Band Sheila on 7 adalah satu dari sedikit band dekade 1990-an yang masih terdengar segar di setiap pertunjukannya hingga hari ini. Sejak terbentuk pada 1996, sekawanan anak muda dari Yogyakarta ini tetap disukai remaja zaman now.
Jumat (2/11/2018) pekan lalu, Sheila on 7 menggelar konser di The Pallas, Jakarta Selatan bertajuk Konser Hari Selamanya. Tiket seharga Rp 300.000 telah habis terjual beberapa hari sebelumnya. Penontonnya kebanyakan anak-anak muda yang pantas memanggil personel Sheila dengan sebutan "oom". Tapi itulah hebatnya Sheila yang bisa merangkul anak muda sekarang.
Konser dibuka dengan lagu “Pejantan Tangguh” yang telah berusia 14 tahun. Walaupun terhitung lagu lawas, iramanya memantik semangat sekitar 1.000 penonton untuk bernyanyi bareng. Ini adalah lagu di katalog mereka yang pas untuk memulai pertunjukan. Koor massal langsung terjadi dan penonton berjingkrakan.
Suasana gedung pertunjukan langsung memanas. Tak sedikit penonton yang mengipas-ngipasi dirinya karena kegerahan. Hawa ruangan juga terasa agak pengap. Penonton “bertabrakan” satu sama lain ketika massa bergoyang dan berlompatan sambil menyanyi. Energinya besar sekali.
Keasyikan itu agak terganggu dengan tata suara yang beberapa kali sempat bermasalah. Suara vokalis Akhdiyat Duta Modjo tak keluar dengan baik, alias terputus-putus. “Duta ngomong apaan, sih? Enggak jelas gitu suaranya,” gerutu seorang penonton.
Kekurangan itu tak lantas menyurutkan keseruan konser secara keseluruhan. Sheila berusaha mungkin tak mengecewakan penggemarnya. Salah satu caranya, antara lain dengan menyajikan lagu lama dengan rasa baru. Itu terjadi ketika mereka memainkan lagu “Sephia”.
“Ini adalah lagu lama tapi terasa baru,” janji Duta sebelum memulai lagu yang ada di album Kisah Klasik untuk masa Depan (2000) itu. Lagu sendu itu mereka bawakan dengan lebih bersemangat. Dentuman bas Adam Subarkah berpadu rapi dengan pukulan drum Brian Kresno Putro.
Saya kenal grup itu sejak SMP tahun 2002. Tahunya dari saluran televisi MTV Ampuh yang dulu ngetop banget
Selama sekitar 1,5 jam konser, mereka membawkaan banyak lagu; baik lama dan baru, seperti “Dan”, “Seberapa Pantas”, “Hari Bersamanya”, Film Favorit”, “Melompat Lebih Tinggi”, “Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki”, dan juga “Kita”. Konser menyenangkan itu ditutup dengan lagu “Itu Aku”.
Enak didengar dan tidak lekang waktu rupanya menjadi alasan para pecinta Sheila on 7 mendatangi konser-konser mereka. Beberapa dari penggemarnya khusus datang dari luar kota ke Jakarta demi menyaksikan band dengan gitaris Eross Candra itu.
Usamah Hakwal, adalah salah satu penonton yang terbang dari Bali untuk nonton langsung Sheila on 7. “Saya kenal grup itu sejak SMP tahun 2002. Tahunya dari saluran televisi MTV Ampuh yang dulu ngetop banget,” kata Usamah yang akrab dipanggil Koko.
Bagi Koko, lirik lagu-lagu Sheila on 7 mudah diingat dan mewakili generasi tahun 90-an. “Cocok banget buat yang lagi pendekatan ke cewek, kasmaran, patah hati, dan soal semangat menghadapi hidup,” kata pekerja restoran yang telah berulang kali nonton band pujaannya tersebut.
Menurut Koko, lagu-lagu Sheila on 7 tak lekang zaman. Lagu-lagu itu cocok didengarkan oleh beragam usia. Ia juga memuji kepiawaian Duta berinteraksi dengan penontonnya. “Rasanya akrab dan hangat,” tambah Koko.
Pujian juga dilontarkan Debora Mulya, mahasiswi Universitas Binus semester 5 ini. Dia mengaku sudah lama jadi penggemar Sheila on 7. “Aku suka karena lagunya easy listening dan lagunya relatable banget. Kayak lagu “Seberapa Pantas” dan “Hari Bersamamu” itu enak banget, nggak membosankan,” tutur Debora yang malam itu terlihat sangat menikmati konser.
Mereka itu setia dengan genre musiknya. Kalau saya, sih, paling suka lagu ‘Dan’
Jika Debora mengenal Sheila on 7 dari radio dan televisi, lain halnya dengan Stanley Novena Wungkur. Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Trisakti ini merasa perkenalannya dengan band itu tidak disengaja. “Waktu itu ada teman yang putar lagu ‘Sephia’, dan kebetulan saya dengar. Sejak saat itu saya mulai tertarik dengan mereka,” tutur Stanley.
Menurut Stanley, orang-orang bisa suka dengan Sheila on 7 karena liriknya yang sederhana, tapi mengena sanubari. “Mereka itu setia dengan genre musiknya. Kalau saya, sih, paling suka lagu ‘Dan’. Bagus banget liriknya,” ujar dia.
Bagi Stanley, Debora, Koko, serta seribuan penonton lain yang mendatangi konser di The Palais malam itu, Sheila on 7 adalah band yang lebih dari layak untuk disukai. Bagaimana dengan kamu? (**)