Pelaku industri bioskop di Indonesia saling menawarkan berbagai macam fasilitas dan pelayanan yang berbeda agar bisa memuaskan pelanggan dan meningkatkan minat menonton film di bioskop. Namun, dapatkah bioskop tetap menjaga eksistensinya di era digital ini?
Hasil survei yang dilakukan Tim Saksi Magangers terhadap 75 responden tentang preferensi anak muda menonton film dari sisi kualitas menunjukkan, banyak responden lebih suka menonton film di bioskop. Namun, bukan rahasia lagi kalau faktanya, banyak responden lebih sering menonton film menggunakan layanan streaming (siaran) ilegal.
Tidak dapat dimungkiri saat ini peminat bioskop dan layanan streaming ilegal imbang. Banyak di antara remaja, bahkan orang dewasa, memilih menonton di layar gawai masing-masing dibandingkan menyaksikan fim di layar bioskop. Dengan gawai di tangan, orang bisa melihat film di mana saja, kapan saja dari streaming ilegal yang pamornya semakin meningkat. Walaupun demikian, mereka yang sadar akan hukum lebih memilih menonton film melalui sejumlah kanal ataupun aplikasi film-film legal yang juga tersedia berbagai pilihan.
Bagaimanapun menonton film secara ”konvensional” di gedung bioskop tetaplah memiliki pengalaman berbeda. Apalagi sejumlah bioskop kini juga menyajikan sajian film dalam berbagai sajian teknologi terkini dari sisi tata suara ataupun tampilan layar dengan kualitas digital.
”Bioskop masih bisa bertahap karena bioskop masih menjadi tempat peluncuran film-film baru,” ujar Chika, pegawai swasta saat berada di Gading Serpong, Tangerang Selatan. ”Selain itu, kualitas filmnya juga jauh berbeda dari yang ada di layanan streaming. Lebih bagus, apalagi dari segi audio dan gambarnya.” katanya.
Samara Tabitha, siswi SMAN 28 Jakarta, juga menegaskan, dia lebih memilih menonton di bioskop karena pengalaman menonton
yang ditawarkan berbeda. ”Kalau nonton di bioskop, serunya nonton film itu lebih terasa,” katanya.
Walaupun begitu, menonton film di bioskop tidak selamanya diisi dengan pengalaman yang menyenangkan. Pengalaman yang tidak menyenangkan pun dirasakan Samara. Menurut dia, orang di dalam gedung bioskop bisa jadi terlalu banyak, dan kadang-kadang ada orang yang tidak menghormati sesama penonton. ”Misalnya, ada menghalangi pandangan orang lain dan menelepon atau mengobrol dengan suara keras,” ujar Samara.
Persaingan ketat
Meski cukup banyak anak muda mengaku lebih sering nonton film dari streaming, antusiasme masyarakat Indonesia untuk menonton film cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Kompas edisi 1/3/2018), jumlah penonton film di bioskop pada tahun 2018 mencapai 42,7 juta orang.
Tidak hanya film-film yang berebut jam tayang, para pengelola bioskop itu juga bersaing dengan situs-situs streaming ilegal yang beredar di internet. Di Indonesia, situs streaming ilegal sebenarnya sudah diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Pada tahun 2015, ada 22 situs streaming ilegal yang diblokir. Langkah ini disebut sebagai upaya pemerintah dalam menumpas situs-situs ilegal.
Apakah masyarakat Indonesia lebih memilih situs streaming ilegal dibandingkan bioskop? Ternyata tidak. Berdasarkan hasil survei tim kami pada kategori kualitas gambar, 73,3 persen responden lebih memilih menonton di bioskop. Sementara 33,3 persen responden lebih sering menonton di situs streaming ilegal.
Dari angka tersebut, bioskop tentu menang dari segi kualitas. Selain dari sisi kualitas suara dan gambar, penonton juga mencari layanan dan fasilitas tambahan yang baik dari pihak bioskop. Contohnya, bioskop Cinema XXI memiliki cara sendiri untuk tetap bertahan seiring berkembangnya zaman. Mereka memiliki bioskop Premiere XXI dengan kursinya yang canggih serta bioskop IMAX dengan audio dan kualitas gambar yang jernih serta varian warna kursi yang beragam.
Adapun bioskop CGV juga memiliki cara sendiri agar tetap bertahan. Kelompok CGV memiliki layar bioskop yang tidak biasa, seperti ScreenX, yang menawarkan sensasi menonton film tidak hanya pada layar utama, tetapi juga di kanan dan kiri. CGV juga memunculkan Sphere dengan kursi yang dapat direbahkan dan layar cekung, serta sensasi 4DX yang memungkinkan penonton seolah-olah berada di film yang tengah diputar.
Selain itu, CGV juga menyediakan banyak kelas, seperti Gold Class, Velvet Class yang tingkatannya di atas Gold Class, dan Sweet Box yang mengutamakan privasi penonton. Pendeknya, pengelola gedung bioskop terus melakukan inovasi agar terus mampu membuat masyarakat nonton film ke tempat mereka.
Nah, kamu lebih suka menonton film di bioskop atau gawai masing-masing? Yang pasti hindari, tayangan ilegal ya!
Magangers Kompas Muda Batch X
Kelompok Saksi :
Feliks Erasmus Arga, SMA Seminari Mertoyudan, Magelang
Dheamyra Aysha Ihsanti, SMA Negeri 28 Jakarta
Wisnu Ajie Rafiantoro, SMAN 98 Jakarta
Nadia Theresa Johari, SMA Athalia Tangerang Selatan
Khalila Zahra Maharani, SMA Negeri 2 Cibinong Bogor