Generasi muda Indonesia bukan sekadar ujung tombak bangsa Indonesia saat ini, melainkan juga di masa depan. Era globalisasi dengan perkembangan teknologi informasi yang maju dan serba cepat serta keaktifan generasi muda di dunia maya bisa melahirkan karya, bisa juga nestapa.
Banjirnya informasi di media sosial terkadang belum tentu bisa difilter anak muda, mana informasi bermanfaat dan informasi sampah atau hoaks. Jagat maya mudah sekali membagikan informasi hoaks dan anak muda memercayai begitu saja tanpa mengecek kebenaran informasi itu.
Bahkan, terkadang justru generasi muda belum sepenuhnya paham mengenai etika sebagai netizen di media sosial. Melihat kondisi itu, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Direktorat Layanan Informasi Internasional Kementerian Komunikasi dan Informatika menggandeng Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat menggelar diskusi bertema ”Menggalakkan Etika Jurnalistik untuk Para Netizen” di Solo, Jawa Tengah, pertengahan Desember 2017.
Acara dibuka Direktur Eksekutif Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) PWI Ahmed Kurnia Soeriawidjaja dengan mengajak anak muda lebih pandai memanfaatkan peluang melalui media sosial.
”Jangan sampai anak muda Indonesia kehabisan tenaga karena ribut di dunia maya, apalagi jika sampai terpecah belah karena termakan berita hoaks. Bonus demografi di depan mata, sudah saatnya anak muda mengambil alih peluang yang ada. Stop menyebarkan hoaks, jadilah anak muda kreatif dan inovatif,” ujarnya dalam sambutan.
Senada dengan Ahmed Kurnia, Pelaksana Tugas Direktur Layanan Informasi Internasional Kementerian Kominfo Hypolitus Layanan mengatakan, anak muda Indonesia jangan sampai menjadi agen penyebar hoaks dan harus memahami etika di dunia maya. ”Sudah selayaknya anak muda memberikan edukasi kepada publik, mendidik dan memberdayakan masyarakat, serta menumbuhkan semangat toleransi antarsesama,” katanya.
Bersikap bijak
Diikuti 150 mahasiswa dan komunitas anak muda serta aktivis media sosial, seperti vloger dan Youtuber, acara ini memaparkan lima materi yang terbagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama disampaikan Tenaga Ahli Kementerian Kominfo Bidang Komunikasi Publik Freddy H Tulung, Ketua Umum Yayasan SJI Marah Sakti Siregar, serta Direktur Riset dan Komunikasi Publik PWI Agus Sudibyo.
Materi sesi kedua dipaparkan Tenaga Ahli Dirjen Informasi Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Ismail Cawidu dan Presidium Masyarakat Anti-fitnah Indonesia Niken Satyawati.
Menyajikan materi asyik dan unik, acara yang dikemas dalam forum dialog ini menggugah hati beberapa mahasiswa agar bisa menjadi duta damai di dunia maya.
Seperti komentar Riki Purnomo, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Surakarta, ”Memang generasi muda wajib bersikap bijak ketika terjun di media sosial. Wajib hukumnya memilah dan memilih informasi supaya tidak terkontaminasi informasi hoaks. Sebagai garda terdepan bangsa di masa depan, paling tidak kita bisa menjadi guru bagi diri sendiri di dunia maya.”
Adapun Galih Prasetyo dari Universitas Muhammadiyah Surakarta mengungkapkan, kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Kominfo ini sungguh membuka pikirannya agar selalu menebarkan benih-benih kebaikan di dunia maya.
”Selain menambah teman dari berbagai komunitas jurnalistik, forum dialog ini menyadarkan saya agar menjadi mahasiswa berprestasi bukan hanya IPK tinggi, melainkan juga peduli informasi yang benar dan tidak menyebarkan hoaks. Warganet zaman now harus mawas diri, anak muda masa kini enggak boleh cari sensasi dengan nyebarin hoaks,” katanya.
Acara forum dialog ini bukan sekadar penyampaian materi. Selain sesi tanya jawab, panitia juga mengadakan kompetisi lomba foto dan caption di Instagram, Twitter, serta Facebook untuk semua peserta forum.
Acara ini ditutup dengan pembagian hadiah kepada peserta yang berhasil mengunggah foto ke media sosial mengenai acara tersebut.
Generasi milenial Solo bukan generasi pencinta hoaks karena kami generasi cerdas dan cinta damai. Mari masyarakat Indonesia melawan hoaks, ciptakan iklim Indonesia damai tanpa hoaks. Solo melawan hoaks!
Dzikrina Aqsha Mahardika, Fakultas Komunikasi Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta