ARGUMENTASI
Mengatur Jadwal
Karina Rusaldi, Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas dr Soetomo Surabaya
Berstatus ganda sebagai mahasiswi dan bekerja sebagai pramuniaga atau sales promotion girl (SPG) punya tantangan tersendiri. Awalnya berat harus mengatur jadwal kuliah dengan bekerja dalam dua sif, belum lagi jika ada tugas kelompok kampus yang harus dikerjakan di akhir pekan. Padahal, justru SPG tak pernah merasakan libur di akhir pekan.
Belum kalau ujian tengah semester atau ujian akhir semester yang kadang bentrok dengan sif kerja. Saya harus pintar-pintar melobi rekan kerja untuk tukar sif. Atau jika tidak bisa, terpaksa meminta izin fakultas untuk ikut ujian di kelas lain.
Namun, hal positif menjadi SPG, tanpa saya sadari, saya terlatih untuk berbicara dalam kondisi apa pun sehingga jika presentasi di kelas ataupun mendapat tugas public speaking maka saya tidak demam panggung. Hal itu sangat membantu dalam penilaian tugas mata kuliah.
Refleksi Diri
Ahmad Alifian Nuruddin Ghufroni Hazmi, Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jember
Saya sering menggoda wanita dan para SPG juga menjadi sasaranku. Namun, saya kemudian menyesal. Satu saat, seorang pramuniaga bercerita, dia harus bekerja sebagai SPG karena orangtuanya tak mampu. Ternyata ia mahasiswa di kampusku yang bisa saja kuliahnya terhenti karena ketiadaan biaya.
Saya merasa malu dan hina karena telah merendahkan pekerjaan seorang SPG. Bagaimana mungkin ia yang berusaha mencari penghidupan secara mandiri aku rendahkan. Sementara aku hanya berfoya-foya di atas keringat orangtuaku. Percakapan itu menjadi refleksi diri untukku.
Pekerjaan Halal
Windy Dwi Liani, Mahasiswi D4 Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta
Zaman sekarang menjadi SPG bukan sesuatu yang tabu atau haram. Banyak dari mahasiswa yang melakukan pekerjaan ini saat liburan untuk menambah uang jajan. Saya sering melakukan pekerjaan ini dan tidak selalu berhubungan dengan hal negatif. Saya pernah menjadi SPG di tenant yang menjual tas anak kecil impor yang membuat saya harus berhubungan dengan anak kecil dan juga para orangtua.
Dan, sekarang pekerjaan SPG punya kualifikasi lumayan tinggi, mulai dari tinggi badan, kemampuan bahasa asing, penampilan menarik, dan lainnya yang menurut saya cukup tinggi dibanding bekerja sampingan lainnya. Untuk memenuhi kualifikasi itu cukup sulit sehingga membuat SPG bukan pekerjaan remeh. Memang sih pekerjaan ini melelahkan, tapi gajinya tak kalah dengan gaji orang kantoran. Untuk profesi sambilan sembari kuliah, bolehlah.
Jualan Gagasan
Andi Suryadi, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Beberapa mahasiswa memilih bekerja sebagai SPG dengan alasan butuh uang tambahan atau sekadar selingan mengisi waktu luang. Alasan-alasan itu sulit diterima mengingat peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Saya lebih memilih untuk memasarkan gagasan ketimbang memasarkan produk. Pembenturan gagasan adalah arena mahasiswa yang sesungguhnya.
Bekerja delapan jam per hari dan berbaju seksi sebenarnya bentuk eksploitasi diri yang tidak pernah kita sadari. Kecakapan komunikasi saat menjalankan tugas seorang SPG hanyalah bonus, selain bayaran. Kita hanya punya waktu 24 jam sehari. Pengalokasian waktu untuk belajar mandiri, belajar di kelas, kegiatan pengembangan personalitas, dan peran aktif dalam masyarakat harus kita pikirkan.
Menambah Pengalaman
Bagus Rachmad Saputra, Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Malang
Kuliah sambil bekerja tentu akan memberikan pengalaman bagi kita sebagai mahasiswa. Apa pun pekerjaan yang kita tekuni—termasuk menjadi pramuniaga—kita akan belajar bagaimana mengatur waktu dengan baik.
Menurut saya, bekerja menjadi SPG akan menambah pengalaman kerja yang nanti akan dibutuhkan ketika mencari pekerjaan. Ada beberapa manfaat dari bekerja menjadi SPG, selain belajar komunikasi yang baik, juga menambah jejaring pertemanan. Jika kita mampu membangun komunikasi dengan baik, tidak menutup kemungkinan kita bisa mendapat pekerjaan dari relasi kita tadi. (TRI)