Banyak orang ingin punya usaha, tetapi mereka bingung dari mana harus memulai. Tak tahu hendak usaha apa dan bagaimana menjalankannya. Padahal, usaha dapat dimulai dari hal sederhana yang biasa dilakukan sehari-hari seperti hobi dan minat atau justru berawal dari ketidakmampuan.
Itulah yang terungkap dari kompetisi SiDU Youth Entrepreneurs Forum (YEF) 2019. Kompetisi itu bertumpu pada tiga aktivitas utama, yakni kompetisi ide bisnis, campus talk, dan entrepreneurs workshop, 28 Februari-26 April 2019. Program itu membekali pengetahuan, keterampilan wirausaha, kesiapan mental, dan memberikan motivasi bagi mahasiswa yang berminat berwirausaha.
Pemenang kompetisi tersebut, Haykal Satrio Panjeraino, mahasiswa jurusan kewirausahaan Sekolah Bisnis Manajemen ITB tahun 2016. Haykal bercerita, sejak kecil dirinya sangat senang berolahraga apa pun. Dia juga suka terlibat dalam berbagai kegiatan olahraga. Meski hobi berolahraga, Haykal tak punya kemampuan untuk menjadi olahragawan terbaik dan dia bukan atlet pilihan.
Karena dia bukan atlet mumpuni, Haykal dapat melihat menekuni hal terkait olahraga sebagai ide bisnis. Bermodal pengalaman dan pemahaman tentang kebutuhan bahan serta spesifikasi pakaian, Haykal memilih untuk berbisnis layanan jasa produksi pakaian olahraga berbagai cabang, seperti atletik, futsal, sepak bola, bola voli, dan bola basket. Modal awal Haykal juga tidak terlalu besar, Rp 5 juta. Produknya dinamai Panjers.
”Untuk mengenalkan produk, saya mensponsori tim olahraga,” kata Haykal di Jakarta saat pengumuman pemenang SiDU YEF 2019 di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Jumat (26/4/2019). Dia antara lain mensponsori Bandung Liga Champion. Impian Haykal selanjutnya adalah mengembangkan teknologi dan sains di bidang pakaian serta peralatan olahraga.
Kedua pemenang lain merupakan tim yang masing-masing terdiri atas tiga orang. Keduanya ingin membantu penjual dan pembeli.
Seperti Danang Pamungkas dari Universitas Brawijaya, M Indre Wanof dari Universitas Islam Kediri dan Jimy Candra Gunawan dari Universitas Negeri Malang. Mereka bekerja sama membuat aplikasi Kampung Course. Ide membuat hal tersebut muncul karena mereka ada yang salah dengan sistem pemasaran lembaga penyelenggara kursus dan pencari kursus kesulitan memilih hendak kursus di mana. Saat ini, mereka bekerja sama dengan lebih dari 20 lembaga dan telah membantu lebih dari 600 peserta kursus.
Hampir sama dengan karya pemenang lain, yakni Muhammad Roby Irawan, Muhammad Rafi Hadiyasa, Michael Ethanial Soedira dari Universitas Binus Jakarta. Mereka membuat Geobak, aplikasi berbasis GPS yang menjadi penghubung pedagang keliling dan konsumen. Melalui aplikasi ini, diharapkan konsumen akan mudah mencari kebutuhannya dan pedagang keliling pun meraih pendapatan optimal.
Sementara finalis lain mengambil ide dari keseharian mereka. Duet Indriyanti Rahma Innaya dan Rahma Tika Mufida, mahasiswa Jurusan Teknologi Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang, membuat stik tulang ikan.
”Usaha orangtua saya di bidang makanan, di kampus juga meriset makanan. Kami pernah buat stik tulang ikan sebelumnya,” ujar Indriyati yang saat ini menjabat Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perikanan FPIK Undip.
Begitu pula dengan trio Nadhilah Lahabibah, Novi Riyanti, dan Sri Ratu Nurul Hamdilah dari Jurusan Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Pembangunan Universitas Trilogi, Jakarta. Mereka membuat bumbu dasar fortivikasi vitamin A bermerek Mumaspice.
”Saya tidak bisa memasak, tidak kenal bumbu juga. Saya pikir, pasti di luar banyak orang seperti saya yang buta bumbu. Itu sebabnya, kami bikin produk bumbu jadi tanpa pengawet. Produk ini untuk memudahkan orang yang kini memasak karena ada tiga bumbu dasar, yaitu putih, kuning, dan merah,” tutur Nadhilah.
Namun, produk mereka masih terbatas dan mereka tidak setiap hari memproduksi bumbu jadi karena sibuk kuliah. Meski demikian, selalu ada pesanan dan mereka berusaha memenuhi pesanan tersebut. Tujuan mereka agar semua orang bisa memasak dengan gampang sesuai slogan mereka: memasak kini lebih mudah, sehat, dan bikin happy orang tersayang.
Hal-hal yang dekat dengan keseharian mahasiswa banyak menadi sumber ide dan inspirasi. Salah satunya, Wulan Silvia Ramadhani dari Universitas Indonesia yang mengusung Custolip alias ”Customize Your Lipstick”.
Apa pun ide kalian, mulai saja dulu. Langkah paling sulit adalah mengambil langkah pertama. Jadi, mulai usaha sekarang juga!