Edwin Adrianus Soo,Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Hidup di rantau membuat saya ingin mudik. Namun, saya tak bisa sering mudik karena desa saya jauh di Nusa Tenggara Timur. Saya pun harus menahan rindu berbulan-bulan, bahkan hingga hitungan tahun, karena tak kuasa membeli tiket yang harganya selalu melambung tiap kali masa libur dan hari besar tiba.
Demi bisa pulang, saya berusaha mengatur pengeluaran lebih ketat lagi. Mulai dari berhenti makan di warung dan memilih memasak sendiri, mencuci sendiri ketimbang mengirim ke binatu, hingga jeli mencari aneka promo untuk diskon makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya agar menghemat uang. Rela berhemat sana-sini demi bisa pulang kampung yang hanya setahun sekali.
Menahan Rindu
Muhammad Tri Rahardika Suri,Jurusan Perhotelan Sekolah Tinggi Perhotelan Trisakti
Sebagai mahasiswa yang tengah berjuang di perantauan, pulang kampung adalah hal istimewa. Seperti saya yang sedang kuliah di China, jauh dari kampung halaman saya di Lampung. Menjalani ibadah puasa tak mudah di sini, bahkan saat hari raya pun masih ada jadwal kuliah.
Rindu teman-teman, kangen orang sekampung, dan beragam makanan khas juga sudah pasti. Jangankan kue-kue Lebaran, di rantau tak ada rendang dan opor pun tiada.
Jadi, berbahagialah mereka yang bisa mudik dan merayakan hari raya bersama keluarga dan handai tolan. Mereka bisa saling memaafkan orang-orang di lingkungan sekitar dan menegur mereka dengan hati terbuka. Untuk itulah, bagi kalian yang bisa mudik, manfaatkanlah momen itu sebaik-baiknya sebelum jauh dari mereka semua. (TIA)