Perubahan besar kawasan Seturan-Babarsari sampai Demangan Baru yang berada di Desa Caturtunggal, Sleman, ini sungguh mencengangkan. Betapa tidak, lebar jalan 12-14 meter tiap hari penuh oleh lalu lalang mobil dan sepeda motor. Pada pagi dan malam hari, kepadatan lalu lintas membuat orang susah menyeberang jalan. Kondisi berbeda terjadi pada siang hari. Jalan di Seturan dan Babarsari kerap macet.
Di kanan dan kiri jalan juga nyaris tak ada lahan kosong. Kawasan Seturan-Babarsari dalam satu dekade berubah menjadi tempat berniaga. Banyak hotel dan jenis penginapan lain, toko, serta warung makan. Belakangan warung kopi ikut menjamur. Warung makan dan kopi buka dari pukul 22.00 sampai tengah malam atau dini hari.
Yang mengherankan, walau lewat tengah malam, warung kopi masih ramai. Padahal, pukul 10.00, saat ia buka, puluhan sepeda motor sudah parkir di depan kafe. ”Tak tahu anak-anak itu kapan tidurnya,” kata Saleh, petugas parkir di sana.
Bermain gim
Belum lagi dengan tempat bermain gim dan karaoke yang banyak bertebaran. Dua tempat bermain gim di Jalan Babarsari, Sabtu (9/12) malam, ramai oleh anak muda. Sederet dan di seberang ruko yang menjadi tempat bermain gim itu terdapat empat tempat makan.
Malam itu, sejak pukul 22.00, hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Satu per satu tempat makan di situ tutup. Yang tersisa tinggal warung Mie Aceh Duta Serambi yang memang buka hingga pukul 24.00. Menjelang pukul 23.00, warung yang semula agak sepi tiba-tiba berubah ramai oleh tiga pengemudi ojek online yang mendapat order membeli makanan di situ.
”Orderan makanan ramainya malah pukul 23.00 ke atas. Biasanya yang ngorder ya anak indekos,” kata salah satu pengemudi ojek. Separuh bajunya basah oleh hujan.
Empat pemuda lari dari tempat gim ke warung mi aceh dan memesan nasi goreng dan es teh. Menurut Beny, salah satu mahasiswa, bermain gim itu menyenangkan karena bisa melepas stres. ”Sering sekali ya enggak, kadang-kadang saja. Sekali bermain biasanya lima jam,” katanya.
Walau bermain gim hanya menjadi kegiatan selingan di sela-sela belajar untuk menghadapi ujian, menurut Agung—petugas parkir di tempat itu—menyatakan, hampir setiap hari tempat parkir penuh sepeda motor. ”Setahu saya, tempat ini tidak pernah tutup. Ya begini tiap hari, banyak yang ke sini,” katanya. Mereka umumnya mahasiswa yang rela bergantian main gim.
Apabila mahasiswa cowok dimanjakan oleh banyaknya tempat bermain gim, yang cewek bisa berjalan-jalan mencicipi aneka makanan dan belanja baju. ”Wah, di Seturan itu cari apa saja ada. Toko baju ada, tempat makan banyak. Tempat karaoke tinggal pilih,” ujar Della (21), mahasiswa Universitas Islam Indonesia yang berkampus di Jalan Kaliurang. Tempat indekosnya memang jauh dari Seturan, tetapi sesekali ia ke sana untuk mencari baju atau makan makanan ala Jepang dan Korea.
Perubahan besar di wilayah Seturan, Babarsari, Selokan Mataram, yang kemudian merembet ke Demangan Baru berawal dari pemunculan gedung kampus baru. Beberapa di antaranya kampus Universitas Sanata Dharma yang menambah gedung di Babarsari. Ada Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, STIE YKPN serta Universitas Atma Jaya. Penambahan ribuan mahasiswa di awal tahun ajaran baru itu membuat kebutuhan tempat tinggal, tempat makan dan hiburan semakin tinggi.
Warga Depok, Sleman, tak menyia-nyiakan peluang ekonomi yang begitu besar itu. Belakangan investor dari luar Yogyakarta ikut menikmati manisnya penghasilan dari mahasiswa. Mereka membuat rumah indekos, hotel, tempat makan, binatu 24 jam, dan lainnya.
Banyak lapisan masyarakat dan pemerintah daerah kebagian rezeki. Seorang petugas parkir di wilayah itu dalam lima jam bisa membawa pulang pendapatan bersih minimal Rp 100.000.
Pemerintah daerah setempat semestinya mengimbanginya dengan menata kawasan yang tengah berkembang pesat tersebut. Banyak pekerjaan rumah di tengah perkembangan itu, seperti trotoar yang diokupasi warung kaki lima dan lampu penerang jalan yang tidak memadai.