Argumentasi Tentang Reuni Bukber
Kebahagiaan Palsu
Agung Kurniawan, mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Jember, Jawa Timur
Setiap tahun, saya sering mendapat undangan dari teman untuk bukber. Dari kawan SD sampai kuliah, namun, saya selalu menyimpan keresahan tersendiri setiap kali menghadiri bukber, entah sama siapa dan di mana pun. Keresahan itu, diantaranya, pertama, saya harus menguras uang untuk membayar iuran buka bersama teman.
Kedua, jika saya bukber dengan keluarga, maka otak bekerja keras untuk menjawab pertanyaan sanak keluarga, “kapan lulus?”, “kapan nikah”, dan masih banyak lagi. Ternyata, dibalik keseruan bukber, ada kebahagian palsu di sana.
Tak Ternilai Harganya
Mohammad Nur Fais, Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
Di bulan Ramadan ini aku sudah menginjak semester tua (delapan). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ramadan kali ini aku jarang bertemu teman-teman sekelas yang sibuk menyusun skripsi. Di grup kelas maupun angkatanpun sudah mulai sepi, ramadan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu, kami sering bertemu dan mengadakan buka bersama (bukber) untuk yang terakhir kali sebelum lulus kuliah.
Bertemu langsung dengan teman-teman rasanya berbeda dengan bertemu lewat dunia maya (lewat medsos). Walau banyak grup Whatsap/Line, saya tetap lebih menghargai waktu bertemu langsung. Pertemuan langsung itu tak ternilai harganya, karena kesibukan tiap individu sehinga sulit bertemu langsung. Saat bertemu langsung, Kita bisa berfoto, bercanda tawa. Mumpung masih bisa bukber dan reunian dengan temanmu, jangan sia-siakan waktu itu.
Saling Berbagi
Izzatun Nada, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah
Bulan ramadhan tanpa buka bersama rasanya kurang lengkap. Akan tetapi mengajak orang-orang dengan berbagai kesibukan untuk berkumpul, bukanlah hal yang mudah .Mereka sering menolak dengan berbagai alasan. Saya lalu memilih topik kegiatan seperti memberi santunan, motivasi dan bukber anak -anak yatim di panti asuhan, atau bagi-bagi takjil kepada pemudik sehingga kegiatan buka bersama tidak hanya sekedar bernostalgia dengan teman.
Tapi juga mengajak mereka berbagi kepada mereka yang butuh bantuan. Pasca buka bersama, beberapa rekan seringkali tergerak untuk menjadikan kegiatan berbagi tersebut menjadi kegiatan rutin tahunan.
Piring Khusus Gawai
Indra Kurniawan, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia, Bandung
Ada cerita menarik saat saya bersama beberapa kawan karib berkumpul dalam acara buka bersama di sebuah restoran pekan lalu. Selepas menyantap takjil, salah seorang kawan punya ide untuk menyita gawai kami selama menikmati hidangan berbuka puasa. Kami sepakat. Aturan dan hukuman pun diberlakukan. Bagi siapa yang menyentuh gawai saat buka puasa, ia kena hukuman berupa membayar seluruh tagihan pesanan.
Demi kelancaran ide ini, kami minta satu piring tambahan ke pihak restoran untuk wadah gawai. Suasana intim saat berbincang pun terwujud. Topik obrolan silih berganti memenuhi pertemuan kami tanpa gangguan nada dering notifikasi di media sosial kami datang silih berganti. Kami tutup bukber dengan kesimpulan, mengobrol tanpa gangguan gawai itu mengasyikkan.
Buka Puasa Pertama
Joanna Devina, Jurusan Manajemen Perhotelan, Sekolah Tinggi Pariwisata, Jakarta
Saya banyak belajar mengenai banyak perbedaan di perkuliahan karena perbedaan ras, bahasa, agama berkumpul di dalam kelas yang sama. Kondisi itu menantang saya untuk bersosialisasi dan bertoleransi serta keluar dari zona nyaman saya. Di bulan ramadan ini seorang teman baik saya mengajak bergabung untuk buka bersama. Ia memperkenalkan suasana berbeda. Bukan makanan yang mewah di restoran yang dihidangkan, hanya makanan warteg anak kos pada umumnya, ditambah dengan takjil yang dijual di sekitar kampus.
Suasana pun tidak meriah, duduk lesehan di kos-kosan teman menunggu detik-detik azan Magrib sambil menyanyi diiringi gitar. Setelah mengucapkan doa makan, lalu berbuka puasa, kami bertukar pendapat dan berbagi pengalaman. Pengalaman baru yang menarik bagi kami. Semua tentang kesederhanaan tapi penuh kehangatan.