Bukan hal aneh jika anak muda mulai memiliki pacar alias kekasih. Pada awalnya, semua mengira perjalanan kehidupan asmara bakal lancar jaya dan bahagia tanpa kendala berarti. Sayang, dalam kehidupan nyata, punya pacar bukan hanya soal bersenang-senang, melainkan juga belajar tentang kesusahan, kesedihan, bahkan putus cinta dan patah hati.
Nah, kalau sudah putus cinta, hidup serasa jadi orang paling sengsara sedunia. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Semangat kuliah redup, hilang fokus karena wajah si dia selalu terbayang. Kenangan akan dirinya masih lekat di ingatan. Apalagi, banyak tempat yang mengingatkan akan kehadiran dirinya.
Ada yang sanggup mengatasi hati gundah gulana itu dengan menyibukkan diri, mulai dari aktif dalam berbagai kegiatan di kampus, makin sering bersama teman-teman lain, sampai belajar gila-gilaan agar segera lulus kuliah.
Kesedihan itu mungkin baru sirna kala datang pengganti si dia yang lebih menawan, lebih pandai, lebih lucu, atau lebih mengerti diri kita. Akan tetapi, banyak juga yang tak kuasa berpindah ke lain hati karena kenangan akan si dia begitu kuat. Terlalu sayang buat dilupakan. Jadi, paling mudah adalah mengajak atau menerima si dia lagi.
Seperti pengalaman Ardina Halmahera (21), mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Dia mulai berpacaran kala masih SMP tahun 2011. Bahkan, selama tujuh tahun dia tetap bersama kekasihnya hingga kini.
Kehidupan cintanya mengalami naik turun, bahkan putus sambung lebih dari sekali. Selama enam bulan, dia pernah putus dari pacarnya. Perkara putus bermula dari percintaan jarak jauh. Bersama keluarganya, Ardina pindah ke Pekanbaru dari Jakarta. Sementara sang pacar tetap di Jakarta. Mereka pun sulit saling percaya ketika berjauhan.
Hal yang menarik dalam hubungan mereka adalah sang pacar rela dimutasi kerja ke Riau demi bertemu dengan Ardina. Dia juga serius ingin dekat dengan Ardina. ”Tiba-tiba dia kasih kabar sudah pindah ke Pekanbaru, bekerja di kota ini,” ujarnya senang.
Begitu pula dengan Ardi Azhari (21), mahasiswa semester VIII Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Dia menjalin kasih dengan mahasiswa di kampus yang sama selama semester IV.
Kisah kasih yang berawal Agustus 2016 itu semula berjalan mulus dengan dukungan orang-orang sekitar. Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai masalah mulai bermunculan. Masalah semakin banyak karena mereka berdua sama-sama belum dewasa. Mereka pun putus pada November 2016.
Kehidupan asmara seumur jagung itu rupanya berbekas dalam bagi mereka berdua. Akhirnya mereka memutuskan bersama lagi pada Juni 2017. Sayangnya, proses menjadi dewasa tidak berlangsung sehari dua hari. Dalam menghadapi masalah, mereka tetap belum matang dan kekanak-kanakan. Kesalahan dan kekeliruan yang sama muncul lagi. Cekcok pun sering terjadi sampai akhirnya mereka pun putus lagi pada November 2017.
Mantan terindah
Asyiknya balik dengan mantan pacar juga dialami Rahajeng Sekar Ayu, mahasiswa Program Studi D-4 Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta, penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud 2017. Dia tak mampu melupakan cinta pertamanya semasa SMP yang kemudian menjadi pacarnya.
Mereka yang berbeda kelas jadian melalui perantaraan teman. Mereka menjalani hari bahagia selama tujuh bulan. Selama dua bulan berikutnya mereka putus. Saat putus itu, Rahajeng pun gelisah dan merana.
”Biasanya setiap hari ada yang membangunkan, telepon genggam sering berdering, chat sampai ngantuk datang. Bahkan, sehari bisa dua sampai tiga kali kami saling menelepon, tiba-tiba semua terhenti,” kata Rahajeng.
Dia pun sulit move on karena masih sayang, masih memendam perasaan. Tidak bisa menyingkirkan kenangan bersama. Hal itu yang membuatnya mau menerima kembali sang mantan. ”Kini kami bisa menjalin hubungan bertahun-tahun. Sudah empat tahun dan bisa dibilang dia mantan terindah saya sampai saat ini,” ujarnya.
Psikolog Adib Setiawan, pendiri Yayasan Praktik Psikologi Indonesia (YPPI) di Bintaro, Jakarta Selatan, mengatakan, perkara jadian lagi dengan mantan pacar bagi beberapa orang adalah hal biasa. Ada yang mudah berpindah ke lain hati, tetapi ada juga yang sangat sulit melupakan mantan. Hal itu semua bergantung pada latar belakang mereka bagaimana mereka dibesarkan, pola pengasuhan, pengalaman, cara berpikir, dan cita-cita bersangkutan.
”Perkara hati beda-beda, bagi sebagian orang mencari yang lain belum tentu cocok. Jadi, lumrah jika akhirnya kembali lagi dengan mantan pacar,” kata Adib yang menjadi psikolog di praktekpsikolog.com.
Dia menuturkan, soal putus cinta biasanya terkait dengan keluhan karena kebiasaan yang dianggap menyebalkan bagi pasangannya. Misalnya, jarang menelepon, malas, terlalu posesif, terlalu agresif, atau malah terlalu sering menghubungi.
”Kebiasaan apa pun dapat berubah dan diperbaiki. Selama keduanya sepakat berubah dan serius menjalankan kesepakatan itu, hubungan mereka pun akan lancar. Sebaliknya, jika satu atau bahkan kedua pihak tidak sanggup melaksanakan kesepakatan itu, mereka akan bubar,” ujar Adib.
Jadi, gimana? Mau balikan lagi mantan pacar? Jangan baper loh ya.... (TIA)