Argumentasi
Pintar Memilih
Fandy Desnata Bitti, Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
Bagi saya, gaya kampanye politikus lewat media sosial, berbahasa anak muda hanya bertujuan mendapat perhatian dan menarik hati anak muda. Konsep itu mungkin menarik bagi generasi muda.
Di sisi lain, pemilih mungkin menganggap hal itu menunjukkan calon wakil rakyat hanya main-main di panggung politik. Bukan orang yang mengutamakan keseriusan bernegara dan hanya mengumbar janji.
Anak muda hendaknya pintar memilih. Boleh saja berkampanye dengan cara kreatif untuk menarik pemilih. Buktikan juga kalian tidak hanya sesumbar saat kampanye. Harapan saya, calon wakil rakyat mau mengerti keluh kesah anak muda dan mendengar aspirasi mereka agar dapat membantu masyarakat kelak.
Momentum Politik
Muhammad Waliyuddin, Jurusan Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang
Calon wakil rakyat mengincar suara anak muda pada pemilihan umum tahun depan. Menurut saya, gaya kampanye mereka untuk mendekati anak muda boleh juga. Namun, hal itu juga membuat saya mempertanyakan apakah lagak dan tindakan itu hanya untuk momen politik semata.
Mahasiswa yang bergerak di dunia akademis harus pandai memilih calon yang pas untuk lima tahun mendatang. Bukan calon yang menomorduakan kaum muda, lalu mengabaikan sumbangsih kita saat memilih.
Sudah saatnya kita teliti calon yang maju. Jangan hanya tertarik dengan lagak gaya milenial. Peduli dengan integritas calon demi masa depan bangsa ini untuk meraih tujuan yang lebih baik.
Mencari Informasi
Edy Carlos Manalu, Fakultas Filsafat, Universitas Katholik St Thomas Medan, Sumatera Utara
Gaya kampanye politikus sekarang lebih kreatif. Tidak hanya menyampaikan visi misi, tetapi juga menyapa rakyat lewat berbagai kecanggihan yang ada di era digital, terutama kepada kaum muda.
Tindakan di media sosial itu lebih mengena kepada kaum muda. Jadi, mereka sadar pentingnya menggaet suara anak muda. Makin banyak poster baliho, dan aktivitas di media sosial membuat saya pribadi makin kritis memilih.
Saya peduli dengan sepak terjang mereka sebelumnya. Banyak mencari informasi via internet dan media lainnya. Anak muda tidak ingin termakan janji. Saya ingin wakil rakyat yang mau terjun ke lapangan seperti saat kampanye dan memanfaatkan tenaga serta pemikiran kaum muda. (TIA)