TANPA LELAH MENGEJAR IDOLA
Para pesohor, seperti penyanyi, artis film, model, dan atlet ternama dunia, pernah bertemu dengan penggemar yang terlalu nekat. Penyanyi asal Amerika Serikat, Taylor Swift, pernah mendapat pengalaman tak menyenangkan terkait penggemarnya. Ada penggemar yang berenang ke rumahnya melintasi selat pada pukul 02.00. Untung saja, si penggemar gagal mendekati rumah Swift.
Di Indonesia juga banyak remaja yang rela menabung uang jajannya demi membeli album dan buku tentang idola. Mereka juga rela mengeluarkan uang jutaan rupiah demi membeli selembar tiket konser.
Bella Liandhitya (25) dulu paling malas menonton drama atau band Korea yang menurutnya terlalu gemulai. Namun, ketika melihat penampilan perdana boyband BTS, dia langsung kepincut.
Lulusan London School of Public Relations Jakarta ini nekat ke Korea Selatan untuk melihat langsung pertunjukan gratis BTS di Seoul. ”Saya tidak bisa bahasa Korea dan sibuk mencari tahu bagaimana cara menonton rekaman mereka. Mengisi aplikasi menonton cukup mudah, hanya untuk membuktikan kita benar-benar penggemar sejati. Tiap band punya syarat berbeda, mudah, tetapi hanya penggemar sungguhan yang mengerti apa yang harus ditulis,” kata Bella.
Seusai kuliah, dia langsung terbang ke Korea Selatan tanpa sepengetahuan orangtuanya. ”Saya kabari mereka setelah ada di sana dan meminta tambahan sedikit uang. Saya hidup sangat hemat di sana,” ujar Bella yang saat dihubungi sedang berada di Bangkok, Thailand, untuk menonton boyband dari Korea, Astro, Kamis (1/3).
Bella merinci, untuk tiket pesawat, dia mengeluarkan Rp 6 juta. ”Penginapan di guest house supaya murah. Waktu itu saya habis Rp 6 juta untuk biaya hidup sebulan di sana. Uang saya hemat betul, hanya untuk keperluan bertemu BTS, seperti naik bus. Untuk makan, saya hanya mengandalkan roti yang disediakan di penginapan,” ujarnya.
Dia pernah menabung untuk membeli jaket yang diberikan kepada salah satu personel BTS. ”Harganya sekitar Rp 5 juta-Rp 6 juta. Saya bahagia ketika dia memamerkan jaket pemberian saya di Instragram dan menyebut hadiah dari saya,” ujar Bella.
Dia juga pernah mengeluarkan uang hingga puluhan juta rupiah demi mendapat kesempatan bertemu langsung para personel BTS. ”Saya beli sangat banyak album. Satu album satu nomor undian. Saya senang sekali ketika akhirnya dapat nomor undian,” kata Bella.
Penggemar K-pop lainnya, Anindita Nayla (19), mahasiswa semester VI Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik dan Desain, Universitas Pembangunan Jaya, Tangerang Selatan. Semasa SMP-SMA, dia sangat mengidolakan para bintang drama Korea, Boys Before Flower dan boyband Super Junior (Suju).
Semula Anindita hanya senang mengumpulkan foto, berita, atau poster mereka saja. Namun, drama yang dibintangi empat serangkai pria tampan plus kaya Lee Min-ho, Kim Hyun-joong, Kim Bum, dan Kim Joon, tersebut membuatnya tak mampu berpaling dari mereka.
”Sepertinya saat itu semua laki-laki tak sehebat keempat bintang itu. Sampai-sampai saya tak punya pacar, hanya mau mereka saja, ha-ha,” kata Anindita.
Kala mengidolakan Suju, Anindita rela tak jajan di sekolah dan selalu membawa bekal dari rumah. Dia menabung uang sakunya demi membeli album Suju satu demi satu hingga lengkap. ”Harga satu album minimal Rp 200.000, tetapi yang edisi terbatas sampai Rp 800.000,” ujarnya.
Bahkan, dia memilih hadiah ulang tahun berupa selembar tiket konser Suju di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, seharga Rp 2 juta. Bukan itu saja, dia sama sekali tak keberatan tiba di Ancol pukul 06.00. Padahal, konsernya berlangsung pukul 19.00.
”Sudah pakai baju bagus, panas-panasan menunggu konser di pantai,” ujar sulung dari tiga bersaudara itu.
Sekarang, setelah kuliah, kefanatikannya berkurang seiring dengan kesibukan kuliah. ”Mereka juga jarang tampil karena anggota Suju tengah menjalani wajib militer. Sekarang, saya malah bingung, mengapa dulu saya sampai sefanatik itu dan rela mengeluarkan uang banyak buat hal yang tak terlalu penting. Seharusnya, lebih baik uang saya dikumpulkan untuk beli tiket ke Korea, ha-ha,” imbuhnya geli.
Bukan hanya menyimpan sang idola untuk dirinya sendiri. Mereka pun bersemangat mengajak seluruh keluarga menyukai idolanya. Salah satunya dilakukan Pamella Violina (27).
Sejak SMA hingga kini bekerja sebagai manajer si salah satu perusahaan, Pamella mencintai drama Korea. Dia berhasil menularkan kesukaannya tersebut kepada seluruh anggota keluarganya yang semula menyukai semua hal berbau Jepang.
Kedua orangtuanya, Mulya Handayani (53) dan Hendy Hendrawan (55), penggemar acara reality show seperti Running Man yang superkocak. Sang ibu sampai mendatangi konser penyanyi Korea, Hwang Chi-yeul, di Malaysia dan berjumpa para ibu yang memiliki idola yang sama sampai akhirnya mendirikan
fans club K-Pop dengan anggota ibu-ibu semua.
Tahun lalu, Pamella sukses membawa ayah ibunya menonton konser boyband BTS. Keluarga yang tinggal di Bumi Serpong Damai, Tangerang, ini pun berlibur bersama ke Korea Selatan tahun 2015. Mereka berkunjung ke berbagai tempat wisata, kuliner, serta ke daerah yang pernah dipakai lokasi syuting.
Biasa saja
Di saat banyak penggemar yang tergila-gila dengan idolanya sampai rela berbuat apa saja, ada juga penggemar yang mengaku biasa saja. Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Multimedia Nusantara, Fandhi Gautama, penggemar aktor Daniel Radcliffe, pemeran Harry Potter di film Harry Potter. Namun, dia mengaku bukan penggemar maniak.
”Saya sering sensitif kalau dengar Harry Potter. Saya suka animasi dan cerita Harry Potter yang bagus. Tiap kali ingat Harry Potter langsung terbayang Daniel Radcliffe. Dia menghidupkan tokoh Harry sampai filmnya laris. Saya bukan penggemar berat yang mengikuti semua berita tentang dia,” ujar Fandhi.
Sama halnya dengan Dhea Anindita, mahasiswa Jurusan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok. Dia tidak terlalu minat menjadi idola fanatik. Secara khusus dia sedang menyukai beberapa selebritas, seperti aktor Reza Rahadian, petenis Serena Williams, artis Jessica Alba, dan Ina Thomas.
Psikolog Teman Hati Konseling, Ajeng Raviando, mengatakan, anak muda, terutama remaja, butuh tokoh idola sebagai panutan. Bagi mereka, tokoh tersebut layak diperjuangkan. Sering kali mereka melakukan hal di luar nalar dan berlebihan.
”Cara pikir mereka belum memperhitungkan risiko, tanggung jawab juga belum besar, cara pandang belum realistis. Mereka masih mengedepankan keinginan. Mereka yang biasa mendapatkan uang tanpa kesulitan akan makin banyak mengeluarkan uang demi idola. Ditambah lagi, produsen melakukan promosi pemasaran luar biasa untuk menjangkau anak muda,” kata Ajeng.
Jadi, siapa idolamu? (*)