RIBET-RIBET SEDAP JELANG WISUDA
”Jadi ada dua tahap (persiapan). Nah, dua kali acara (wisuda dan geladi resik) kan harus dipikirkan perlengkapannya karena enggak mungkin pakai pakaian yang sama. Untuk geladi resik, saya cuma pakai kebaya pas SMA dulu. Masih bagus kok. Make up-nya juga sendiri, jadi enggak terlalu banyak biaya,” ucap Vero, Rabu (30/1).
Khusus untuk acara wisuda, gadis asal Jakarta ini membeli kebaya di Tanah Abang dengan harga miring. ”Dapat Rp 300.000 udah atasan sama bawahan, terus kualitasnya bagus. Triknya kalau lagi nyari (pakaian), muter dulu, jangan langsung beli,” katanya.
Vero sengaja membeli kebaya karena bisa dipakai di lain kesempatan. Awalnya, dia berpikir menyewa kebaya saja. Namun, setelah menyurvei beberapa tempat penyewaan kebaya, harga sewanya ternyata enggak jauh berbeda dari harga beli.
Beberapa tempat menyediakan penyewaan kebaya untuk acara penting, termasuk wisuda. Di laman internet, banyak ditemukan tempat menyewa kebaya, dari yang biasa saja dengan harga sewa Rp 100.000 hingga kebaya rancangan desainer terkenal dengan biaya sewa di atas Rp 500.000.
Selain membeli kebaya, Vero juga membeli sepatu dan tas. Vero memilih membeli sepasang sepatu untuk wisuda. Kalau untuk geladi resik, dia memakai sepatu yang sudah ada. Total jenderal, duit yang dia sediakan untuk membeli kebaya, sepatu, biaya foto, dan biaya dandan sekitar Rp 1,5 juta.
Vero memang sekuat tenaga berusaha menghemat agar kantong tidak jebol sekadar untuk tampil oke saat wisuda. Dia, misalnya, berkongsi dengan tujuh temannya untuk menyewa seorang fotografer. ”Biayanya Rp 800.000. Emang mahal sih, tetapi karena patungan jadi enggak berat. Lagian fotonya juga bagus, anak muda zaman now bangetlah,” kata Veronica.
Tidak berbeda jauh dengan Vero, Ika Puspitasari, mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, juga sedang repot-repotnya menyiapkan diri untuk acara wisuda pertengahan Februari nanti. Dia sudah menyewa perias jauh-jauh hari untuk mendandaninya. ”Biar kebagian harus pesan dari sekarang. Soalnya pasti banyak juga yang mau nyewa. Terus biar harganya enggak mahal-mahal amat,” katanya.
Untuk persiapan wisuda ini, Ika menabung jauh-jauh hari dari kegiatan-kegiatan yang dia ikuti. Dia menganggarkan membeli kebaya dengan harga Rp 500.000, perias Rp 150.000, dan tidak ketinggalan untuk foto studio.
Urusan foto memang enggak boleh terlupakan. Tanpa foto, apalah artinya wisuda. Enggak ada dokumentasi yang bisa dipamerkan di media sosial. Enggak ada kenangan yang bisa dilihat lagi di masa mendatang. Itu ”bencana” buat anak muda.
Nah, kalau Nur Arrosiq, alumnus Universitas Pancasila, berusaha hemat untuk keperluan wisuda. Dia hanya membeli satu kebaya seharga Rp 300.000. Meski hanya membeli satu kebaya, Rosi menghabiskan waktu seharian untuk mencari di salah satu mal di Jakarta Pusat.
”Karena budget terbatas, aku make up sendiri, lebih natural. Rambut juga enggak diapa-apain. Belum lagi keluarga ikut heboh, mau pakai baju yang ini atau itu, aku bilang udah biasa aja, enggak usah berlebihan,” kata Rosi yang wisuda pada Oktober 2017.
Milki Amirus Sholeh bersikap cuek menghadapi wisuda. ”Wisuda kan cuma sehari, ngapain repot-repot,” kata mahasiswa Ilmu Komunikasi Penyiaran Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan mengikuti wisuda pada 17 Februari mendatang.
Dia mengaku belum memikirkan jas, kemeja, atau sepatu. ”Untuk jas dan kemeja, saya pinjam ke teman-teman. Sampai sekarang belum nyari, tapi pasti dapatlah,” ujarnya.
Yang dia pikirkan cuma bagaimana mengurus kedua orangtuanya yang akan datang dari Pamekasan, Madura. ”Saya harus cari kamar mes yang bisa disewa. Kalau enggak dapat, ya tidur di tempat kos saya aja.”
Selain itu, Milki memikirkan ”pesta” setelah wisuda yang biasanya diramaikan teman-teman sedaerahnya, Madura. ”Mungkin setelah wisuda, saya hanya bayarin teman-teman main futsal. Kalau yang wisuda lebih dari satu, biaya untuk sewa lapangan bisa ditanggung bersama,” ujarnya.
Cari duit
Musim wisuda juga berarti peluang bisnis buat anak muda kreatif. Mochamad Ahdiansyah, mahasiswa Universitas Garut, misalnya, kerap terjun sebagai fotografer di sejumlah acara wisuda. Hasilnya lumayan untuk mengisi dompet.
”Terakhir tahun lalu di ITB. Waktu itu saya dibayar Rp 700.000 untuk motret satu orang. Tapi pas di luar banyak temannya yang ikutan dipotret, he-he.”
Ahdi, nama panggilannya, memotret sesuai keinginan wisudawan. Dia sering mengambil secara sembunyi-sembunyi atau candid agar foto lebih natural. Dengan begitu, banyak sisi yang bisa dikenang kliennya.
Keluarga Alumni (Kami) Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, memanfaatkan momentum wisuda untuk menjual pernak-pernik wisuda, mulai bunga, boneka, hingga balon. Tujuan utama sebenarnya bukan mencari uang, melainkan menyemarakkan acara wisuda dan merajut ”cinta almamater”.
”Kami (UMN) belum begitu banyak lulusannya. Karena itu, ’Cinta Almamater’ dijadikan semacam rebranding untuk mengingatkan semua lulusan yang diwisuda saat itu. Karena itu, kami tidak hanya menjual bunga, balon atau boneka, tetapi juga merchandise, seperti jaket dan kaus,” kata Regina Wanda Anugrah Putri, Sekretaris Kami UMN di Serpong, Selasa (30/1) malam.
Harga suvenir bervariasi. Buket bunga, misalnya, dijual Rp 25.000-Rp 300.000. Boneka dijual Rp 150.000 per unit. Ada juga balon berbentuk profesor yang lucu.
Menurut Regina, rebranding ini sekaligus ingin mengedepankan organisasi alumni. Ke depan, langkah kecil seperti ini bisa berguna apabila Kami UMN hendak melakukan kegiatan sosial, menggelar olahraga, ataupun acara reuni.
Apa pun tujuannya, yang penting di acara wisuda semua senang. Mahasiswa senang, orangtua senang, pihak kampus senang, teman senang, pebisnis senang, pacar juga pasti senang. (JAL/OSA)