BAKSO ANEH ZAMAN ”NOW”
Warung itu didirikan Yuyun Safitri dan suaminya, Yunianto Saifudin Ahmad Zuhdi, pada 2017. Mereka terinspirasi membuat bakso beranak karena terinspirasi bakso-bakso aneh yang muncul di kota lain, seperti Bandung. ”Saya cari di Instagram seperti apa sebenarnya bakso-bakso baru itu. Setelah tahu, saya dan suami coba-coba sendiri membuatnya,” katanya.
Yuyun dan suami memilih membuat bakso beranak yang sedang ngetren. Dengan modal ukuran bakso yang superjumbo dan promosi lewat media sosial, warung mereka segera ramai. Di akhir pekan atau hari libur, pembeli membeludak. Yuyun bisa menghabiskan 50 kilogram daging untuk membuat bakso beranak dengan tujuh varian, yakni bakso beranak daging, bakso beranak telur, bakso beranak urat, bakso bom, dan bakso mangkok beranak. Harga per porsi Rp 15.000-Rp 50.000.
Senin (12/3) malam, serombongan mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta datang ke kedai itu untuk mencicipi bakso beranak. Mereka antara lain Agus, Dita, Ismiati, dan Nurul. Dita mengaku susah payah menghabiskan satu porsi bakso beranak. Perutnya terasa mau meledak saking kenyangnya.
”Seharusnya bakso segede ini dimakan berdua,” kata Dita yang baru pertama kali mencoba bakso beranak.
Bakso bom, kata Ismiati, malah seharusnya dimakan oleh tiga orang. Kalau dimakan sendiri bisa klenger alias pingsan.
Bakso balita
Di Bekasi, bakso berukuran jumbo juga sedang ngetren. Di Jalan Bintara Raya, ada warung bakso Mukidi yang menyediakan bakso seukuran kepala balita. Saking besarnya, bakso yang dibuat warung itu harus ditaruh di dalam baskom.
Awalnya, warung Mukidi tidak membuat bakso yang ukurannya ”mengerikan” seperti itu. Dia baru membuat bakso raksasa karena pasar memintanya. Untuk membuat bakso raksasa, perlu tenaga ekstra. Waktu yang dibutuhkan bisa 2 jam.
Pelanggan yang memesan juga mesti sabar karena Mukidi perlu waktu 20 menit untuk meraciknya. Meski harus menunggu lama, para pembeli tetap saja rela antre. Seporsi bakso yang tidak muat disajikan di mangkok bakso biasa itu rata-rata dimakan oleh delapan orang.
”Aku pernah makan bakso ini bareng teman-teman delapan orang, tetep aja nggak bisa habis,” kata Anastasya Dwi Larasati (16), siswi SMK Paramitha, Jakarta. Meski begitu, Anastasya tetap tidak kapok.
Ia mengaku senang mengajak teman- temannya makan bakso segede kepala balita ini. ”Untuk mentraktir teman yang berulang tahun, bakso jumbo ini pilihan yang tepat,” katanya.
Kebanyakan pelanggan warung bakso ini adalah anak-anak muda yang penasaran dengan rasa dan bentuk bakso raksasa itu. Rabu (21/3), beberapa anak muda datang ke warung Mukidi dan memesan bakso raksasa. Setelah lama menunggu, sepanci besar bakso tiba di depan anak-anak muda itu.
Bakso yang tadinya sebesar kepala balita itu tambah mekar setelah dipotong-potong seperti bunga teratai. Asap yang mengepul dari bakso itu menggugah selera makan. Sebelum makan, mereka melakukan ”kewajiban” anak muda zaman now: swafoto bersama bakso raksasa dan menyebarkannya ke dunia maya.
Dari informasi yang beredar di dunia maya itulah, warung bakso ini ramai pembeli. Sehari Mukidi bisa memasak 2 kuintal bakso. Warung ini juga sering mengadakan tantangan kepada para pembeli untuk bisa menghabiskan bakso raksasa ini,
”November tahun lalu kita buat tantangan, siapa yang bisa menghabiskan bakso ini dengan tiga orang saja bisa makan gratis. Ternyata setelah lima grup mencoba, enggak ada yang bisa menghabiskan,” ujar Partoyo (26), karyawan Kedai Mukidi.
Bakso mini
Ukuran bakso rupanya menjadi isu penting buat tukang bakso zaman now. Kalau di Yogyakarta dan Bekasi muncul bakso ukuran jumbo, di Bogor justru muncul bakso seukuran kerikil. Bakso mini ini tersedia di warung Bakso Kikil Pak Jaka di Gang Aut, Jalan Suryakencana. Biasanya bakso disajikan dengan potongan kikil sapi.
Beberapa warung bakso lainnya di Kota Bogor mencoba menarik pengunjung dengan aneka variasi baso yang lain lagi. Warung Bakso Misterius di Tegal Gundil, Kota Bogor, menyediakan bakso Tampol Ampe Merah (bakso pentol kuah merah). Dinamai seperti itu karena rasa baksonya sangat pedas. Di dalam pentol bakso dimasukkan cabe rawit merah dan hijau serta lada hitam. Kuahnya serupa kuah tom yam yang superpedas, apalagi ditambah dengan potongan cabe rawit. Huh hah!
Di wilayah Tangerang Selatan, ditemukan beberapa bakso unik. Di Pasar 8, Alam Sutera, ada bakso yang disajikan di dalam buah kelapa. Bakso ini dikenal dengan nama Bakso Sapi Kelapa Muda DM. Ukuran baksonya kecil-kecil dan rasanya cenderung manis dan gurih.
Di Bintaro Jaya Sektor 2, Pondok Bakso Pak Joko menyajikan bakso urat merekah yang disajikan menyerupai bunga. Bakso disajikan tanpa sayuran sama sekali. Dulu, Joko Susilo, sang perintis Bakso Pak Joko, berdagang bakso secara berkeliling di sekitar Bintaro. Kini, gerai bakso ini sudah memiliki beberapa cabang.
Bakso bulat seakan sudah terlalui biasa. Karena itu, Gerai Bakso Ponti Sari di seberang Pasar Modern BSD menyediakan bakso gepeng. Bakso berbentuk tidak lazim seperti itu ternyata diminati oleh pelanggan.
Para tukang bakso zaman now rupanya semakin kreatif membuat varian bakso yang berbeda dari biasanya. Inilah cara mereka merebut perhatian pembeli. Maklum, yang namanya warung bakso jumlahnya banyak banget dan tersebar di mana-mana, dari pelosok desa hingga ke sudut-sudut kota.
Tren bakso aneh kemungkinan akan terus berlangsung. Setelah bakso beranak, kerikil, gepeng, mungkin akan muncul bakso segitiga, jajaran genjang, atau trapesium. Siapa tahu? (TRI/OSA/*)