ARGUMENTASI!
Bukan Janji Manis
Hugo Ganda, Jurusan Manajemen Perhotelan, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta
Sebelum pemilihan kepala daerah, biasanya ada masa kampanye, salah satunya debat calon kepala daerah. Di masa itulah seluruh calon kepala daerah melakukan yang terbaik agar bisa menang.
Debat antarpasangan calon menjadi suatu sorotan yang menarik untuk ditonton. Dengan debat, masyarakat mengetahui visi dan misi calon pemimpinnya. Masyarakat pun bisa memilih mana yang baik dan pantas menjadi pemimpin.
Banyak informasi yang tentunya masyarakat ingin ketahui agar tidak salah pilih. Tentunya, masyarakat ingin mendapat pemimpin yang baik, tidak hanya ucapan kosong yang sekadar janji-janji manis. Masyarakat bukanlah boneka dan jabatan bukanlah sekadar jabatan. Pasangan calon yang terpilih harus dapat menyatukan masyarakat yang plural sehingga kesejahteraan rakyat terjamin dengan baik.
Membuka Mata
Magdalena Ega Puteri, Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Pelita Harapan
Dari acara debat pemilihan kepala daerah, satu hal yang paling ditunggu adalah visi dan misi pasangan calon. Yang paling seru, saat mereka saling menanggapi, bahkan menyerang, pandangan calon lain. Visi dan misi itulah yang harus diperhatikan oleh para pemilih untuk menentukan tepat atau tidaknya seorang calon menjadi pemimpin.
Maka dari itulah, tidak heran jika salah satu calon akan mengalami peningkatan atau penurunan elektabilitas setelah debat. Pemilih pun cenderung akan menilai calon kepala daerah dari elektabilitas setelah debat berlangsung. Namun, ada juga pemilih yang menentukan pilihan mereka dari berbagai faktor.
Debat sebelum pemilihan dapat dikatakan sangat penting bagi beberapa pemilih karena lewat debat mereka dapat lebih obyektif dalam memilih calon kepala daerah yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Cara pandang pasangan calon kepala daerah yang disampaikan melalui debat bisa membuka mata para pemilih.
Adu Gagasan
Fransiskus Fantura Doreng, Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Maumere, Flores, NTT
Debat calon kepala daerah yang dilaksanakan beberapa waktu terakhir adalah momen yang cukup bagus untuk melakukan pendidikan politik bagi para pemilih. Melalui debat, yang sebagian besar ditayangkan di televisi, para pemilih dapat mengetahui pelbagai program dan rencana kerja setiap calon.
Debat menjadi wadah bagi calon melakukan pendidikan bagi para pemilih, sekaligus menawarkan gagasan-gagasan dan ide kreatif demi kesejahteraan bersama. Persoalannya, apakah
debat tersebut betul-betul untuk pendidikan politik ataukah sekadar ruang umbar janji yang sangat abstrak dan cenderung tidak masuk akal?
Lebih parah lagi, apabila suasana debat penuh dengan nuansa perang dan permusuhan. Baru-baru ini, saya menyaksikan debat terbuka pertama para pasangan calon gubernur NTT. Sebagian calon memaparkan visi dan misi demi masa depan NTT dengan baik. Sayangnya, program kerja yang dicanangkan masih belum menyasar persoalan mendasar, seperti kemiskinan, korupsi, dan perdagangan manusia. Harapannya, hal ini dapat diubah pada debat selanjutnya.
Karakter Kandidat
Nailil Wahidah, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Muria Kudus
Saya melihat perdebatan calon kepala daerah tidak pernah ada habisnya. Semua calon kepala daerah berebut ingin berbicara dan menyampaikan visi dan misinya apabila terpilih menjadi kepala daerah. Bahkan, ada pasangan calon kepala daerah yang melebihi batas waktu dalam menyampaikan pendapatnya. Sepertinya, terlalu banyak janji yang mereka berikan untuk masyarakat.
Debat seperti itu hanya membuang-buang waktu saja. Dengan melihat mereka yang sedang beradu mulut, itu hanya membawa ketegangan saja.
Meski demikian, dengan menonton debat, saya jadi lebih tahu bagaimana karakter setiap kandidat. Setelah mengetahui visi dan misi, serta karakter mereka, sebagai pemilih, saya bisa menentukan pilihan. Setelah itu, kami tinggal menunggu realisasi janji-janji yang sudah disampaikan calon kepala daerah saat kampanye.
Data Akurat
Jessica Valentina Kurniady, Jurusan Manajemen Perhotelan, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Acara debat yang terakhir saya tonton adalah debat calon gubernur DKI Jakarta. Dalam acara debat, terdapat tiga pasangan calon gubernur. Acara berlangsung seru karena mereka beradu argumentasi satu sama lain. Ada argumen yang dapat dilaksanakan di kota Jakarta, tetapi ada juga yang hanya argumentasi.
Selain itu, jawaban setiap kandidat ada yang masuk akal dan dikuatkan oleh data yang akurat. Namun, ada juga calon kepala daerah yang sekadar memberikan janji manis yang tak mungkin bisa dilaksanakan.
Sebenarnya, banyak informasi yang ingin kita dapatkan dari acara debat tersebut sebagai rakyat Jakarta, seperti bagaimana caranya kota Jakarta terhindar dari kemacetan dan banjir. Kami menunggu solusi apa yang dapat diberikan calon gubernur yang benar-benar dapat terlaksana.
Saya sebagai rakyat Jakarta sebenarnya iri melihat kota-kota lain yang bersih, tidak macet, dan bebas stres. Tentu saja, setelah debat, saya bisa melihat mana yang pantas menjadi gubernur DKI Jakarta. (SIE)