Ikut Klub Foto Dahulu, Jadi Fotografer Kemudian
Menjadi seorang fotografer profesional butuh banyak proses dan tahapan. Butuh asam garam dan latihan yang tidak pendek. Memulai langkah menjadi seorang fotografer bisa dari banyak pintu, dan salah satunya adalah bergabung dalam klub dan komunitas foto. Sekali mendayung bisa mendapat ilmu, menemukan keluarga baru pula.
Klub, dan komunitas fotografi bisa ditemukan di mana saja seiring semakin ramainya penyuka bidang ini. Dari sekolah, kampus, juga komunitas di luar itu. Selayaknya sebuah perkumpulan karena sesuatu yang disenangi, para pegiat di komunitas ini berkumpul untuk saling belajar dan berbagi dari apa yang disukai.
Sedikit nekat, Subekti Sudarmaningrum (20), memberanikan diri mendaftar sebagai anggota di Komunitas Fotografi Mahasiswa (KMF) Kalacitra. Dia adalah mahasiswa semester dua jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, kala itu. Masih bau kencur. Bekti, panggilannya, sedang senang-senangnya memotret meski hanya lewat gawai dan sebuah kamera saku.
Aku awalnya seneng (motret) doang. nggak tahu dasar fotografi. Akhirnya nekat ikut, dan keterusan sampai sekarang
“Aku awalnya seneng (motret) doang. nggak tahu dasar fotografi. Akhirnya nekat ikut, dan keterusan sampai sekarang,” kata Bekti, Kamis (9/8/2018).
Setalah bergabung, dia lalu melewati tahap demi tahap yang disyaratkan oleh FKM Kalacitra yang berbasis fotografi jurnalistik. Dari tahap perkenalan dasar hingga bisa dilantik menjadi anggota. Dia juga melakukan pameran dengan mengambil tema liputan di kolong jalan layang di daerah Slipi, Jakarta Utara.
Meski belum memiliki kamera yang lebih mumpuni, Bekti mampu mengoperasikan bermacam kamera dengan baik. Materi analogi kamera telah dilewati jauh hari. Dia juga sering bertanya ke senior dan alumni tentang banyak hal.
“Karena kita kayak keluarga, jadi apa-apa gampang. Kalau mau motret bisa pinjam kamera teman atau senior. Saling membantu,” ucap anggota Divisi Studio Kalacitra ini.
Pengalaman tidak jauh beda dialami Ben Saragih (17), saat awal bergabung dengan komunitas foto di sekolahnya. Ben yang baru lulus dan sebentar lagi menjalani masa awal menjadi mahasiswa, adalah lulusan SMA Kolase Gonzaga, Jakarta tahun 2018.
Sejak Kelas X, dia bergabung dengan komunitas Fotografi Gonzaga atau yang dikenal dengan Fonza. Fotografi adalah salah satu ekstrakurikuler di sekolah ini, selain film, paduan suara, sepak bola, dan banyak lainnya.
Di masa-masa awal bergabung, Ben dan rekan-rekannya yang berjumlah sekitar 30-an orang diajarkan banyak materi fotografi. Dari teknik dasar, sampai memotret dengan teknik khusus. Setelah materi, praktik akan dilakukan. Begitu biasanya setiap pertemuan sekali dalam seminggu.
Enaknya itu karena kita berasa keluarga. Senior yang baru lulus sampai angkatan masih biasa datang, apalagi kalau pelantikan
“Tapi yang enaknya itu karena kita berasa keluarga. Senior yang baru lulus sampai angkatan masih biasa datang, apalagi kalau pelantikan. Hubungannya kayak keluarga gitu lah,” ucapnya.
Bergabung bersama komunitas membuat Haryo Kurniawan (20), mahasiswa mahasiswa jurusan Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta ini menjadi senang dan bersemangat untuk selalu berkarya di bidang fotografi. Demi untuk mengasah kemampuan di bidang fotografi, ia bergabung bersama komunitas foto. Meski masih tergolong baru, mulai ikut pada akhir 2017 lalu, tapi beragam teknik fotografi didapatnya dari berkomunitas.
Nama komunitasnya adalah Indonesia Street Project DKI. Komunitas ini berdiri pada pertengahan tahun 2017 di Jakarta. Anggotanya terdiri dari beberapa kalangan mahasiswa dan karyawan yang berdomisili di daerah Jabodetabek. Sesuai dengan nama dari komunitas nya, mereka memburu foto seputaran kegiatan yang ada di jalanan. Indonesia Street Project (ISP) mempunyai program kerja, salah satunya adalah mengadakan pameran fotografi khusus untuk wilayah Jakarta setiap tiga bulan sekali.
“Awal-awal saya ikut bergabung ke komunitas memang merasa susah untuk beradaptasi dengan orang-orang baru. Namun lama kelamaan saya nyaman dan bertahan sampai saat ini. Saya juga senang, karena di dalam forum komunitas ini orang-orang nya selalu mau untuk berbagi ilmu ke teman-teman yang lain,” ujarnya saat ditemui di Bentara Budaya Jakarta, akhir pekan lalu. Haryo sedang mengikuti salah satu diskusi dalam gelaran Festival Fotografi Kompas 2018 yang bertemakan olahraga.
Menjadi profesional
Dari ikut klub, juga komunitas, membuat banyak orang yang benar-benar serius mendalami dunia fotografi. Ada yang sebagai pewarta foto, fotografer paruh waktu, atau membuat studio foto sendiri.
Bilal (21), adalah mahasiswa di Universitas Trisakti dan tergabung dalam UKM Fotografi di kampusnya. Selain itu, dia juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Persatuan Fotografi Mahasiswa atau yang dikenal dengan nama Panorama. Panorama menaungi 25 klub dan UKM foto dari 22 kampus se-Jabodetabek.
Menurut Bilal, anggota di komunitasnya memang menginginkan menjadi seorang fotografer profesional. “Sudah ada beberapa dari anggota kami yang akhirnya memilih berprofesi sebagai pewarta foto,” kata Bilal.
Komunitas tempat Bilal dan kawan-kawan bernaung memang mengarahkan anggotanya untuk mendalami berbagai hal terkait fotografi. Mereka juga rutin mengadakan ajang penganugerahan foto terbaik setiap tahun yang disebut Panorawa Award. Selain itu, mereka juga menempa diri bagaimana berlembaga secara baik dengan berbagai program dan kegiatan yang mereka canangkan.
Dari mengikuti berbagai aktivitas, mengikuti program komunitas, serta mengembangkan kemampuan fotografi yang baik, maka peluang menjadi fotografer profesional terbuka lebar.
Impian menjadi seorang fotografer profesional juga diungkapkan Ben Saragih. Sejak kecil dia telah bercita-cita menjadi seorang fotografer. Cita-cita itu tumbuh ketika ayahnya membeli sebuah kamera DSLR, dia seperti mendapatkan dunia baru. Saat di bangku menengah, dia juga telah ikut ekskul fotografi.
“Niatnya memang di dunia ini. Saya kuliah juga ambil jurusan film. Semoga nanti bisa kerja sendiri, punya studio, dan moga-moga bisa kayak punya Production House gitu. Aminn,” terangnya.
Jika Ben ingin menjadi fotografer yang bebas, Bekti punya impian menjadi seorang pewarta foto. Dia ingin meneruskan jejak beberapa fotografer perempuan di Indonesia yang mempunyai rekam jejak yang cemerlang.
Keren gitu ngeilat orang yang bekerja sesuai hobinya. Kan asyik kalau orang bekerja berdasar apa yang disenangi
“Keren gitu ngeilat orang yang bekerja sesuai hobinya. Kan asyik kalau orang bekerja berdasar apa yang disenangi. Saya banyak belajar dari senior. Sudah ada lebih dari lima orang yang telah menjadi pewarta foto,” tutur Bekti.
Namun, menjadi seorang fotografer profesional tidak instan. Butuh kerja keras, dan upaya yang gigih. Selain itu, tentu butuh banyak hal yang harus dilewati agar bisa memotret dengan rasa yang khas, dan etika yang tepat. Klik! (JAL/*)