Argumentasi
Inovasi Mi Instan
Ayuni Apriliani Iswandini, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muria Kudus
Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini, memasak bisa dilakukan dengan daring. Memasak daring sangat mudah dilakukan dan kapan saja, yaitu tinggal buka media sosial, lalu mencari resep makanan yang kita inginkan. Kita hanya perlu melihat videonya.
Saya sering menggunakan cara itu ketika berada di tempat kos. Sebagai anak kos, saya mencari resep inovasi mi instan. Semua orang pasti tahu mi instan itu sahabat anak kos, bagaikan penyelamat di kala akhir bulan. Namun, karena mi instan rasanya kadang-kadang membuat saya bosan, jadinya sering mencari inspirasi memasak dari media sosial, terutama Youtube.
Resep-resep dari medsos itu biasa saya tiru. Misalnya, saya pernah membuat mi instan tek tek, martabak mi, dan lain-lain. Bagi saya, itu cukup menyenangkan dan sangat membantu menambah ilmu memasak saya walaupun yang saya pelajari itu masakan yang simpel.
Hasil Mengecewakan
Marliana Giawa, Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Saya sudah berkali-kali belajar secara otodidak memasak melalui Youtube. Alih-alih ingin menjadi perempuan yang pandai memasak ala koki ternama, saya malah kecewa sendiri. Padahal, takaran setiap bahan masakan yang ditayangkan saya ikuti semuanya.
Setelah selesai, saya melihat hasil masakan saya tidak begitu mirip dengan video yang saya contoh. Tapi tidak apalah. Dengan rasa bangga, saya langsung menyajikan hasil masakan saya kepada ibu saya. Alhasil, bukannya dapat pujian malah ditertawakan. Rasa masakan saya nano-nano, saya jadi malu. ”Masak apa toh, Nduk?” Ibu saya bilang.
Sakitnya tuh di sini, ternyata belajar memasak melalui medsos terkadang kurang efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sebab, tutor memasak di medsos tidak secara langsung berada di dekat kita untuk memberikan pelatihan memasak yang lebih baik. Lebih baik saya belajar langsung sama ibu saya, lebih cepat paham dan rasanya lebih pas di lidah.
Bebas Berkreasi
Mad Yahya, Jurusan Sastra Inggris Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Memasak tidak sekadar kebutuhan anak kos agar bisa lebih irit, tetapi juga melatih diri untuk bebas berkreasi membuat makanan sesuai keinginan. Ketika ingin makan makanan tertentu dan tidak mengetahui resepnya, maka mencari di medsos atau Google menjadi jawaban.
Berbagai resep bisa dipilih atau dikombinasikan sendiri sesuai keinginan. Akan tetapi, ketika memasak, tentu perlu rasa dan kepekaan sendiri terhadap takaran bumbu-bumbu yang akan diolah. Dengan belajar dan berkreasi memasak sendiri akan menjadikan kita lebih berpengalaman.
Toh, enak tidak enak hasilnya nanti akan dimakan sendiri atau teman satu kamar. Kerap kali memasak merupakan paksaan dengan alasan rasa lapar, malas bergerak, dan ingin irit. Namun, dengan melihat tutorial masak di medsos, saya jadi tergugah untuk mencobanya.
Mendadak Koki
Wenisah Alfionita Purba, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang
Semua makanan bisa dibuat sendiri dengan aneka ragam bentuk dan juga rasa. Saya pernah memasak kue, mi, bubur, dan juga varian makanan lainnya dengan resep di medsos. Tidak terlalu buruk, tetapi ada beberapa makanan yang tidak berhasil, bahkan bentuk dan rasanya tidak dapat dikenali.
Setelah terbiasa akhirnya resep di medsos menjadi andalan, terkadang bentuknya tidak sesuai, tetapi memiliki rasa yang enak dan kadang kala bentuknya sudah pas, tetapi rasanya sedikit aneh. Medsos boleh saja menjadi referensi, tetapi jangan hanya bergantung pada cara yang tersedia. Kita bisa berkreasi dengan cara yang lebih pas. Dengan kreativitas, tentu saja bisa lebih enak di lidah kita. (JAL)