"Menembus Batas" Kalijodo
Empat pecahan tembok dan belasan patung figur manusia besi ini berdiri di atas petakan pasir putih. Anak-anak sering terlihat bermain dan membentuk berbagai macam “bangunan” dengan pasir itu. Bentuknya yang unik juga membuat para pengunjung tertarik untuk mengabadikannya.
Namun kebanyakan dari mereka belum mengetahui asal-muasal tembok yang menjadi bagian dari karya seni instalasi ini. Tergelitik sebuah tanya: sebenarnya tembok itu apa dan dari mana sih?
“Patung Menembus Batas”, begitulah sering disebut oleh sebagian orang. Konon, tembok kokoh itu berasal dari reruntuhan tembok Berlin. Teguh Ostenrik, seniman yang sempat mengenyam pendidikan di Jerman, membeli empat pecahan tembok Berlin tersebut, setahun setelah terjadi peristiwa peruntuhannya. Ia memilih untuk membeli pecahan yang masih polos. Kemudian, pecahan tembok tersebut dihias dengan grafiti dan berbagai bentuk huruf tahun 1970-an.
Penamaan “Patung Menembus Batas” menggambarkan Kalijodo sebagai tempat berkumpul segala golongan, menghapuskan sekat-sekat pembatas yang sempat merenggangkan toleransi hari ini. Lebih dari itu, patung ini merupakan simbol kebhinnekaan yang memaknai kehidupan warga Jakarta. Mereka dapat berkumpul dan menikmati ruang terbuka yang dibangun lebih dari setahun lalu itu.
Beruntung
Kesempatan menjadi Magangers Kompas Muda membuat kami membidik salah satu lokasi liputan yang sering disebut Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo. Hari masih pagi, Kamis (5/7/2018) lalu, kelompok kami menuju ke lokasi yang tertetak di Jalan Bidara Raya, Angke, Jakarta Utara.
Kami tergelitik mencari tahu. Saat memasuki tempat ini, hamparan lahan hijau dan taman bermain anak-anak terlihat jelas. Terpampang dinding besar bertuliskan “RTH/RPTRA Kalijodo” yang memisahkan kedua area revitalisasi tersebut menjadi dua. Di bagian barat, disebut sebagai area RPTRA. Sementara, bagian utara adalah RTH.
Jika dinding tersebut dilihat dari sisi RTH, karya seni mural yang merupakan hasil kolaborasi dari banyak seniman akan mudah dinikmati. Terlukis dari ujung dinding yang satu hingga ujung dinding lainnya.
Kami memutuskan untuk singgah di aula RPTRA Kalijodo terlebih dahulu. Rasa takjub tak dapat disembunyikan, ketika melihat pemandangan sekitarnya. Sungguh tak dinyana, revitalisasi Kalijodo dari wajah lamanya menghasilkan karya sangat menarik.
Kesempatan menjadi Magangers Kompas Muda membuat kami membidik salah satu lokasi liputan yang sering disebut Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo.
Sebagian teman-teman tentu tahu, wajah Kalijodo dahulu. Tempat ini kerap dicap sebagai kawasan lokalisasi prostitusi, sarang premanisme, perjudian, dan tempat yang acapkali disalahgunakan sebagai daerah untuk mabuk-mabukan. Mendengar dari warga sekitar saja, dulunya tidak banyak orang yang berani melewati tempat ini dengan berbagai alasannya.
Wajah Kalijodo sudah berubah. Kini, kegiatan yang terlihat di RPTRA/RTH Kalijodo semakin bervariasi. Mulai dari komunitas pemain skateboard, BMX freestyler, silat, sepatu roda, dan masih banyak lagi. RPTRA/RTH Kalijodo ini tidak jarang dijadikan pilihan sarana berkumpul bagi berbagai organisasi atau forum yang berada di Jakarta dan sekitarnya.
Nah, untuk fasilitasnya sendiri kini cukup lengkap. Ada bermacam-macam permainan untuk anak-anak yang tersebar di beberapa area, perpustakaan berpendingin udara, aula, lapangan futsal, jalan berbatu untuk pijit refleksi dan kantin. Salah satu yang paling menarik yaitu skate park dan bike park. Semua bisa diakses secara gratis!
Selain itu, akses transportasi menuju RPTRA/RTH Kalijodo dapat dibilang cukup mudah. Bagi pengguna setia kereta rel listrik, mereka dapat turun di Stasiun Angke. Kemudian, melanjutkan perjalanan menggunakan ojek daring dengan biaya sekitar Rp 7.000 saja. Sementara, pengguna bus Transjakarta dapat melanjutkan dengan menumpang bus Koridor 12 (Penjaringan-Tanjungpriok) untuk mencapai tempat ini.
Pemerintah pun menyediakan moda transportasi bus pariwisata yang menghubungkan objek wisata maupun kawasan bersejarah, seperti Monas, Balaikota, dan Masjid Istiqlal yang selanjutnya bermuara ke tempat ini.
Gimana, teman-teman? Wajah baru Kalijodo yang kini menjadi RPTRA/RTH ini keren, bukan? Teman-teman bukan cuma bisa menyalurkan hobi di tempat sekeren ini, tetapi juga bisa turut bergabung dengan organisasi sebagai wadah menyalurkan aspirasi, bakat, dan minat sebagai remaja.
Magangers Kompas Muda Batch X
Kelompok Waratmaja:
Andy Rizky Widarto, SMAN 1 Tambun Selatan
Dinda Siti Rafifa, SMAN 7 Bekasi
Intania Ayumirza Farrahani Patilima,
SMAN 3 Tangerang Selatan
Nita Khoerunnisa, SMK Link And Match
Tangerang Selatan
Satrio Alif Febriyanto, MAN Insan Cendekia Serpong