Rejeki Dari Cuap Cuap
Acara tanpa MC, seperti sayur tanpa garam. Hambar. Bagaimana enggak, MC alias "master of ceremony" punya peran sangat penting, yakni membuat acara jadi meriah. MC yang bagus biasanya mampu memancing penonton lebih interaktif. Nah, profesi ini banyak dijalani oleh mahasiswa. Sebagian dari mereka cukup dikenal di acara pensi di kota masing-masing.
Kehadiran Akbarry Noor sebagai MC di acara Lit Party Inagurasi Magangers Kompas Muda Batch X menambah keceriaan pesta yang penuh warna, Sabtu (28/7/2018), di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta. Beberapa kali, dia melemparkan candaan dengan gaya anak muda untuk memancing tawa penonton. Meski pesta berlangsung di ruangan dengan penonton yang tidak lebih dari 200 orang, suasana tetap meriah dan ceria.
Akbarry sanggup menghidupkan suasana karena dia punya pengetahuan dan pengalaman yang cukup panjang. Lulusan Universitas Prasetiya Mulya Jakarta itu, mulai merintis karier ketika ia masih kuliah semester 7 pada 2014. “Pertama kali, aku jadi MC di acara bedah buku di kampus dengan peserta 20 orang. Awalnya, banyak teman-teman yang sangsi apakah aku bisa atau enggak. Ada yang menghujat juga, dibilang acaranya garing,” ujarnya.
Akbarry enggak peduli. Ia terus saja ngemsi. Ia juga mulai serius belajar ngemsi. Ia mengikuti sejumlah pelatihan, menyimak tips menjadi MC di Youtube, dan memperhatikan penampilan MC yang lebih senior. Dia juga mengikuti lomba ngemsi. Hasilnya, dia masuk 20 besar MTV VJ Hunt 2014.
Sambil mengasah jurus ngemsi yang baik, Akbarry menjadi penyiar radio di Gugu Radio selama dua tahun dan kemudian pindah ke TRAX FM sampai sekarang. Ia juga mulai rutin ngemsi di berbagai acara.
Awalnya, banyak teman-teman yang sangsi apakah aku bisa atau enggak. Ada yang menghujat juga, dibilang acaranya garing.
Seiring berjalannya waktu, nama Akbarry mulai dikenal di kalangan anak muda. Untuk membedakan dengan MC muda lainnya, Akbarry menggunakan logo tanduk rusa di setiap penampilannya. Bahkan, dia selalu memakai jaket dengan gambar tanduk rusa di bagian punggungnya. “Aku pilih tanduk rusa, karena rusa bisa bertahan di segala habitat. Dan, aku ingin seperti itu, bisa menjadi MC dalam acara apa saja, mau yang senang-senang ayo, mau yang serius juga bisa.”
Selama ngemsi di mana-mana terutama di acara pentas seni (pensi), banyak pengalaman yang diperoleh Akbarry. Tahun 2016, misalnya, ia mendapat undangan ngemsi di acara pensi Sky Avenue yang dibikin SMA Labschool Kebayoran, Jakarta. Sayangnya, ia gagal ngemsi karena panggung acara roboh diterjang badai. “Itu penontonnya luar biasa, sekitar 15.000. Aku merasa saat itu menjadi titik balik aku menjadi ngemsi. Saat itu, peristiwanya menjadi viral, dan nama Akbarry disebut-sebut,” kata dia.
Peristiwa itu justru membuat undangan ngemsi buat Akbarry bertambah. Dalam satu tahun, Akbarry menjadi MC di 66 acara, dengan setengahnya merupakan acara pensi. Bukan hanya di Jakarta, ia juga pernah diundang ke pensi SMA Negeri 2 Magelang, Jawa Tengah.
“Itu lucu banget karena aku sama sekali enggak bisa Bahasa Jawa. Aku dikerjain sama penonton. Aku tanya selamat sore dalam Bahasa Jawa apa? Eh malah dikasih tau kata yang jorok. Makanya, setiap kali aku sebut (kata itu), semua orang ketawa,” cerita Akbarry.
Grogi
Karier sebagai MC juga dijalani Dian Aris (21), mahasiswa Jurusan Komunikasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Ia mengaku ngemsi sejak berumur 14 tahun. Meski pengalamannya cukup panjang, tapi Dian mengaku masih sering grogi ketika berada di atas panggung.
Orang melihatnya mudah bicara di depan khalayak. Padahal sebenarnya sangat sulit. “Awal-awal ngemsi dulu bingung harus bagaimana, ngomong juga susah. Mau gerak juga malu, takut salah. Pas awal-awal dulu mikirnya udah cepat selesai acaranya,” ujarnya terkekeh.
Seolah mudah, berbicara di depan banyak orang ternyata cukup sulit bagi Dian. Ia harus bisa mengontrol emosi dan membawa emosi peserta acara. Ia harus berusaha melupakan kehidupan pribadinya saat membawakan sebuah acara.
Awal-awal ngemsi dulu bingung harus bagaimana, ngomong juga susah. Mau gerak juga malu, takut salah.
Menurutnya, setiap panggung itu berbeda dan memberi ketegangan tersendiri. Nah, supaya enggak mati kutu di atas panggung, ia selalu mempersiapkan dirinya secara maksimal sebelum tampil.
Ia juga selalu mengingat kedua orangtuanya untuk mengatasi rasa gugup sebelum acara dimulai. “Kalau ingat mereka, semangat bisa datang,” kata Dian yang sering menjadi MC untuk acara pensi.
Dian bercerita bagaimana banyak hal yang tak terduga bisa saja terjadi saat dia di atas panggung. Pernah sekali waktu, ia tak tahu bahwa acara talkshow yang dipandunya mendatangkan seorang native speaker. Tanpa persiapan, ia harus mampu dengan cepat menyesuaikan diri. “Jadi aku coba perkenalan dengan native speaker-nya, ternyata dia dari Perancis. Jadi bahasa Inggris-nya enggak yang belibet banget,” ungkapnya.
Untuk mengasah kemampuannya berkomunikasi, dia kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Dari jurusan itu, ia belajar teori komunikasi dan public relations.
Mandiri
Rikky Ardanta kelahiran Palembang, 23 Juni 1995 adalah sosok pemuda yang sangat bersemangat untuk menekuni dunia hiburan. Ia dikenal di kalangan teman-teman sebayanya dengan panggilan Rikky.
Kesehariannya sebagai mahasiswa Jurusan Komunikasi, Universitas Bina Darma Palembang sama seperti mahasiswa lainnya. Namun, bakatnya sebagai MC sudah terlihat sejak masih SMP. “Saya pernah menjadi wartawan di tingkat pelajar di Sumatera Selatan lho,” ujar Rikky.
Rikky memulai kariernya menjadi penyiar radio itu pada tahun 2010 di Radio Swasta (SPI FM) Palembang. Tahun 2011, dia memutuskan berhenti sebagai penyiar. Alasannya, tidak cukup puas untuk mengambil pengalaman di satu tempat saja.
Selama menjadi penyiar radio, Rikky juga menjadi penyanyi beatbox. Dia meraih banyak prestasi saat menjadi penyanyi beatbox, seperti Juara 1 Beatbox Battle Chapter Sumatera 2013 dan peserta The National Champion BeatBoxStar Indonesia 2014.
Lalu, Rikky melangkah mencari pengalaman lain dengan menjadi MC di tempat hiburan malam yang dipandang negatif banyak pihak. Namun, hal itu tidak membuatnya patah semangat menjalani pekerjaan sebagai MC. Malahan, namanya semakin dikenal dan kemudian mendapat banyak tawaran untuk banyak acara.
Dari kegiatan sebagai penyiar radio dan MC, ia mengaku bisa mandiri. Uang yang diperolehnya, bisa digunakan untuk memenuhi keperluan pribadi dan menabung.
"Saya enggan membebani orang tua, saya juga bekerja sesuai dengan hobi, dan selalu senang menjalaninya,” katanya.
Bagi Rikky, untuk meniti karier sebagai MC bukan hal yang mudah. Apalagi untuk menjadi MC yang sukses, dibutuhkan jam terbang dan wawasan yang cukup tinggi. Rikky yang kini menjadi Direktur Program Global Radio Palembang pun mempelajari banyak hal.
Dari cerita para MC muda ini, kita bisa melihat bahwa pekerjaan apa pun yang dijalani dengan tekun pasti akan membuahkan hasil yang baik. (TIA/*/***)