KECERIAAN MAGANGERS BALIK RUMAH
Yeaay…. Tak terasa Kompas Muda berulang tahun yang ke-12. Rasanya perayaan ulang tahun tak lengkap bila tanpa kehadiran Magangers Kompas Muda. Apalagi, komunitas magangers sudah ada sepuluh angkatan atau ”batch”.
Nah, jadilah acara seru-seruan plus melepas kangen yang bertema ”Balik Rumah” digelar di Kompas Institute, Palmerah Selatan, Jakarta, Sabtu (26/1/2019).
Sebenarnya, ”Kompas Muda” mengundang magangers dari Batch I sampai Batch X. Sayangnya, tidak semua angkatan bisa hadir. Mereka yang hadir dari Batch V sampai X. Seru? Sudah pasti.
Sekitar 50 magangers yang datang saling mengobrol dan bercanda. Mereka melepas kangen setelah lama tak berjumpa. Yang pasti, Ekamatra sebagai magangers Batch X paling banyak datang dan bikin rame. Maklumlah, anak bontot masih bisa kompak untuk seru-seruan.
Awalnya, sih, saat acara dimulai, mereka ngumpul per angkatan, duduk lesehan dengan bean bag, berjauhan. Lalu, Gracello Yeshua Davny (Axel) dan Benediktus Tandya Pinasthika (Ito) yang menjadi MC mencairkan suasana dengan candaan ala anak muda.
Suasana semakin hangat ketika sesi permainan. Semua peserta diberi kertas yang bertuliskan nama-nama hewan. Untuk mencari teman kelompok, mereka harus menirukan gaya hewan dengan tanpa berbicara. Gokil juga melihat mereka berkeliling menirukan gaya hewan sambil tertawa.
Terdengar desis seperti ular di ujung ruangan, terlihat kepakan sayap seperti bebek atau burung, dan entakan kaki seperti gorila memenuhi ruangan. Terbentuklah empat kelompok, yakni burung, gorila, bebek, dan ular.
Satu kelompok berisi anggota dari berbagai batch. Mereka asyik berdiskusi strategi dan berkenalan, padahal permainan belum dimulai. Kelompok burung ternyata sudah berbaris sesuai urutan dari batch tertua sampai termuda sebagai strategi awal.
Saat ronde pertama permainan, anggota kelompok harus baris sesuai urutan dari batch tertua sampai termuda. Ya sudah pasti, kelompok burung yang menang. Lalu, permainan berlanjut dengan mengurutkan nomor sepatu dan usia. Hasilnya, dua kelompok terbaik, burung dan gorila.
Acara pun dilanjutkan dengan tiup lilin. Semua peserta langsung menyerbu piza berukuran televisi 42 inci. Semua meniup lilin bersama-sama dengan penuh sukacita menyambut bertambahnya umur Kompas Muda. Indahnya suasana kebersamaan magangers.
Nah, acara yang seru ini sayang dong kalau dilewatkan tanpa eksis di media sosial. Peserta diminta mengunggah foto dengan caption yang diberi tanda pagar #Muda12thAnn. Langsung saja, semua peserta memasukkan foto-foto eksisnya. Pemenangnya dipilih empat orang, tentu saja yang paling keren postingan-nya.
”Senang sekali ikut acara ulang tahun ini, bisa bertemu teman-teman lagi. Bisa bertemu lagi dengan tim Redaksi Kompas Muda yang mengajari banyak hal. Seru banget,” ujar Gregorius Aldi, magangers Kompas Muda Batch VIII.
Penulisan kreatif
Acara kumpul-kumpul tentu akan lebih bermanfaat kalau ada sedikit ilmu yang bisa dibagikan. Untuk itulah, Kompas Muda mengundang penulis Oda Sekar Ayu. Tahun 2017, novel milik Sekar, Petjah, diterbitkan PT Elex Media Komputindo menjadi best seller.
”Wah, asyik sekali ya akhirnya bertemu. Tapi, anak muda sekarang ini suka galau enggak? Ada yang suka menggunakan kata senja dan kopi di Twitter?” tanya Sekar.
Sekar ingin menunjukkan bagaimana sebuah kegalauan bisa disulap menjadi karya yang keren. ”Galau itu memang berat. Tapi, pernah kepikiran enggak, galau juga bisa menghasilkan karya? Enggak usah tulis di Twitter kalimat-kalimat galau kalau kalian bisa menulis buku sendiri,” lanjut Sekar.
Nama Sekar mulai melambung ketika novel perdananya, Petjah (2017), terbit. Dengan genre teen romance, Sekar menyalurkan perasaan dan pengalamannya selama duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) dalam bentuk kata-kata yang akhirnya dibukukan.
Selain Petjah, karya Sekar yang lain adalah Alfa & Omega (2018). Buku ini ditulis kala dirinya tengah magang di sebuah perusahaan sebagai auditor. Perasaan dan pengalaman kembali menjadi bahan cerita dalam buku tersebut.
”Seperti saya, saat SMA sangat galau. Keresahan tentang percintaan yang saya alami sangatlah besar. Memberikan kode-kode ke doi saja lewat media sosial. Hampir empat tahun saya memendam perasaan galau dan itu berat. Akhirnya saya berniat menuangkan karya ke wadah, yakni buku,” ujarnya.
Jarang-jarang nih, magangers bisa dapat ilmu gratis untuk penulisan kreatif. Makanya, saat itu, mereka sangat antusias. Terbukti dengan banyak pertanyaan dari mereka. Ada juga yang langsung posting kalimat galau di Instagram.
Nah, asyik kan bisa seru-seruan bareng magangers. Pengennya sih bisa lebih sering nih ada pertemuan dengan magangers. Jadi, tunggu kejutan selanjutnya ya.
Maria Oktaviana, Siswa SMA Negeri 7 Tangerang Selatan dan Magangers Kompas Muda Batch X