Menelusuri Hiruk Pikuk Kota Tokyo
Kota Tokyo tak pernah berhenti bergerak. Lalu lalang orang-orang di jalan yang terus bergerak sepanjang hari. Kesibukan pekerja bangunan yang memulai kegiatan saat malam hari. Semua itu hanya bisa dinikmati di Tokyo dengan berbagai sudut yang menarik.
Saat meliput Tokyo International Film Festival, Kompas Muda tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk jalan-jalan. Apalagi, perhelatan festival film itu digelar di kawasan Roppongi Hills yang terkenal dengan museum seni. Tempat yang dulu dikenal sebagai kawasan elite itu kini semakin ramai. Transportasi untuk mencapai kawasan itu pun sangat mudah, yaitu dengan menggunakan kereta.
Kalau kalian suka mengunjungi museum, kawasan ini cocok sekali untuk dieksplorasi. Dari mulai museum seni, taman terbuka, sampai belanja barang-barang berkelas, semuanya ada di Roppongi.
Nah, salah satu yang menarik di kawasan Roppongi adalah kita bisa menikmati keindahan kota Tokyo yang penuh dengan gedung-gedung tinggi dari atas. Kita bisa datang ke Tokyo City Tower yang berada di lantai 52 Roppongi Hills Mori Tower.
Setelah melewati pintu masuk, pengunjung langsung bisa melihat Tokyo Tower dari atas. Lalu, kita bisa berjalan mengikuti jalur di tepi kaca besar yang menyuguhkan pemandangan kota. Apabila beruntung dan cuaca cerah, kita bisa melihat Gunung Fuji dari kejauhan.
Selain bisa berjalan mengitari gedung menikmati pemandangan, ada beberapa sofa yang disediakan pengelola untuk menikmati pemandangan. Ada juga beberapa spot yang bisa digunakan untuk berfoto empat dimensi. Nah, keluar dari gedung bisa pilih suvenir menarik untuk oleh-oleh.
Tokyo dikenal dengan transportasi massal yang mudah dan cepat. Dari Roppongi, kita bisa melanjutkan jalan-jalan ke Meiji Jingu dan Harajuku yang jaraknya berdekatan. Tentu saja dengan naik kereta akan lebih cepat. Informasi jalur kereta di setiap stasiun pun sangat mudah dipelajari.
Saat itu, Sabtu (27/10/2018), di Meiji Jingu sedang digelar pembukaan Festival Musim Gugur yang berlangsung selama satu minggu. Berbagai pertunjukan seni ditampilkan selama festival berlangsung. Akhir pekan itu, kuil Shinto, agama asli kuno Jepang, ini ramai dikunjungi banyak orang. Wisatawan mancanegara memadati kuil yang luasnya mencapai 700.000 meter persegi itu.
Dalam Shinto ada nilai harmoni alam dan kebajikan. Sebelum sampai ke kuil, kita akan melewati hutan yang rindang dan sejuk. Lalu, di depan gerbang kuil disediakan tempat untuk mencuci tangan dan mulut. Ada tata cara yang harus diikuti semua pengunjung. Caranya memberikan hormat dengan membungkuk, lalu ambil air dengan gayung, siramkan ke tangan kiri dan kanan, masukkan sedikit air ke mulut untuk berkumur. Setelah itu, buang air di gayung ke arah tengah-tengah tangan kanan dan kiri. Terakhir tepuk tangan dua kali sambil membungkuk.
Cara yang sama juga dilakukan ketika kita menyampaikan doa permohonan. Bedanya, kita melempar koin ke kotak yang disediakan. Selain itu, di depan kuil terdapat pohon yang penuh dengan gantungan kayu yang disebut Ema, yang berisi permohonan.
Dalam perjalanan ini, kami ditemani pemain film Annisa Hertami yang juga mengikuti acara TIFF. Dia memilih menyampaikan permohonan dengan cara Kiganbun, yaitu menulis di kertas, lalu dimasukkan ke sebuah kotak. Permohonan ini bisa ditulis dalam berbagai bahasa.
Wisata favorit
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke Harajuku. Jarak Meiji Jingu ke Harajuku hanya 500 meter. Sesampainya di kawasan yang dikenal sebagai tempat asal budaya populer itu, sebagian pengunjung mengenakan kostum ala hantu-hantuan. Mereka merayakan Halloween yang diperingati setiap 30 Oktober.
Pusat perbelanjaan Jalan Takeshita ramai sekali, penuh pengunjung, mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua. Mereka yang hanya berjalan-jalan sambil cuci mata berbaur dengan wisatawan yang berburu suvenir unik. Ada juga sekelompok anak muda yang mengenakan kostum hantu bergaya teatrikal sambil berfoto-foto.
JW Web Magazine menyebutkan Harajuku sebagai tempat ikonik yang harus dikunjungi jika traveling ke Jepang. Harajuku merupakan tempat paling pas untuk berbelanja jika kalian menyukai mode Jepang. Harganya pun masih terjangkau. Kalau tidak mau berbelanja, kita bisa mencicipi kuliner khas Harajuku, salah satunya crepes.
Sayangnya, kami jarang bertemu dengan orang-orang yang biasanya memakai kostum cosplay. ”Aku paling suka kalau ke sini, melihat gaya pakaian pengunjungnya yang lucu-lucu. Tapi, sayang kok udah jarang, ya,” ungkap Annisa sambil melihat-lihat gaya dandanan anak muda yang memenuhi jalanan.
Selain Harajuku, kawasan yang wajib dikunjungi adalah Shibuya. Kami langsung menuju Shibuya Scramble Crossing yang ramai sekali. Saat lampu penyeberangan berwarna hijau, semua orang bergerak ke berbagai arah, jumlahnya bisa sampai ribuan orang. Sampai sesekali kami mendengar beberapa orang berbicara dalam bahasa Indonesia. Dari mulai menyeberang dengan berbagai arah, berbelanja, hingga hanya berfoto di depan patung Hachiko, semua bertemu menjadi satu.
Dua kawasan itu memang masih menjadi favorit. Nadhira Asiyah Arrin yang sedang menuntut ilmu di Fakultas Asia Pacific Studies Ritsumeikan Asia Pacific University mengatakan, jika libur kuliah, mahasiswa dari luar Jepang akan pergi ke tempat-tempat ikonik Jepang.
”Teman-teman banyak yang memilih ke tempat atraktif, seperti Shibuya, Harajuku, Shin-Okubo, atau biasanya mereka ke amusement park. Rasanya belum ke Tokyo kalau belum ke Shibuya,” ujar Arrin.
Oh ya, ada satu tempat lagi yang kami kunjungi, yaitu Asakusa, Nakamise. Jalan Nakamise-dori sepanjang 250 meter dari pintu masuk Kuil Sensoji Kaminari-mon sampai pintu masuk Hozo-mon dipenuhi deretan toko yang menjajakan suvenir dan makanan khas Jepang.
Jangan lupa mencicipi es krim matcha yang lezat. Deretan restoran sushi dan ramen juga banyak pilihannya.