Indochiptunes, Mencipta Musik dari Konsol Permainan Lawas
Ramuan musik dari konsol permainan (gim) lawas ternyata menghasilkan musik unik. Saking uniknya, musik ini punya segmen penggemar tersendiri. Pengalaman manggung lalu ditinggal penonton biasa dialami Indochiptunes, komunitas penggemar dan pembuat musik chiptunes di Indonesia.
Indochiptunes baru-baru ini bisa bekerja bareng duo musisi elektronik Tanah Air yang top, Bottlesmoker, untuk membuat sebuah album.
Suasana sebuah pusat perbelanjaan di Bintaro, Tangerang Selatan, Minggu (29/4/2018), ramai oleh pengunjung acara Market dan Komunitas (Markas) 2018. Dalam acara tersebut hadir 20 komunitas Kaskus, salah satunya Komunitas Indochiptunes. Puluhan orang duduk di bangku depan panggung menikmati alunan musik yang mereka suguhkan.
Indochiptunes adalah komunitas yang terbentuk tahun 2007 dan aktif bereksperimen di bidang musik melalui konsol gim lawas. Chiptune merupakan musik dari chip dalam konsol permainan populer pada periode 1980-1990-an. Pasalnya saat itu untuk membuat musik dengan komputer hanya tersedia sound chip tersebut dan video gim yang juga menjadi tren. Kala itu, para komposer menghasilkan musik hanya untuk pengisi suara di video gim.
Chiptunes sudah sejak lama populer di negara belahan barat dunia. Namun, orang Indonesia baru mengenalnya setelah tahun 2000. ”Tahun 2006, ada tiga mahasiswa Indonesia yang kuliah di Malaysia. Mereka suka sama chiptunes. Terus ketiganya membentuk Komunitas Chiptunes di Indonesia,” kata Ketua Komunitas Indochiptunes Adhy Saka Juhansyah (24) tentang sejarah pengenalan chiptunes di Tanah Air, Jumat (11/5) lalu.
Perihal Indochiptunes, Saka menjelaskan, hingga tahun 2018, Indochiptunes sudah tiga kali mengalami regenerasi; tahun 2007, 2009, dan 2014. Komunitas yang memiliki 20 anggota aktif ini kerap bertemu 1-2 kali sebulan di daerah Tangerang Selatan. Posisi komunitas yang ia pimpin merupakan komunitas utama dengan anggota dari Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi. Selain punya anggota di Jabodetabek, Indochiptunes juga punya semacam cabang di daerah-daerah dengan total anggota mencapai 2.229 orang.
Wadah belajar
Meski banyak orang suka memainkan gim, tak banyak orang tahu Komunitas Indochiptunes. Saka mengisahkan, ia tahu Indochiptunes dari pentas seni di sekolahnya, SMK Negeri 5 Tangerang. Sejak itu, ia tertarik dan bergabung pada tahun 2010 karena ingin belajar menggarap musik lewat konsol gim lawas.
”Saya melihat ada keunikan pada permainan musik mereka. Bermusik, kok, menggunakan mainan anak SD. Menyimpang kali, ya, mereka ha-ha,” kenangnya.
Salah satu anggota Indochiptunes, Cahya Andi Setiawan, juga tertarik ke musik tersebut setelah datang ke sebuah acara musik di studio Rossi, Fatmawati, Jakarta Selatan. ”Pernah lihat penampilan Indochiptunes, lalu penasaran cara membuat lagu dari gim konsol. Jadi pengin belajar,” ujar Andi, alumnus Politeknik Negeri Jakarta.
Bagi Andi, Indochiptunes merupakan komunitas unik. Secara umum, seorang musisi membuat lagu dengan alat musik atau laptop untuk musik elektronik. Namun, Indochiptunes justru membuat musik dari konsol gim lawas dengan memanfaatkan perangkat lunak Little Sound Disc Jockey (LSDJ).
Sementara Rafsyan El Sany, mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, menjadikan Indochiptunes sebagai wadah belajar. Pada dasarnya Rafsyan suka gim dan musik. Sebelum masuk Indochiptunes, ia sempat berhenti membuat lagu dari konsol gim lantaran bosan dengan kesulitan merampungkan satu lagu. ”Kemudian, baru tahu kalau ada Indochiptunes. Akhirnya bergabung dan jadi wadah juga untuk berbagi kemampuan membuat lagu dengan teman komunitas,” ujarnya.
Jika Rafsyan pencinta gim, Saka sebaliknya sehingga tak punya pengalaman menggunakan konsol gim lawas, seperti Nintendo, Super Nintendo, SEGA, dan Atari, untuk membuat musik. Ia kemudian mengganti kaset konsol tersebut dengan perangkat lunak LSDJ. Sebagai pemula, Saka waktu itu menggunakan komputer jinjing (laptop) dan mengunduh perangkat lunak emulator game sebagai sarana belajar. Emulator diciptakan untuk para pencinta gim yang ingin bernostalgia dengan permainan gim konsol yang kini sudah tidak diproduksi.
Dari situlah Saka belajar meracik lagu melalui angka-angka dalam konsol gim. Angka-angka tersebut terdiri dari empat kanal dan kerap dianalogikan sebagai alat musik dalam sebuah band, yaitu bas, rhythm, drum, dan melodi.
”Angka-angka itu berisi nada dan saya membuat lagu dari situ. Analoginya, setiap angka memiliki tingkat suara yang berbeda, seperti do-re-mi-fa-so-la-si-do,” ucapnya.
Tidak mudah
Saka mengaku tidak pernah belajar dari video tutorial di Youtube seperti anggota lainnya. Ia justru lebih suka belajar secara langsung bersama anggota Indochiptunes saat kopi darat. Dan, kini Saka berencana merilis album perdana berisi delapan lagu yang sudah ia siapkan sejak tahun 2014. Untuk keperluan itu, ia sudah menggarap delapan lagu.
Meskipun tampaknya membuat lagu dari konsol gim gampang, proses tersebut sebenarnya amat susah. Ia acap terhambat menemukan nada yang selaras antara bas dan drum. ”Pertama membuat lagu dengan durasi tiga menit, kira-kira butuh waktu satu minggu untuk merampungkannya. Itu saja harus lihat Youtube dan tanya-tanya teman. Yang penting ada suaranya saja udah senang,” kata Andi.
Sebagai komunitas musisi, Indochiptunes kerap tampil di acara seperti pentas seni sekolah atau mengisi acara di pusat perbelanjaan. Sebelum tampil, para chiptuner harus membuat lagunya terlebih dahulu lewat konsol. ”Kami susun nada di gim konsol dulu, setelah itu nada-nada tersebut disatukan hingga menjadi sebuah lagu yang utuh,” ujar Saka.
Indochiptunes pernah berkolaborasi dengan duo musisi elektronik Tanah Air, Bottlesmoker, untuk menggarap album. Mereka melebur menghasilkan lagu berunsur musik elektronik dan gim konsol lawas. Album bernama Chiptunes X Bottlesmoker ini berisi lima lagu dan menyajikan musik elektronik yang apik. (*)