Argumentasi Body Shamming
Langsung Tegur
Frida Nurul Hidayah,Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tidar, Magelang
Saya pernah mengejek teman dan kakak kandung saya mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Tidak pernah berpikir bagaimana perasaan mereka setelah saya melontarkan kata-kata ejekan itu. Lagi pula tanggapan mereka biasa saja.
Jadi, saya tidak tahu apakah mereka tersinggung atau sakit hati. Namun, saya curiga jika ejekan itu terlontar setiap hari pasti mereka akan makin sensitif dan marah walau hanya dipendam dalam hati.
Jika orang lain mengejek saya hingga membuat saya minder, saya langsung menegur atau memberitahu teman dekat saya tentang betapa kesal saya dengan ejekan itu. Hingga saat ini, saya tak pernah kesal atau marah mendengar ejekan dari teman-teman saya. Intinya, tak perlu memasukkan ke dalam hati.
Menerima Apa adanya
Ratih Safira, Program studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Hampir setiap individu pasti pernah mencela orang lain karena bentuk tubuhnya. Semua manusia ingin berwajah menawan dan bertubuh menarik. Semua itu langsung pemberian Tuhan untuk menyeleksi hambanya yang lebih banyak bersyukur atas nikmat dariNya.
Tak ada gunanya menilai orang lain, padahal diri sendiri belum tentu bernilai. Perlakuan orang lain adalah cerminan diri bagaimana kita memperlakukan orang lain. Ejekan yang menurut kita kecil mungkin besar dampaknya bagi orang lain. Tak jarang ejekan bertahun-tahun akhirnya membunuh mental kita atau orang lain. Sering kali sulit menghilangkan cap buruk yang telanjur melekat.
Jika masih merasa kurang sempurna, cobalah untuk lebih menerima diri. Tiada manusia sempurna. Lebih baik membenahi diri terutama sisi spiritual yang mencakup kelembutan hati, kesetiaan, kasih sayang, dan kedermawanan.
Unik
Naela Mala Hima Ulya, Program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang
Saya mengalami body shaming saat duduk masih SD. Semua ejekan itu masih saya ingat sampai sekarang. Mendapat ejekan membuat saya sadar akan kekurangan saya dan akhirnya membuat saya menilai diri sangat jelek.
Jadi, body shaming terbukti berpengaruh besar pada psikologis seseorang korban ejekan. Untuk kita yang suka mengejek kekurangan teman atau sekadar ledekan agar terkesan akrab, sebaiknya hapus saya kebiasaan itu. Mungkin asyik sebagai bahan candaan di satu pihak, tetapi di pihak lain tersakiti dan jelas bukan pergaulan sehat yang setara.
Agar tidak larut dalam perasaan minder, terima diri apa adanya. Berpikir positif bahwa fisik berbeda adalah keunikan, bukan bahan ejekan dan sama sekali bukan hal yang patut diributkan.
Pencair Suasana
Muhammad Iqbal, Tadris IPA-Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, Padang
Lumrah dalam pergaulan terjadi saling mengejek. Selama dalam batas wajar, ejekan dapat menjadi pencair suasana. Namun, jika berlebihan dapat menjadi hinaan hingga membuat orang lain marah.
Jika mampu menanggapi, ejekan dapat menjadi motivasi untuk berubah ke arah lebih baik. Saya diejek karena kelebihan berat badan dan ejekan itu memotivasi saya untuk berusaha mencapai berat badan ideal. Ejekan itu membuat saya mengevaluasi diri.
Meski ejekan dapat memotivasi, akan lebih baik jika menggunakan kata-kata lembut. Saya yakin kata-kata buruk tak sanggup mengubah orang. Hanya kata-kata baik yang punya kekuatan besar mengubah hidup orang.
Tak Membanggakan
Ratna Purwasih, Program studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muria Kudus.
Dulu saya pernah mencela orang karena kondisi fisiknya. Hingga saya menjadi korban bully. Rasanya sungguh tak enak. Andai bisa memilih, saya tak mau punya kekurangan. Waktu itu, saya kecewa sekali dan enggan ke sekolah.
Namun, ayah ibu meminta saya tetap sekolah agar kelak dapat menolong dan membantu orang-orang yang nasibnya tak seberuntung saya. Peristiwa itu menyadarkan saya akan cara Tuhan membimbing saya.
Dari situ, saya paham orang harus punya tujuan hidup agar menjalani hidup lebih terarah dan penuh semangat. Selain itu lebih percaya diri karena kita lebih indah daripada yang kita bayangkan. Selanjutnya, selalu berpikir positif dan berteman positif. Sesama teman harus saling mendukung, bukan menjatuhkan. Terakhir, berguna bagi sesama agar hidup lebih bermakna. Mencela dan menghina bukan hal membanggakan. Dukung orang lain agar dapat berkembang sehingga kita pin bermanfaat bagi sesama. (TIA)