Siap-siap Begadang di Synchronize Fest Pekan Ini
Pada perhelatan pertama Synchronize Fest 2016 lalu, band Soneta pimpinan Rhoma Irama bersanding dengan 103 penampil beraneka corak musik. Tahun ini, di perhelatan ketiga, Rhoma dan kawan-kawan akan naik panggung lagi, bersisian dengan jumlah pemusik yang lebih banyak.
“Manggung kedua kali (di Synchronize) saya siap banget. Waktu pertama main di sini, saya lihat anak-anak muda enjoy banget menonton Soneta. Mereka joget saja. Insya Allah nanti akan ada kejutan,” kata Rhoma Irama si “raja dangdut” pekan lalu di Jakarta.
Kehadiran Soneta di ajang Synchronize mungkin bisa dibilang agak janggal. Betapa tidak, musik dangdut yang mereka mainkan seperti berjarak dengan selera kebanyakan anak muda zaman now, apalagi bagi anak muda perkotaan, kelompok penonton terbanyak di festival ini.
Namun, hal itu terpatahkan. Seperti yang dibilang Bang Haji Rhoma, ribuan penonton, sebagian besar kaum muda, bergoyang asoy geboy betul diiringi lagu “Santai”, “Begadang”, maupun “Mirasantika”. Pemakai kaus band metal bisa melebur dengan pemakai seragam fans club Soneta. Itu pemandangan seru banget.
Aneka genre yang ditampilkan ini menyatukan bangsa. Music is soul, tidak bisa dibatasi oleh usia, atau apa pun
Berbekal pengalaman seseru itulah, Rhoma mengiyakan ketika penyelenggara mengundang grupnya tampil lagi. “Konsep festival ini lintas generasi dengan jumlah penampil sangat spektakuler. Aneka genre yang ditampilkan ini menyatukan bangsa. Music is soul, tidak bisa dibatasi oleh usia, atau apa pun,” lanjut Bang Haji.
Soneta adalah satu di antara 118 band/musisi yang bakal main di Synchronize Fest 2018. Festival itu bakal berlangsung selama tiga hari, tiga malam, mulai Jumat (5/10/2018) sore, sampai Minggu (7/10/2018), yang bisa jadi baru kelar Senin dini hari di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Penampil sebanyak itu bergantian beraksi di enam panggung—dua penyelenggaraan sebelumnya hanya lima panggung.
Soneta akan main di hari kedua atau Sabtu mulai pukul 23.15 di panggung utama (Dynamic Stage). Berdasarkan jadwal yang beredar, durasi mainnya panjang betul: dua setengah jam! Jadi siap-siap aja begadang, karena Sabtu itu akan jadi malam yang panjang.
Sebelum Soneta tampil, ada baiknya melakukan pemanasan berjoget. Kelompok Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (OM PSP)—grup dangdut komedi dari tahun 1970-an—tampil di pangung Forrest Stage mulai pukul 21.15. Jika ingin menyimak “kawin silang” antara dangdut dan hip-hop, jangan lewatkan aksi duo NDXAKA, yang hampir dipastikan bakal membawakan lagu “Sayang”. Sayangnya, Via Vallen, yang memopulerkan lagu itu, tak ada dalam daftar penampil.
Nuansa dakwah dalam balutan irama dangdut seperti Soneta masih berlanjut pada hari Minggu. Ada grup kasidah legendaris dari Semarang bernama Nasida Ria. Grup emak-emak itu sebelumnya pernah beraksi di acara kaum muda lainnya, RRRec Fest in The Valley 2016. Waktu itu, penontonnya tak cuma bergoyang, tapi juga ber-crowd surfing. Mungkin pemandangan serupa bakal terjadi lagi.
Panggung baru
Selain dangdut, jenis musik yang kali ini mendapat sorotan adalah elektronika. Penyelenggara bahkan menyediakan panggung khusus bernama XYZ Stage untuk musikus genre turunan elektronika seperti drum and bass, EDM, dan rap. Ini adalah panggung yang baru diadakan tahun ini.
Sejumlah penampil yang bakal main di sini adalah Dubyouth, Javabass Soundsystem, Ramengvrl, Diskoria, Goodnight Electric, Future Collective, Oomleo Berkaraoke, juga Dipha Barus.
Salah satu penampil yang patut disimak di panggung ini adalah Manumata. Mereka adalah unit rap dari kota Ambon. Menurut Rizki Aulia, Program Director Festival, Manumata adalah penampil pertama dari Indonesia Timur sepanjang penyelenggaraan Synchronize. “Lirik dan musik mereka tidak dibuat seadanya. Ada edukasinya,” kata Ucup, panggilan Rizki.
Manumata akan main pada Minggu, berbarengan dengan Nasida Ria pukul 17.15. Ini adalah pilihan sulit. Pada jam yang beririsan, tampil pula band beragam genre, yaitu Joni Agung & Double T (Bali) yang memainkan reggae berbahasa daerah, band grindcore Noxa (Jakarta), Ubiet & Keroncong Tenggara, serta band punk Antisquad.
Etalase
Pada tahun ketiganya, festival ini masih konsisten hanya memanggungkan penampil dari Indonesia. Oleh karena itu, acara yang dikerjakan bersama oleh Demajors dan Dyandra Promosindo ini boleh dibilang sebagai etalase lengkap bagi industri musik dalam negeri.
“Ada beberapa band dari negara tetangga yang mengajukan diri tampil di festival ini. Namun kami masih berkonsentrasi memanggungkan musik dari Indonesia dulu,” kata Muhammad Riza, Technical Festival Director.
“Kalau mau tahu seperti apa industri musik Indonesia, ya lihat saja Synchronize,” lanjut Rizki Aulia, Program Director Festival. Dia ikut memilih para penampil. Konsep “etalase musik Indonesia” itu dia terapkan dalam tiga kategori, yaitu band yang mewakili masa lalu, kini, dan kemudian hari.
Hasilnya, festival ini bisa memanggungkan band lawas seperti Soneta, Orkes PSP, Sheila on 7, Godbless, Padi Reborn, Jamrud, dan Dewa 19. Nama terakhir itu dirancang tampil dalam format reuni.
Dewa 19 memang telah beberapa kali tampil dengan vokalis lawas Ari Lasso beberapa tahun terakhir ini. Namun, perlu diingat juga bahwa band asal Surabaya itu pernah punya vokalis bagus lainnya di era 1999-2010, yaitu Once Mekel. Ari dan Once bakal dipertemukan pada Minggu malam.
Saya hampir tidak pernah tampil bersama Dewa di acara besar sejak 2010. Semoga lancar dan berkesan buat para pencinta lagu Dewa
“Saya hampir tidak pernah tampil bersama Dewa di acara besar sejak 2010. Semoga lancar dan berkesan buat para pencinta lagu Dewa,” kata Once. Ari juga menyatakan antusiasmenya. Selain dua vokalis itu, formasi Dewa 19 nanti akan terdiri dari keyboardis Ahmad Dhani, gitaris Andra Ramadhan, basis Yuke Sampurna, dan drummer Agung Yudha.
Nama-nama baru yang diperkirakan bakal bersinar di masa mendatang, antara lain, adalah Feast, Semiotika, ILP, Grrrl Gang, The Cat Police, Strange Fruit, dan Daramuda Project—trio yang terdiri atas Danilla, Rara Sekar, dan Sandrayati Fay.
Bagi penyuka musik yang tidak terlalu pasaran, bisa merapat ke arena Gigs Stage. Di sana ada sederet band/musisi dari berbagai kota di Indonesia, hasil kurasi kelompok Studiorama. Beberapa nama yang main di ruang tertutup itu adalah Seek Six Sick, Something Wrong, dan Southern Beach Terror dari Yogyakarta, Gho$$ dan Sunmantra (Jakarta), Murphy Radio (Samarinda), serta Manjakani (Pontianak).
Sekali lagi siap-siap begadang.