Komunitas Indonesia Trip Jalan-jalan untuk Bahagia Bersama
Sering bepergian terkait pekerjaan menjadi wartawan selama bertahun-tahun, membuat Yeffi Rahmawati kerap kali berpikir betapa senang mengajak orang lain ikut berwisata. Tidak banyak orang yang beruntung memiliki pekerjaan dengan tugas keluar kota atau keluar negeri. Kebanyakan orang justru terbenam dalam pekerjaan dan duduk di belakang meja.
Pastinya tidak semua orang sanggup mengeluarkan biaya besar hanya untuk berwisata beberapa hari. Apalagi jika harus membawa keluarga dan anak. Jadi, Yeffi ingin perjalanan wisata yang dia adakan harus murah agar banyak orang bisa ikut.
Keinginan itu bersambut. Ada beberapa individu yang punya ide serupa. Dari bincang santai Yeffi, Aldi Prihardi dari Jakarta dan Tavip Budiono dari Bali setahun lalu melalui akun media sosial Facebook, ketiganya kompak mendirikan Komunitas Indonesia Trip (KIT) pada 21 April 2018. Walau baru berusia setahun, komunitas ini punya anggota ribuan, tepatnya 4.500 dan akan terus bertambah.
Keanggotaannya pun bersifat terbuka. Artinya siapa pun dapat menjadi anggota dalam akun grup tersebut. Di situ mereka boleh berkontribusi dan membagi karya foto, video, dan cerita narasi perjalanan setiap saat. Keanggotaan juga tidak mengikat sehingga yang ingin keluar dari grup pun tidak akan menemui kendala.
Anggota komunitas ini juga bukan hanya dari Jakarta dan Bali, melainkan datang pula dari berbagai kota lainnya dari berbagai pulau, seperti Aceh, Medan, Banten, Bandung, Cirebon, dan Purwokerto. Komunitas ini ingin melalui wisata mereka juga mengenal seni dan budaya Indonesia.
”Kegiatan kami antara lain sharing dan diskusi karya grafis, apresiasi foto, serta fun trip. Setiap bulan KIT memilih karya foto terbaik untuk mendapat bingkai apresiasi dari KIT,” kata Aldi pendiri KIT yang berprofesi sebagai konsultan asing itu di Jakarta, Minggu (21/4/2019). Pada hari itu sekitar 60 peserta datang merayakan pesta ulang tahun KIT dengan berbusana daerah.
Selain apresiasi foto mereka juga mengadakan tantangan foto dengan tema tertentu, misalnya hari keagamaan, hari besar nasional seperti hari anak, hari buruh, atau hari kemerdekaan. Pernah pula foto dengan tema desa atau kampung.
Menurut Aldi, sebagai pengelola akun komunitas, dia bertugas bak menjaga gawang agar foto dan cerita yang masuk semua terkait wisata, kuliner, budaya, dan seni. ”Banyak yang memasukkan soal kampanye atau paham politik, tetapi kami sepakat untuk menyaring semua agar komunitas ini fokus ke wisata,” ujar Aldi.
Wisata sehari
Yeffi menambahkan, kegiatan lain yang banyak diminati adalah fun trip. Mereka baru mengunjungi wilayah Jawa Barat dan Banten antara lain Situ Cileunca di Pangalengan, Mandalawangi di Cipanas, Desa Lebak Muncang di Ciwidey, Cileteuh di Sukabumi, Pantai Taranje dan Tanjung Layar di Sawarna, dan Februari lalu wisata budaya ke suku Baduy di daerah Lebak, Banten. Peserta perjalanan biasanya mencapai 20 hingga 30 orang.
”Hal pertama yang kami pertimbangkan adalah harga. Jadi, wisata kami tidak mahal, umumnya antara Rp 200.000 sampai Rp 300.000 per orang. Biasanya hanya sehari perjalanan, tetapi ada juga yang menginap semalam. Anak-anak muda biasanya senang ikut wisata alam seperti ke Mandalawangi dan Baduy. Namun, banyak juga orang tua yang ikut meski harus jalan kaki dua jam,” ujar Yeffi yang bekerja di Indonesiatripnews.com itu.
Aldi bercerita, wisata ramai-ramai itu membuat mereka bak keluarga besar tanpa memikirkan banyak perbedaan. Mereka dari berbagai kalangan, suku, kepercayaan, kebiasaan, bahasa, tetapi punya tujuan yang sama, yakni bersenang-senang menempuh perjalanan. Belajar mengenal dan saling percaya.
”Kami orang tua ingin memberi contoh kepada anak-anak bagaimana menyikapi perbedaan, menerima keadaan, belajar berbagi, bersahabat dan berteman dengan orang baru dan saling menghargai. Kami bersyukur, tanpa perlu banyak bicara panjang lebar anak-anak melihat sendiri dan akhirnya langsung akrab dengan anak-anak lainnya. Berteman tanpa memusingkan betapa banyak perbedaan yang ada,” ucap Aldi.
Kami orang tua ingin memberi contoh kepada anak-anak bagaimana menyikapi perbedaan, menerima keadaan, belajar berbagi, bersahabat dan berteman dengan orang baru dan saling menghargai.
Seperti ketika ke Baduy pada Februari lalu, para peserta antusias walau harus berjalan kaki naik turun bukit hingga melintasi sungai. Mereka juga gembira ketika makan bersama di desa walau dengan lauk seadanya.
”Beda banget dengan bepergian sendiri. Wisata ramai-ramai serasa keluarga besar. Meriah dan banyak canda tawa. Suasana kekeluargaan itu yang bikin kami selalu kangen,” kata Suranto dari Cirebon. Dia dan sang istri, Wakhyuni Hidayati, yang sama-sama wirausaha, tak pernah melewatkan agenda fun trip KIT dan selalu antusias berpartisipasi.
Selanjutnya, KIT ingin wisata lain dan ke daerah lain. Mereka juga ingin anggota komunitas di luar Jakarta aktif menggerakkan komunitas di daerahnya. ”Rencana berikut kami ingin mengadakan social trip seperti berbagi perlengkapan sekolah di kampung-kampung,” ujar Aldi.
Dia menambahkan, di kantornya, banyak yang tertarik dengan acara jalan-jalan itu dan mereka ingin bergabung. ”Dari mulut ke mulut banyak yang tertarik dan akhirnya anggota kami pun bertambah karena tidak ingin ketinggalan informasi. Mereka juga ingin jalan-jalan murah dan bahagia bersama,” katanya.
Yeffi, yang masih aktif sebagai wartawan, senang hati membagikan aneka isi goody bag yang dia dapat kala meliput. Hadiah-hadiah kecil itu untuk peserta terutama anak-anak. Yeffi juga memberikan barang-barang dari sponsor yang beriklan di situsnya.
”Barang itu mungkin kurang berharga, tetapi pasti banyak yang membutuhkan dan sangat menghargainya. Sama dengan tujuan kami berwisata, bersenang-senang, belajar, berteman, dan bahagia bersama,” ujar Yeffi.