Sore ketika penonton masih mengantre masuk arena, promotor Dyan Mas Entertainment Asia tiba-tiba menawari wawancara khusus dengan Incubus. Waktu yang disediakan tak banyak, sepuluh menit, tanpa tahu siapa yang bakal menerima, apakah salah satu personel, atau semuanya. Pertanyaan disusun cepat.
Setelah menunggu sekitar 15 menit, Mike Einziger (41), sang gitaris, dan salah satu pendiri Incubus, masuk ke ruangan kecil tepat di belakang panggung. Mike, berkaus oblong belel, mengeluhkan waktu kunjungan yang sempit di Indonesia. Berikut petikannya:
Ini kunjungan ketiga kalian di Indonesia. Seberapa spesial penonton Indonesia bagi kalian?
Indonesia adalah tempat yang indah dengan makanan yang lezat. Penduduknya pun sangat bersahabat. Kami selalu senang datang ke Indonesia. Kalian punya banyak tempat berselancar yang bagus. Sayangnya, waktu kami terlalu singkat sehingga tidak bisa mendatanginya. Dari sinilah (Indonesia), kami memulai menjalani tur panjang pada tahun ini. Ini kota pertama.
Incubus pernah berkolaborasi dengan ilustrator Indonesia, Arswandaru, untuk merchandise resmi kalian. Bagaimana ceritanya?
Mungkin Brandon (Boyd) atau Jose (Pasillas) yang memilihnya karena mereka lebih aktif bermedia sosial. Aku pernah lihat gambar dia (Arswandaru). Gambarnya bagus. Aku suka karya-karyanya.
Seberapa penting berkolaborasi dengan penggemar?
Menurutku, kolaborasi di ranah seni visual lebih memungkinkan karena ada lebih banyak seniman di media sosial. Yeah, ada beberapa kolaborasi dengan penggemar dalam beberapa tahun ini. Media sosial benar-benar menghubungkan banyak orang.
Jadi, lebih mudah menghubungi siapa pun sekarang ini. Dalam ranah seni, berkolaborasi merupakan sisi yang paling indah. Jadi, ketika ada orang yang mengerjakan sesuatu yang unik dan bagus, bekerja sama adalah hal yang asyik bagi kami. Kami selalu terbuka untuk itu.
Dalam urusan musik, kenapa kalian memilih Skrillex? Apakah bisa menambah penggemar muda?
Kami tidak benar-benar memilihnya. Itu seperti ketidaksengajaan saja. Dia adalah teman baikku. Dia juga penggemar berat Incubus. Lalu, kami asyik mengutak-atik lagu, sampai keasyikan dan enggak bisa berhenti berminggu-minggu.
Skrillex memang punya banyak penggemar yang berusia jauh lebih muda daripada penggemar Incubus. Dengan kerja sama itu, bisa jadi kami diperhatikan oleh kaum muda itu. Aku berharap sih begitu.
Bagaimana cara kalian menjaring penggemar baru yang lebih muda?
Pesatnya perubahan yang didorong ranah periklanan, media, dan internet memberi banyak pilihan baru bagi kaum muda. Ini agak gila bagi kami. Mereka punya banyak pilihan mau mendengar musik yang mana, atau menonton film apa. Sepertinya sulit mencari audiens yang lebih muda jika kamu adalah sekelompok seniman tua seperti kami. Kupikir bekerja sama dengan Skrillex adalah salah satu cara kami mencari pendengar muda.
Bagi kalian, seberapa penting membuat album di era serba cepat sekarang?
Dilihat dari demografi, masih ada sekelompok orang yang mendambakan album, yaitu generasi yang lebih tua. Bagi orang yang lebih muda, album mungkin tidak terlalu penting lagi. Namun, golongan generasiku selalu suka pada album.
Album jadi bagian cara mereka menikmati musik. Walau format ini (album) sedang sekarat, album jadi bagian dari sebuah generasi seniman. Bagiku, format album adalah hal yang amat berpengaruh. Aku pergi ke toko membeli album baru. Itu adalah pengalaman tak terlepaskan dari orang-orang sepertiku. Namun, seperti banyak hal yang selalu berubah, orang-orang generasi baru selalu menemukan caranya sendiri. (HEI)