Layanan pesan-antar makanan lewat ojek daring sudah jadi bagian dari gaya hidup orang banyak di berbagai kota. Sekarang kita lebih sering menggunakan jari-jari daripada kaki kita untuk berburu makanan enak yang dijual di sekitar tempat tinggal, kantor, atau kampus kita.
Hal itu juga dilakukan Claudia Stefani, lulusan Universitas Multimedia Nusantara Tangerang, mengakui hal tersebut. Cewek cantik yang bekerja di kawasan Alam Sutera Serpong, Tangerang Selatan itu mengaku, sejak ada layanan pesan-antar makanan lewat ojek daring, ia semakin malas bergerak alias mager. Alasan untuk "mager" di era ketika apapun bisa dilayani oleh kakak-kakak pengojek daring, juga semakin banyak.
Claudia, misalnya, mengatakan, dia mager karena tidak sanggup jalan kaki di bawah cuaca kawasan Serpong yang panas. Tapi juga dia mengaku memilih layanan pesan-antar makanan ojek daring karena tergoda aneka promosi dan kepraktisannya. “Aku tinggal pilih, hari ini promonya gedean yang mana ya… he he."
Claudia sadar, mager tidak baik buat kesehatannya, apalagi kemudahan dan aneka promosi yang ditawarkan layanan pesan-antar makanan membuat dia jadi lebih banyak memesan dan menyantap makanan. "Bahaya nih buat badan aku. Makin gemuk deh sekarang,” tambahnya.
Gaya hidup seperti itu juga menghinggapi Wildatul As\'adiyah, mahasiswa jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Brawijaya. Buat dia, layanan itu memanjakan hidupnya. "Saya tidak perlu repot-repot mandi, berganti baju, mengenakan kerudung, dan berdandan sekadar untuk mencari makanan di luar saat lapar. Saya juga nggak perlu naik kendaraan menuju warung makan dan bayar parkir. Cukup pesan lewat tukang ojek aja," tutur Wildatul.
Ia mengaku tidak sering memesan makanan lewat jasa pesan-antar. Dia memanfaatkan layanan itu kalau lapar di malam hari atau saat hujan.
Raynita, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta mengaku, memanfaatkan layanan pesan-antar makanan lewat ojek daring karena tergoda diskon. “Akhir-akhir ini banyak banget diskon, jadi tinggal pilih aja mau pesan lewat ojek daring yang mana,” katanya, Kamis (20/12/2018) di Jakarta.
Ia mencontohkan, ayam geprek sebuah merek yang normalnya seharga Rp 20.000 per paket, bisa turun banyak jika ia membeli tiga paket. Beli tiga paket, bayar hanya dua paket. “Hemat kan jadinya. Belum lagi kalau ada promo potongan harga jika bayar lewat layanan uang elektronik. Harga barang Rp 25.000, saya dapat potongan Rp 20.000 jadi cuma bayar Rp 5.000. Ongkos kirimnya juga gratis,” urai anak kedua dari tiga bersaudara itu sambil tertawa senang.
Promosi seperti itu sebenarnya biasa digunakan oleh produsen atau pedagang mana pun. Namun, jumlah diskon di lapak-lapak daring memang gila-gilaan hingga terkesan tidak masuk akal. Yang jelas, godaan diskon seperti itu bisa memacu kita untuk terus belanja lho.
Rezeki ojek
Bagaimanapun semakin orang hanyut dengan gaya hidup pesan antar makanan, semakin banyak kakak pengojek daring yang senang. Heru Effedi (31), pengemudi Grab mengaku lebih senang mengambil order makanan daripada mengantar orang. Apalagi pada jam makan siang dan makan malam, manajemen Grab memberi poin hampir dua kali lipat bagi pengemudi. Poin itu bisa ditukar dengan bonus yang mencapai Rp 200.000 per hari.
Untuk menangguk banyak poin, kakak ojek daring yang tinggal di Tanah Abang Jakarta Pusat itu lebih banyak mengambil order makanan dan minuman pada pukul 11.00-13.00 dan 18.00-19.00. “Dengan pola bekerja dari menjelang makan siang sampai tengah malam saya pernah dapat uang jutaan, karena order makanan di tengah malam juga banyak. Tapi sekarang saya batasi sampai jam 22.00-23.00 demi kesehatan saya,” jelas Heru.
Deni, karyawan di Yogyakarta yang juga jadi pengemudi Gojek juga cenderung memilih order makanan pada jam orang lapar. “Menjelang tengah malam banyak order beli makanan dan minuman. Pemesannya terutama mahasiswa. Memang di musim hujan gini, saya sering kehujanan tapi itu kan risiko pekerjaan,” kata Deni yang beberapa waktu lalu tengah membelikan mie aceh di daerah Babarsari Yogyakarta.
Hermanto, pengemudi Grab di Malang, mengaku tidak mau pilih-pilih order makanan yang masuk lewat aplikasinya. "Pesanan makanan apa saja kami layani, bahkan kami tidak menolak ketika pesanan hanya berupa es teh manis," katanya.
Hermanto mengaku sering mendapat pesanan makanan untuk diantar dari Kota Malang ke Batu yang jaraknya sekitar belasan kilometer. Pemesan umumnya wisatawan yang tak kenal daerah tersebut sehingga lebih nyaman memilih dan memesan lewat aplikasi pesan-antar.
Eka Firman, pengemudi Go-Food, juga tidak memilih pesanan. Dia datang ke sebuah kedai ayam goreng untuk mengambil pesanan tahu dan tempe goreng yang masing-masing harganya Rp 1.000. "Tidak masalah meski pesanan hanya sedikit. Saya beruntung para pemesan baik hati. Sering ada yang memberi makanan untuk saya. Padahal, saya tidak meminta," ujar Eka.
Selain pemesan dan kakak pengojek, pedagang juga banyak diuntungkan layanan pesan-antar daring. Sebagai tanda terima kasihnya kepada para pengojek daring yang gigih melayani pesanan pembeli, M Jarot Indarto, pemilik warung Ayam Bakar Bang Jar, selalu menyediakan sebungkus nasi lengkap dengan lauknya untuk pengemudi yang mengambil pesanan ke kedainya.
"Saya baru bisa bersedekah nasi bungkus," katanya.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.