Sarapan Bukan Asal Kenyang
Mayoritas mahasiswa menganggap sarapan pagi itu penting banget. Namun, kenyataannya hanya sebagian dari mereka yang rutin mengisi perut di pagi hari. Itu pun dilakukan tanpa berpikir soal nutrisi.
Litbang Kompas mencoba melihat kebiasaan mahasiswa terkait sarapan pagi melalui jajak pendapat lewat telepon pada 18-19 Agustus 2018 yang melibatkan 392 mahasiswa di 20 kota di Indonesia. Hasilnya 93,1 persen mahasiswa menganggap sarapan itu penting.
Penilaian mahasiswa tentang pentingnya sarapan sejalan dengan hasil penelitian di dunia kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan orang yang biasa sarapan akan memiliki tingkat konsentrasi dan kecerdasan lebih baik. Lembar sosialisasi Kemenkes juga menyebutkan, sarapan akan memberikan energi untuk beraktivitas sehingga kinerja otak akan lebih optimal.
Meski sarapan dianggap penting, hanya 51,8 persen responden yang mengaku rutin sarapan setiap pagi. Sepertiga responden mengaku sarapan 3-5 kali dalam seminggu. Sisanya, sekitar 14 persen sesekali sarapan pagi. Itu pun kalau sempat.
"Buat saya sih yang penting perut kenyang. Soal nutrisi urusan ke sekian," ujar Muhamad Ubaidillah, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta yang tinggal di asrama kampus.
Dia mengaku paling sering menyantap nasi uduk dan tempe orek saat sarapan pagi. Menu itu dipilih karena mengenyangkan, harganya murah, yakni sekitar Rp 3.500 per porsi, dan mudah didapat.
Biasanya, Ubai memilih warung makan yang tidak jauh dari asrama. "Tinggal keluar dari asrama, udah ada ibu-ibu yang jualan nasi uduk. Kalau saya nggak sarapan, malamnya saya makan mie instan. Itu untuk mengganti jatah menu sarapan, ha ha ha," katanya. Ia tidak rutin sarapan pagi. Kalau bangun kesiangan, ia pergi ke kampus tanpa sarapan. Ia baru mengisi perut sekitar pukul 12.00 ketika kuliah pagi selesai.
Kebiasaan sarapan ala anak kos juga dialami Umbar Robianto, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Bina Dharma, Palembang. “Saya sangat tidak terbiasa untuk sarapan pagi, namun kebiasaan ini memang sudah dari masih tinggal bersama orang tua,” ujarnya.
Mahasiswa asal Kabupaten Muara Enim ini juga mengakui, bila begadang sampai pagi, dia akan memilih untuk mencari sarapan. "Itu karena saya kan enggak tidur semalaman, jadi harus makan," ujarnya. Menu sarapan yang biasa dimakan seperti nasi uduk, gorengan dan tidak lupa ditemani dengan segelas kopi panas.
Untuk menu sarapan, mahasiswa ini justru tidak terlalu pilih-pilih karena menurutnya yang terpenting itu perut bisa kenyang. “Saya biasa sarapan itu hanya mengeluarkan uang sebesar Rp. 10.000, nasi uduk pakai telur Rp. 7.000 sisanya beli gorengan atau kopi panas,” ungkapnya.
Agak berbeda dengan Debora Angelia, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang pernah mencoba gaya hidup sehat. Dia berusaha sarapan sereal setiap pagi. Namun, rencana tersebut diakuinya gagal.
“Aduh sarapan yang baik kan harus di bawah jam 09.00 tuh. Kadang belum bangun malah. Makan sereal kalau sudah jam 10.00 mah enggak nendang,” ungkapnya.
Lalu, Debora pun memilih kembali ke kebiasaan yang lama, yaitu sarapan dengan menu sedapatnya. “Kan kita anak kos. Sarapan ya sedapatnya aja. Kalau kebetulan kuliah pagi, bisa sarapan di kantin kampus. Kalau ternyata masuk kuliahnya siang, sarapannya juga udah gabung sama makan siang aja itu,” ungkapnya.
Sarapan yang baik
Sarapan yang sehat tentunya memiliki ambang batas kandungan nutrisi. American College of Sport Medicine merekomendasikan agar porsi makan tidak melebihi kebutuhan kalori harian. Rata-rata jumlah kebutuhan kalori harian minimum wanita sebesar 1.200 kalori dan 1.800 untuk laki-laki. Sehingga dalam perhitungan sederhana, jika jumlah tersebut dibagi dalam tiga porsi waktu makan maka rata-rata jumlah kandungan kalori setiap makan berkisar 300-500 kalori.
Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia, Prof. Dr. Hardinsyah, MS mengatakan, tak hanya sarapan, seseorang juga perlu sarapan bernutrisi. Sarapan berguna untuk mengembalikan energi setelah tubuh berpuasa selama delapan jam ketika tidur malam.
“Menu sarapan yang bergizi adalah yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air,” ujar Hardinsyah dalam sebuah acara di Jakarta, Selasa (31/07/2018).
Hardinsyah menambahkan, Pergizi pernah melakukan riset yang menyebutkan konsumsi sarapan bergizi dengan gizi seimbang berperan besar bagi anak sekolah.
“Sarapan terbukti mengembalikan energi tubuh pada saat belajar sehingga membantu meningkatkan konsentrasi dan membantu meningkatkan prestasi akademis, menjaga daya tahan tubuh agar tetap sehat, sekaligus mencegah mengkonsumsi jajanan tidak sehat,” ujar Hardinsyah.
Nah, pilihan tetap di tangan kalian nih. Kalau ingin meningkatkan konsentrasi dalam belajar ya jangan lupakan sarapan bergizi setiap pagi.
(Eren Marsyukrilla/Litbang Kompas/*/***).