Argumentasi, Pilih Menabung atau Mencicil
Proses Mudah
Eva Saulina Simanungkalit, Jurusan Broadcasting, Kalbis Institute, Jakarta Timur.
Wajar jika mahasiswa membeli barang untuk menunjang penampilan dan kebutuhan kuliah. Apalagi ada tawaran kredit dengan bunga nol persen. Sungguh sangat menggiurkan, terutama untuk barang elektronik penunjang kuliah.
Lewat cara menabung berarti harus lebih sabar karena banyak godaannya. Sementara lewat berutang, barang cepat dibeli dan prosesnya sangat mudah. Apalagi lewat perdagangan elektronik seperti sekarang. Saya bukan tipe hobi mengutang. Namun, khusus untuk barang yang berkaitan dengan kuliah dan harganya di atas satu juta rupiah, saya pilih kredit saja.
Berutang membuat saya wajib membayar tiap bulan. Hal itu membuat saya lebih disiplin mengatur keuangan. Mencicil juga membuka akses memiliki sesuatu barang idaman yang baru tanpa harus menunggu lama.
Tidak Biasa Berutang
Mahmudi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Sumatera Utara, Medan
Sejak kecil saya terbiasa untuk hidup tanpa utang jika tidak dalam keadaan terdesak. Wajar jika orang memiliki nafsu tinggi untuk membeli barang. Apalagi tersedia banyak diskon dan cara pembayaran dengan kredit. Menabung dan mencicil sama saja pada prinsipnya. Menabung mengumpulkan uang sedikit demi sedikit baru membeli. Sementara kKredit, membeli barang baru mencicil tiap bulan untuk jangka waktu tertentu.
Sebagai anak kos, kala dompet kritis dan ingin membeli barang saya lebih suka bersabar dan mengumpulkan uang ketimbang berutang. Sesungguhnya, orang membeli sesuatu 20 persen karena kebutuhan dan 80 persen karena keinginan. Saya terbiasa menyusun skala prioritas karena kiriman dari orang tua terbatas dan penghasilan sampingan pun tidak banyak.
Saya harus bisa bertahan hidup di perantauan dan mengelola kiriman uang pas-pasan dengan benar. Saya tidak nyaman mendapat barang tetapi harus menyisihkan uang guna mencicil. Pikiran benar-benar tidak tenang.
Tabungan Mini
AFIF MAULANA ADIKUSUMA, Jurusan Hukum Keluarga Islam, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Sejak kecil setiap ada sisa uang saku atau uang receh yang tergeletak begitu saja, ibu berpesan untuk mengumpulkannya di kotak. Kotak kecil seukuran tempat makanan bekal itu saya taruh di lemari. Lama-kelamaan kotak uang itu penuh. Tanpa diduga saya menaruh receh di tiga kotak. Dar uang itu saya bisa membeli ini itu tanpa meminta uang tambahan dari orang tua.
Kebiasaan itu terbawa sampai sekarang. Setiap sisa uang saku dan uang receh saya taruh di kotak atau botol. Hal itu berguna untuk kebutuhan mendadak. Tabungan mini itu ternyata berguna untuk membeli berbagai barang. Padahal, modalnya tidak besar. Asal disiplin dan rajin, tabungan mini itu dapat membantu saku yang sedang kekeringan.
Menabung Dulu
Christina Tirza Anesti, Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
Jika saya menginginkan barang idaman, saya lebih suka menabung dulu. Mungkin cara ini dianggap ketinggalan zaman. Apalagi generasi milenial senang mengikuti tren yang berlaku. Sering kali barang yang dibeli anak muda adalah bukan barang prioritas karena mengikuti tren masa kini dinilai lebih penting.
Menabung jelas memerlukan proses dan melatih kesabaran. Saat uang terkumpul, mungkin barang tersebut bukan lagi barang tren. Harganya juga tidak semahal ketika baru muncul. Keuntungannya, barang yang diinginkan sudah lebih terjangkau dan ada sisa uang tabungan dapat untuk membeli barang lainnya.
Hal ini yang membuat saya senang menabung karena kelak dapat membeli dua barang sekaligus. Jadi, kepuasan yang didapat juga berlipat ganda.
Skala Prioritas
Widi Pradana Riswan Hermawan, Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
Soal utama bukan perkara menabung atau berutang, tetapi bagaimana mengatur skala prioritas. Bagaimana menahan nafsu dari keinginan-keinginan yang tidak diperlukan. Pahami benar, mana kebutuhan dan mana yang sekadar keinginan. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan ekonomi kita kelak.
Ada masa kesehatan dompet bagus sehingga gelap mata dengan membeli ini itu, main ke sana ke sini. Begitu mudah menghamburkan uang. Ada masa juga buat makan pun susah dan sering berpuasa. Sebelum menabung atau mencicil, susun dulu skala prioritas dan atur manajemen keuangan. Hidup itu murah, yang mahal adalah gengsi.
Seringkali untuk berhemat pun sulit karena situasi keuangan kolaps terpicu banyaknya kebutuhan dan pengeluaran tak terduga. Bagi saya menabung itu wajib, tetapi berutang juga tidak salah dalam situasi sangat mendesak. Sah-sah saja.