lebih banyak berkomunikasi dengan surat-surat seperti Kugy dan Neptunus di Perahu Kertas dengan gaya milenial, melalui blog, DM, Instagram, atau chat Line. Apa saja kami bagi, mulai dari rumitnya skripsi hingga rumitnya gebetan (imajiner). Meski tidak semua saya ceritakan, dia yang paling banyak tahu hal apa saja yang memenuhi isi kepala. (TIA)