Mode dari Dunia Militer
Setelah Perang Dunia II usai, pakaian bergaya militer "booming" di Amerika, Eropa, dan akhirnya menjalar ke seluruh dunia. Sampai sekarang, pakaian bergaya militer masih banyak penggemarnya. Mungkin kamu salah satunya.
Perang Dunia II tidak hanya meninggalkan kehancuran, tapi juga mewarisi selera sebagian orang dalam berpakaian. Bagaimana ini bisa?
Ceritanya begini: sewaktu Perang Dunia II terjadi, para tentara--khususnya tentara Amerika Serikat--biasa membawa banyak barang untuk menunjang kegiatan mereka di medan perang, antara lain mobil jeep, permen karet tentara, coklat tentara, rokok tentara, sepatu boot, seragam militer, sampai Coca Cola yang dianggap bisa meningkatkan moral tentara AS di medan perang.
Apa yang dipakai dan dikonsumsi para tentara itu kemudian terekspose ke publik melalui film-film atau televisi. Barang-barang itu lantas dianggap keren oleh publik. Saat perang usai, barang-barang yang biasa dipakai oleh tentara AS itu terus diproduksi dan dipasarkan.
Kelebihan produksi pakaian militer juga dijual di beberapa negara mulai AS, Inggris, Kanada, sampai Australia. Tidak heran, pada tahun 1950-an, pakaian khaki yang merupakan pakaian tentara saat musim panas, menjadi sangat populer di kalangan anak muda. Selanjutnya, para produsen membuat pakaian militer yang lebih kasual seperti blazer bergaya militer, celana kargo, jaket bomber, parka, dan lain-lain.
Demam pakaian bergaya militer segera melanda dunia setelah para selebritas dunia, seperti James Dean dan Jack Kerouac, wira-wiri di film dengan balutan khaki. Sampai sekarang, demam pakaian bergaya militer atau istilahnya army look, sering kambuh di kalangan anak muda.
Belakangan ini juga gampang menemukan anak-anak muda berjaket bomber atau parka yang kadang dibubuhi tanda pangkat dalam kemiliteran. Ada juga yang senang pakai blazer loreng atau biru navy, celana khaki, dan sepatu boot. Supaya lebih kelihatan tentara, sebagian anak muda memotong rambutnya dengan gaya cepak atau tipis.
Itu terlihat pekan lalu di kampus Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Tangerang Selatan, Banten. Saat itu, ada segerombolan anak muda yang memakai pakaian bergaya militer. Salah seorang di antara mereka adalah Yogi Putera. Ia mengaku senang memakai pakaian bergaya tentara. Karena itu, ia dan teman-teman sesama pendiri UKM Mapala Archives, memilih seragam organisasinya berbau militer.
Seragam itu adalah kemeja lengan panjang berwarna khaki dengan kantung di bagian dada. Tidak lupa, mereka membubuhkan bendera merah putih pada seragam mereka. "Aku tidak tahu alasan pemilihan seragam dengan model begitu, tapi menurutku sih asyik model dan warnanya," ujar Yogi yang juga mantan Ketua UKM Mapala Archives.
"Sebagai pelengkap, kami pakai ini di acara resmi," lanjutnya sambil menunjukkan kain berbentuk segi tiga semacam hasduk untuk pramuka yang dilingkarkan di leher.
Di luar urusan seragam, Della Saraswati, mahasiswa jurusan desain grafis DKV UMN, paling suka memakai celana kargo untuk kuliah dan jalan-jalan. "Suka banget sama kantungnya yang banyak. Jadi enggak perlu bawa tas kalau pas lagi malas. Dompet, telepon seluler dan lainnya bisa masuk ke kantung celana."
Cewek lain yang juga suka memakai gaya Army adalah Tasya Jovanka. "Jujur sebenarnya aku enggak ikut tren tapi ketika mama membelikan aku setelan motif loreng berwarna hijau ini, aku suka. Bahannya dari kaos," jelasnya tentang setelan loreng yang ia pakai Senin (15/10/2018) sore ia pakai.
Sore itu cewek alumnus SMA Kristen Penabur Kota Harapan Bekasi tersebut nampak berjalan santai menuju tempat latihan menari. "Aku senang banget latihan tari tradisional. Nah pas latihan baju ini enak banget dipakainya, membuatku mudah bergerak," kata Tasya lagi.
Ia juga senang memakainya saat berjalan-jalan dengan teman-temannya. Meski enggak suka-suka banget tapi Tasya masih punya satu koleksi t-shirt yang lagi naik daun, motif loreng berwarna kebiruan.
Pecinta tulen pakaian bergaya tentara, Marinus Fernando, mengaku tak bisa lepas dari atribut model baju kesayangannya. "Di antara yang aku pakai ini ada yang asli baju militer. Aku dapat dari oom aku. Yang lain beli," kata mahasiswa Ilmu Komunikasi UMN itu.
Ia punya koleksi lengkap pakaian ala militer mulai kaus, jaket, rompi, topi dan lainnya. Sesekali ia memakai salah satunya untuk ke kampus, tapi dipadukan dengan baju atau celana biasa. Ia juga kadang mekamai sepatu boot untuk kuliah.
Kesukaan Fernando pada pakaian ala militer turun dari kedua orangtuanya. "Mama-papaku, terutama sih mama, memang suka gaya army look. Karena sering lihat baju kayak gitu di rumah. Aku jadi ikutan suka deh," ujarnya.
Hejoan
Buat mereka yang suka baju ala militer, perempatan Jalan Jenderal Ahmad Yani dan Jalan Malabar, Bandung pasti bikin ngiler. Di salah satu sudut jalan itu, berjejer 20-an toko yang menjual berbagai busana bergaya militer, mulai sepatu boot, kemeja lapangan, dan tas bercorak loreng. Kawasan ini dikenal dengan nama "Hejoan".
“Dari dulu, tahun 1980-an, kawasan ini dikenal dengan nama Hejoan, mungkin karena kami menjual perlengkapan militer beserta pakaian model militer yang banyak berwarna hijau (hejo),” ujar Dadang (36), pemilik salah satu toko.
Dadang hari itu sedang menunggu pelanggan sambil merapikan tumpukan celana lapangan bercorak loreng. Tumpukan baju, celana, dan tas memenuhi sisi toko yang hanya berukuran 2,5 x 3 meter itu. Tiga jaket bomber dipajang di depan toko beserta kemeja lapangan berwarna hijau lumut dan krem. “Celana taktikal dan baju lapangan sekarang yang paling laris. Paling tidak saya menjual lima potong dalam sehari,” ujarnya.
Menurut Dadang, pakaian dengan gaya ala militer peminatnya bukan cuma orang tua atau petugas keamanan, tapi juga anak muda umur 20-30 tahun. Biasanya mereka membeli celana lapangan atau tas selempang.
Eli (47), pemilik toko lainnya, menjelaskan, di saat-saat tertentu, anak-anak muda menyerbu beberapa produk yang dijual di Hejoan. "Waktu Pak Jokowi menggunakan jaket bomber beberapa waktu lalu, jaket bomber jadi tren. Banyak anak sekolah dan kuliah membeli jaket itu. Permintaan jaket bomber tahun itu melonjak dua kali lipat. Tahun ini, permintaan jaket bomber turun lagi," katanya.
Namun, Eli tetap optimistis, pakaian ala militer tidak akan kehilangan peminat. “Army look ini mode abadi, tidak akan mati. Pasti ada ada penggemar dan pembelinya."