Belakangan ini, masyarakat mulai peduli isu lingkungan. Salah satunya dengan munculnya istilah zero waste yang mulai marak pada tahun 2016, yaitu suatu gaya hidup yang meminimalisasi limbah organik dan anorganik.
Tren ini dimulai dari keprihatinan anak muda terhadap banyaknya sampah yang dibuang warga setiap hari. Salah satunya Kiana Lee, pemilik toko dengan konsep zero waste pertama di Jakarta. Perempuan muda itu mendirikan Naked Inc. karena melihat sampah yang berserakan di berbagai tempat termasuk di hutan.
Toko yang baru beroperasi selama beberapa bulan tersebut menyuplai sebagian besar produk mereka dari petani dan produsen lokal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Produk dijual yang cukup beragam, mulai dari bahan makanan, bumbu dapur, minuman, hingga deterjen, dan peralatan makan.
Toko tersebut menggunakan sistem swalayan yakni pelanggan sendiri yang membawa wadah dari rumah dan menimbang bahan yang akan dibeli. Dengan begitu, menurut Kiana, tidak akan ada lagi makanan yang terbuang sia-sia karena membeli sesuai kebutuhan dan sampah yang digunakan untuk membungkus pun menjadi berkurang.
Hal tersulit menurut Kiana adalah kurangnya kepedulian publik terhadap sampah. Salah satunya adalah pengunjung yang kerap tidak membawa wadah saat berbelanja di tokonya. Untuk mengatasi hal tersebut, ia menerapkan tarif Rp 3.500 per tas kertas kecil.
“Alasan saya menerapkan ini adalah kecemasan saya terhadap kelanjutan hidup generasi mendatang. Apalagi saya baru saja memiliki anak,” ujar Tzulin Roggero, ekspatriat asal Taiwan di Jakarta.
Oleh karena itu, beberapa cara dilakukan untuk mengedukasi masyarakat, mulai dari lokakarya hingga mempromosikan gaya hidup zero waste melalui media sosial.
Contoh lainnya adalah toko yang berkonsep serupa, yaitu Saruga. Terletak di daerah Bintaro, toko ini ini menjalin kerja sama dengan komunitas lokal dan pecinta lingkungan setempat mengenai pengelolaan sampah. Selain itu, masyarakat juga dapat menyumbangkan sampah berupa botol bekas ke toko tersebut untuk selanjutnya diproses kembali.
Kafe ramah lingkungan
Selain toko seperti Saruga dan Naked Inc, yang menerapkan konsep zero waste, Komunal 88 muncul dengan konsep baru yang memadukan toko dengan kafe ramah lingkungan. Kafe tersebut menyediakan tempat makan berbahan metal dan juga gelas kaca bagi pelanggan yang ingin membawa pulang makanan mereka.
Tempat makan dan gelas didapat dengan cara mendepositkan Rp 35.000. Kertas untuk membungkus roti juga cukup unik karena terbuat dari kertas bekas yang didaur ulang. Kafe yang berdiri sejak akhir 2014 itu juga bekerja sama dengan Waste4Change, organisasi yang bekerja sama dengan pemerintah daerah DKI Jakarta dalam pengelolahan limbah .
Menurut Zaen, pengontrol kafe, konsep ramah lingkungan tersebut terinspirasi dari sang pemilik asal Perancis, Jeans Christopher Blachere.
“Beliau terbiasa hidup tanpa plastik,” jelasnya singkat. Ia juga memastikan semua limbah dari tempatnya bekerja dapat terurai dengan baik.
Zaen juga mengatakan bahwa seluruh karyawan Komunal 88 dilarang membawa plastik ke kafe. Denda sebesar Rp 10.000 per plastik akan dikenakan jika karyawan melanggar. Hal tersebut membentuk kebiasaan karyawan untuk tidak menggunakan plastik.
Hal senada juga mengemuka dari siswa asal Jakarta, Natasha Evangelista (16) "Saat pertama kali memulai menerapkan zero waste memang susah karena tidak terbiasa, tetapi karena sudah memiliki prinsip untuk mengurangi sampah, hal itu menjadi lebih mudah. Selain itu, walau merepotkan, saya merasa telah berkontribusi untuk lingkungan," ujarnya.