Siapa kini yang tak kenal dengan Jonatan Christie, pebulu tangkis tunggal putra Indonesia? Hampir seluruh masyarakat Indonesia kini bakal teringat ekspresi kemenangan Jojo, panggilan akrab Jonatan, saat mengalahkan Chou Tien Chen (Taiwan) di laga final Asian Games 2018. Histeria penonton boleh jadi masih terngiang manakala teringat Jojo melepaskan baju sebagai ekspresi kemenangannya.
Jojo seperti memberikan inspirasi bahwa tubuh yang sehat dan berotot itu dambaan banyak orang. Dia mengingatkan tentang gaya hidup sehat. Sehat bukan sekadar berarti membentuk tubuh dari gemuk menjadi langsing. Juga, berupaya keras membentuk tubuh menjadi terlihat berotot atau dikenal six pack mirip Jojo.
Celine Dian, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra, Surabaya, pun tak menampik bahwa tubuh atletis berotot Jojo disebut sebagai idaman perempuan. Sudah memiliki tubuh yang keren, daya juang untuk meraih prestasi luar biasa.
”Cowok seperti itu, menurut saya, sangat jarang ditemukan di era sekarang ini,” ujar Celine.
Jojo dalam talk show mini seusai syukuran di Gereja Katolik Antonius Padua, Bidaracina, Jakarta Timur, Minggu (2/9/2018), mengatakan, ”Ekspresi membuka baju hanyalah sebatas rasa spontan. Tidak sengaja untuk ekspresi buka biar terkenal. Itu enggak sama sekali.”
Jojo mengingatkan generasi muda agar jangan hanya melihat dirinya yang sekarang, saat menang dan meraih emas di Asian Games 2018. Untuk mendapatkan semua itu, dia melaluinya dengan perjuangan, jatuh bangun. Berlatih dan terus berlatih. Kuncinya latihan dengan disiplin yang ketat.
Tidak mudah bikin badan terlihat six pack mirip Jojo. Andrew J Lautan, mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Universitas Tarumanagara, kini harus mulai dari nol. Sejak SMU kelas satu, dia sudah memiliki perhatian dalam mengelola bentuk tubuh, tetapi baru mulai nge-gym lagi ketika kelas tiga SMU.
Sayangnya, Andrew mengalami kecelakaan saat kuliah. Bahunya patah dan harus dioperasi pada 2015. Tiga tahun kemudian, dia baru berani mulai nge-gym lagi. Padahal, semasa SMU sudah mulai terbentuk bodi yang diinginkannya.
”Semua butuh proses latihan. Angkat beban. Saya akan membentuk tubuh bagian atas dengan latihan-latihan yang berbeda,” kata Andrew.
Butuh motivasi
Jennifer Tungka, mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara, telah membiasakan diri membentuk badan yang sehat sejak SMP. Itu dilakukan atas pengalaman buruk yang dialaminya, yakni body shaming atau celaan dari orang lain atas bentuk tubuhnya. Sejak kejadian itu, Jennifer mulai mencoba memperbaiki bentuk badan dengan cara mengontrol makan dan banyak berolahraga.
Ia termotivasi untuk mempunyai bentuk tubuh ideal agar lebih percaya diri. ”Bukan berarti saya tidak mensyukuri bentuk tubuh dengan size L, tetapi jauh lebih sehat dan menarik dengan size S,” kata Jennifer.
Berbagai usaha juga telah dilakukannya, mulai dari mengontrol makanan hingga menghindari junk food dan makanan manis. Juga, olahraga sesering mungkin baik fitness, lari, maupun berenang. Jennifer pun tidak segan merogoh kocek untuk menjadi anggota pusat kebugaran dan membayar pelatih pribadi alias personal trainer. Bukan saja mendapat tubuh lebih sehat, Jennifer kini sudah mendapat tubuh proporsional atas hasil kerja kerasnya.
Bona, mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara, tertarik membentuk badan ideal sejak kuliah. Alasannya sederhana saja, selain demi kesehatan, dia merasa baju dan celana yang dikenakannya terasa sesak.
Rajin ke pusat kebugaran sempat membuatnya putus asa. Tidak ada perubahan signifikan. Usaha keras Bona berlatih semakin ditingkatkan dan akhirnya membuahkan hasil. Berat badan turun 20 kilogram selama tiga tahun. Bona memperbaiki pola makan dengan memakan makanan sehat dan menghindari minuman beralkohol atau soda. Waktu tidur pun diaturnya. ”Perlu konsisten dalam berolahraga dan menghargai setiap perubahan kecil yang terjadi,” ujar Bona.
Instruktur kebugaran Rosita Colston atau akrab disapa Sita dari Celebrity Fitness mengungkapkan, sehat bukanlah sekadar dari gemuk menjadi langsing. Semua membutuhkan proses. Berkurangnya berat badan bukan berarti seseorang itu sehat.
”Sebenarnya, saat berat badan turun, massa otot harus tetap ada. Misalkan, badan dominan fat dibandingkan dengan orang berotot, maka beban sesungguhnya ada pada orang yang berotot dibandingkan dengan fat. Tetapi, akan kelihatan lebih besar orang yang memiliki dominan fat dibandingkan dengan orang yang berotot,” kata Sita, peraih peringkat pertama body fitness tingkat nasional itu.
Sita mengemukakan, proses dari gemuk menjadi langsing sekaligus tetap sehat, tubuh perlu sungguh dikelola dengan massa otot sesuai tinggi badan dan usianya. Itu baru dibilang sehat. Namun, sehat pula kembali ke pola makan.
”Tidak ada artinya pagi dan sore datang ke tempat gym untuk olahraga, tetapi pola makan tidak diatur. Ingat, 70-75 persen adalah makanan yang masuk ke dalam mulut kita. Diet bukan berarti tidak makan, tetapi mengatur makanan yang dikonsumsi dan pola makannya. Porsi tidak banyak, tetapi kandungan vitamin dan proteinnya mencukupi,” papar Sita.
Sita menambahkan, setiap orang memiliki otot yang bisa berkembang. Latihan beban diperlukan untuk melatih tulang dan otot. Membentuk six pack mirip Jojo ataupun atlet-atlet lainnya hanya dapat diupayakan dengan melatih pembentukan otot perut setiap hari, termasuk menggunakan alat-alat angkat beban. Tidak lupa mengatur pola makan dan asupan makanan.
Kesehatan merupakan anugerah tak ternilai. Anggapan kesehatan sebagai investasi di masa tua mendorong banyak orang berlomba-lomba untuk olahraga baik di pusat kebugaran maupun secara pribadi untuk membentuk badan sehat dan berotot.
Olahraga juga sudah menjadi gaya hidup kelompok, termasuk beberapa anak muda yang sadar akan pentingnya berolahraga. (*)