Kenalan, Pacaran, Putus Lewat Gawai
Generasi muda seakan tak bisa melepaskan gawai dalam kehidupan sehari-harinya, termasuk dalam mencari teman dekat. Sebagian dari mereka kemudian menjalin hubungan secara virtual tanpa pernah bertatap muka. Istilahnya dari kenalan, pacaran, sampai putus semuanya dilakukan secara virtual. Inilah komentar dari beberapa anak muda tentang pacaran di dunia virtual.
Uyun Inayatur Rohmah (mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Jember)
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pertemanan virtual, selama kita dapat menemukan teman yang tepat di dalamnya. Salah satu cara menghindari dampak negatif yang sering terjadi layaknya tindak kriminal adalah memberi batasan yang tegas antara dunia nyata dengan dunia maya. Teman virtual biarlah sebatas maya, sekalipun rasa suka dan ketertarikan sulit dihindari. Khususnya pertemanan lawan jenis.
Saya pernah mengalaminya ketika di bangku sekolah menengah dulu. Awal masuk SMA, saya memiliki teman virtual yang berujung suka tanpa pernah bertatap muka. Sebut saja pacar virtual. Bahkan sampai hubungan itu berakhir setelah berjalan lebih dari dua tahun. Kami tidak pernah memutuskan bertemu meski kami tinggal di kota yang sama. Dan semuanya baik-baik saja. Apa yang pernah saya alami cukuplah jadi pengalaman dan jangan lagi terulang.
Annisa Mardhiyah Rahmadani (mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta)
Setiap hari pasti kita tidak bisa lepas dari gawai yang sudah sangat vital bagi hidup kita. Dengan bantuan gawai, kita dapat dengan mudah mencari sesuatu termasuk teman di dunia maya. Terkadang ketika kita merasa tidak ada orang yang mengerti perasaan kita dan tidak ada tempat untuk cerita, kita dapat dengan mudah mencari teman di dunia maya untuk mencurahkan perasaan meski kita belum mengenal orang tersebut secara langsung.
Tetapi, saya lebih merasa nyaman bertemu teman dengan tatap muka karena saya dapat mengetahui langsung karakter asli teman saya. Walaupun semua sudah dimudahkan dengan teknologi agar dapat berkomunikasi jarak jauh, tetapi quality time bersama teman sangat penting untuk mempererat rasa kebersamaan.
Dengan bertemu langsung, saya bisa melihat bahasa tubuh mereka dan merasakan ketulusannya dalam pertemanan sehingga hubungan kami lebih bertahan lama. Sedangkan teman dari dunia maya lebih cepat datang dan pergi.
Nova Anggraeni (mahasiswa Program Studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang)
Salah satu cara mengatasi kejenuhan adalah menjalin komunikasi dengan teman. Berkomunikasi di era yang serba canggih ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bisa bertemu secara langsung maupun melalui obrolan di gawai.
Saya sendiri lebih suka dan nyaman berkomunikasi secara tatap muka dengan teman. Kita bisa bercerita secara langsung, melihat mimik wajah lawan bicara kita dan tentu tidak khawatir mengenai biaya komunikasi seperti tagihan pulsa atau internet. Selain itu, dengan bertatap muka tanpa kita sadari sudah meng-uri-uri budaya bangsa yaitu silaturahmi.
Bertatap muka bukan berarti tanpa gawai, kita harus menghubungi teman untuk menentukan waktu bertemu. Namun, setelah bertemu kita harus meletakan bahkan menyembunyikan gawai kita agar fokus pada pembicaraan. Setelah itu, langsung saja mulai satu dua pembicaraan dengan tetap menjaga perasaan teman kita. Kalau sudah saling berbicara, terjamin kejenuhan akan segera terganti dengan keceriaan maupun solusi yang serba bisa.
Goessthie Nur Zhaiba (mahasiswa D4 perhotelan STP Trisakti 2017 dan penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud)
Maraknya situs pertemanan virtual di era globalisasi ini memang sangat mengasyikan. Teman virtual juga tidak membosankan karena sifatnya yang tidak terlalu monoton dan fleksibel. Apalagi jika teman virtual yang kita punya berasal dari luar negeri atau berbeda negara dengan kita. Kita bisa saling sharing tentang berbagai macam keunikan dan keunggulan dari setiap negara. Selain itu, dapat memperlancar kita dalam berbahasa Inggris dan memperluas wawasan kita tentang dunia luar.
Namun, banyak penyalahgunaan situs yang berdampak negatif bagi para penggunanya, mulai tindak kriminal, penipuan sampai tindak asusila. Semua dampak negatif dapat kita hindari dan dicegah. Biasakanlah berkomunikasi dengan baik dan tidak berbicara yang menyinggung seseorang
Nofrendi Sihaloho (mahasiswa Fakultas Filsafat, Universitas Katolik St. Thomas, Sumatera Utara)
Banyak kenalan saya dapat dari petemanan secara virtual. Di akun Facebook saya, pernah seorang cewek berinisial SM menyuruh saya untuk mentransfer pulsa ke nomor handphone yang ia berikan. Padahal, kami belum pernah jumpa dan tidak saling kenal. Saya ragu dengan permintaannya. Lalu, saya menolaknya dengan sopan. Sejak saat itu, kami tidak pernah lagi chatting-an.
Bagi saya, berteman secara virtual dengan kemajuan teknologi zaman sekarang memang bagus. Tetapi harus hati-hati. Bertemu secara langsung atau bertatap muka lebih baik daripada berteman di media sosial saja. Dengan bertatap muka, langsung tahu bagaimana aslinya teman itu. Dan pertemanan pun lebih nyaman. Berteman secara virtual tidak berlangsung lama, sebab akun yang dimiliki bisa saja diblokir. Dan pertemanan pun berakhir.