Peningkatan jumlah kampus di Seturan-Babarsari, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berimbas pada suburnya bisnis rumah indekos dan turunannya berupa warung makan, jasa cuci dan binatu baju, dan lainnya. Meski jumlah rumah kos terus bertambah, tetap banyak orang kesulitan mencari tempat kos.
Maklum, di daerah itu terdapat paling tidak delapan kampus perguruan tinggi swasta yang setiap tahun menerima ribuan mahasiswa. Bisa dibayangkan berapa besar kebutuhan rumah kos untuk mahasiswa yang mayoritas dari luar kota itu.
Maria (24), yang baru lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Sanata Dharma, Yogyakarta, mengakui kenyataan itu. Gadis asal Kebumen, Jawa Tengah, itu semula indekos di kawasan Babarsari. Namun, sejak dia bekerja di sebuah perusahaan, ia memutuskan pindah tempat kos tak jauh dari kantornya.
”Sebenarnya cari tempat kos di Babarsari dan Seturan itu susah. Orang sampai antre nunggu anak keluar dari tempat kos, tetapi jarak ke kantor agak jauh. Ya sudahlah saya pindah saja,” ujarnya.
Pengalaman Aulia (26), karyawati sebuah toko baju di Jalan Babarsari, menguatkan keterangan Maria. Sudah lebih dari tiga bulan ia mencari rumah indekos yang dekat dengan tempatnya bekerja, tetapi belum dapat juga.
”Di belakang toko ini, kan, penuh rumah ya. Kelihatannya sepi, tetapi semua kos-kosan sudah penuh,” katanya sembari menunjuk arah masuk ke rumah di belakang kompleks pertokoan tempat ia bekerja.
Semakin mahal
Tak hanya sulit mencari tempat kos. Sewa kamar di sana juga semakin mahal. Tiga tahun lalu sewa kamar kosongan (tanpa tempat tidur dan meja) masih Rp 500.000-Rp 600.000 per bulan. Tahun ini, 2017, sewa rumah kosongan yang sebenarnya berkapasitas satu orang sudah mencapai Rp 800.000-Rp 900.000 per bulan.
Tarif rumah kos dengan fasilitas tempat tidur, meja kecil dengan kamar mandi kecil di dalam dan memiliki mesin pendingin ruangan mencapai Rp 1,3 juta hingga Rp 1,5 juta per bulan. Itu belum termasuk pemakaian listrik.
”Sekarang pemilik rumah indekos tak mau ambil pusing mengurus anak yang kos. Kalau dia bisa membuat rumah khusus untuk kos-kosan, tiap kamar sudah dipasangi listrik dengan pembayaran pakaitoken,” kata Maria. Sewa tempat kos eksklusif yang banyak terdapat di Babarsari, Seturan, dan Demangan Baru mencapai di atas Rp 1,6 juta per bulan.
Kenaikan sewa rumah indekos, menurut Nurul (26), warga di Jalan Selokan Mataram (masih di dalam kawasan Seturan- Babarsari), wajar saja. Gadis yang di rumahnya memiliki empat kamar kos itu beralasan, harga tanah di daerahnya makin mahal sehingga tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga naik.
Selain itu, ia menilai biaya hidup juga makin naik. Sewa kamar kos di rumahnya Rp 800.000 per bulan karena tak menyediakan tempat tidur dan lainnya di kamar. ”Dengan harga segitu, orang masih mengantre kok. Sebenarnya tetangga sini banyak yang buka kos-kosan dengan menambah kamar di atas. Tetapi tetap banyak orang cari kamar kos,” kata Nurul.
Ia menambahkan, pendapatan dari kos itu untuk menambah belanja karena ayahnya masih bekerja. ”Saya juga sudah bekerja, tinggal adik yang masih butuh biaya sekolah,” katanya.
Bisnis warung makan atau kamar kos di kawasan itu tetap menggiurkan. Tak heran, banyak orang dari luar kota terus menanamkan investasinya di sana. (TRI)